BAB 26
Kehadiran buah hati memang mampu mengalihkan dunia seorag Yuki. Keluar dari pekerjaan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak dan suami adalah pilihan terbaik buat dirinya.
Seperti pagi ini meskipun waktu masih menunjukan 3 pagi Yuki sudah bangun intuk mengurus baby Fa yang sudah terjaga
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan baby Fa juga untuk bangun tengah malam minta di isi perutnya karena lapar dan setelahnya selalu minta main bersama sang Mommy."Anak mommy ini pandai sekali merajuk minta diajak main, nggak berasa udah tiga bulan aja usia kamu ya sayang?" Yuki mengajak anaknya mengobrol menghapus kesunyian. Seolah paham dengan apa yang ibunya tanyakan baby Fa mengerjapkan matanya lucu sambil mengeratkan pegangan jarinya kepada sang ibu.
Selagi mengobrol dengan sang putra wanita yang terlihat tetap cantik meski hanya menggunakan daster rumahan yang sederhana, wajah tanpa makeup, dan juga rambut yamg tercepol asal tak lupa melihat telepon dan juga jam dinding yang tak berhenti berdetak setiap detiknya hanya untuk memastikan sudah jam berapa dan adakah pesan di sana dari orang yang sudah sangat ia rindukan beberapa hari ini.
Semalam dia berkata jika akan segera menghubungi ke rumah saat semua urusan sudah selesai dan juga berjanji mengenai waktu yang akan dia berikan namun seperti malam-malam sebelumnya semua itu hanya ucapan dan tulisan belaka. Yuki hanya mendesah pasrah menatap kedua benda itu dengan tatapan hampa. Beruntunglah di sini ada anaknya yang meski belum dewasa, tapi Yuki merasa bahwa baby Fa sangat memahami perasaannya. Menemaninya dalam kesepian, membuatnya tersenyum dalam kehampaan dan membahagiakan sang mommy meski hanya dengan gumaman tawa yang belum sempurna.
Kesibukan Al yang semakin menjadi, usia sang anak yang semakin bertambah membuat Yuki melepaskan pekerjaan dan fokus kepada pertumbuhan anaknya. Tidak ada yang salah saat ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada keluarga kecilnya, membuang tinggi egonya. Membiarkan ijazah pendidikannya yang tingi itu tergeletak rapi didalam laci bersama berkas-berkas yang lain. Yuki bahagia sangat bahagia. Dunia Yuki saat ini benar-benar berporos hanya pada keluarganya saja.
"Kenapa daddy mu tidak menghubungi kota sayang, apakah dia lupa atau benar-benar sibuk hingga tak bisa menghubungi kita. Bukankah hanya mengetik kalimat mengatakan daddy baik-baik saja itu sangat mudah?" Yuki sedang berbagi kepada sang putra.
"Sudah berapa minggu daddy tidak menghabiskan waktu bersama kita, apa kakak Fa tak sedih seperti mommy sayang?... Ahh kamu pasti sedih juga."
Yuki memeluk sang putra sembari menenggelamkan kepalanya di kepala mungil sang anak sambil sesekali di cium, ia hirup bau has tubuh anak bayi yang begitu menenangkan bagi Yuki.
Keadaan berpelukan itu terus berlanjut hingga akhirnya Yuki dan baby Fa tertidur kembali.
***
Paginya Yuki sudah sibuk membersihkan rumah meski di bantu oleh asisten rumah tangga, kemudian ia menyiapkan sarapan dan perlengkapan mandi baby Fa selagi bayi mungil itu masih asik tertidur.
"Bapak pulang jam berapa tadi pagi bi?" tanya Yuki sembari memberikan botol sang putra.
"Subuh bu, tadi waktu bibi beberes dapur bapak datang baru pulang ambil minum dan juga menanyakan ibu di mana. Bibi jawab saja ibu tidur di kamar den Fa."
Ya, Yuki benar-benar nggak tau suaminya pulang jam berapa badu tadi saat inhun membersihkan kamar dia melihat tubuh Al tergeletak di atas ranjang mereka. Sekilas Yuki memperhatikan wajah suaminya memang terlihat lelah.
"Bi, tolong lanjutin makannya ya. Saya mau ke atas dulu nganter teh buat bapak. Dan nitip fa juga takitnya dia bangun sebelum saya ke kamarnya."
"Baik bu,"
Saat Yuki masuk ke kamar, Yuki mendapati Al yang sudah kembali segar, sepertinya sang suami baru selesai mandi. Terlihat jelas rambut Al yang masih basah dan handuk yang masih tersampir di bahunya.
Meski di dalam hatinya tersimpan sedikit kekecewaan, sebagai seorang istri dia tetap melayani sang suami. Yuki mendekati Al, mengambil handuk yang tersampir di leher sang suami, kemudian mengajak Al duduk dan Yuki sibuk mengeringkan rambut Al.
"Kamu terllau malas utuk mengeringkan rambut, setiap hari aku harus melakukan ini tapi tidak beberapa hari lalu. Kamu terlalu sibuk dengan urusanmu, bahkan jarang pulang. Sehingga aku kehilangan pekerjaanku untuk mengurus suamiku." Kata Yuki sedih, ia benar-benar kehilangan moment bersama Al. Yuki tahu moment itu jauh sudah tertinggal saat ia sibuk dengan baby Fa, namun ia bahagia karena setiap saat ia masih bisa melihat Al, melihat senyum Al, melihat Al yang selalu bisa menyempatkan waktunya untuk sang putra. Namun tidak dengan akhir-akhir ini.
Al sadar akan sindiran yang sang istri, tapi tak bisakah Yuki mengatakannya nanti. Al merasa dirinya benar-benar lelah sekarang. Dua pulang bekerja untuk bertemu keluarganya, menghapus rasa lelah. Namun bukan senyum ataupu penerimaan yang baik dari sang istri. Al justru merasa di pojokkan.
"Kenapa nggak ngabarin semalam? Kamu udah janji mau ngabari aku lho." Tanya Yuki dengan penuh kehati-hatian menurutnya. Tapi tidak bagi Al yang memang sedang lelah baik fikiran maupun fisiknya.
Al segera berdiri, membuat Yuki kaget dan hampir saja limbung jika dirinya tak langsung berpegangan pada kursi yang suaminya duduki.
"Kalo mau ngajak berantem jangan sekarang, aku lelah. dan sunggguh aku masih harus balik ke kantor untuk mengurus pekerjaanku lagi."
"Aku nggak ngajak kamu berantem, aku hanya menanyakan saja? Apa itu sebuah kesalahan? Aku hanya khawatir dengan suamiku yang jauh dari pandangan dan tak ada kabar."
"Oke cukup, sekarang kamu sudah lihat aku, aku baik-baik saja. Perlu kamu tahu, semalam aku tidak menghubungimu karena memang aku tidak sempat."
"Al, please jangan kembali lagi seperti Al yang dulu. Sekarang kita sudah punya anak, dia juga butuh perhatian kamu."
"Jika aku punya waktu pasti aku akan kasih waktu buat kamu dan juga anak kita."
"Tapi apa nggak ada barang satu menit pun?"
"Ini yang aku nggak suka saat kita sudah punya anak. Masalah waktu aja a dipermasalahkan, apalagi setelah ini ha? Dan aku mohon jangan bawa-bawa perubahanku. Aku nggak ada berubah," kemudian Al berlalu entah pergi kemana dengan pakaian seadanya yang ia gunakan.
Sementara Yuki tersenyum miris. Selalu seperti ini, bukannya menyelesaikan masalah justru Al pergi dengan membawa masalah. Sebagai pelampiasan Yuki hanya bisa terduduk lemas. Ia mengingat kembali apakah ia bersalah dalam hal ini. Tapi apa salahnya? Harusnya dia yang marah kenapa Al yang sekarang marah dan meninggalkannya.
............. THE END...........
TAMAT YA??? 😀
Japan, 19 September 2019