BAB 25

1.2K 170 9
                                    

Moment melahirkan adalah salah satu dari berjuta moment yang begitu ditunggu oleh seorang wanita. Dimana dia bisa membuktikan bahwa dia adalah wanita yang sesungguhnya, memberikan hadiah terbesar untuk suami dan keluarga terutama keluarga sang suami.

Banyak kasus kan seorang istri tidak disukai oleh keluarga sang suami hanya karena istri anaknya atau menantu mereka tidak bisa memberikan keturunan, namun tak banyak orangtua dari pihak wanita yang menerima dengan legowo jika menantunya (suami dari anaknya) tidak bisa memberikan keturunan (mandul) selalu lah pihak wanita yang dipersalahkan.

Sehingga Yuki amat sangat bersyukur saat mengetahui jika dirinya dan suami sehat, kemudian dokter bilang jika ia benar-benar hamil meski untuk mendapatkan anak dia harus berperang dengan batinnya sendiri, suami dan juga dengan pemikiran para keluarga.

Pagi tadi pukul 04.00 Yuki berhasil melahirkan seorang anak laki-laki yang begitu tampan, sama persis dengan muka ayahnya. Setelah berjuang selama hampir 2 jam menahan kontraksi yang luar biasa akhirnya putra pertamanya lahir dengan selamat dan lengkap tak kurang suatu apapun.

Yuki teramat sangat bahagia apalagi proses persalinan selalu ditemani sang suami yang senantiasa memberikan semangat, membisikkan kalimat-kalimat cinta dan doa.

"Sudah bangun?" Tanya Al yang sedari tadi tidak pernah beranjak dari samping tempat tidur istrinya. Melihat mata Yuki yang terbuka Al langsung menyambut dengan senyum merekah dan rasa syukur. Tak lupa Al membisikkan doa bangun tidur di telinga Yuki.

Yuki tersenyum haru. "Makasih," entah lah rasanya Yuki ingin sekali berterimakasih kepada suaminya. Sudah dua bulan ini juga Al tambah religius membuat hati Yuki begitu bahagia tiada tara.

"Sama-sama, sayang. Lelah banget ya, sampai tidurnya nyenyak sekali. Dibangunin buat nyusuin si kakak kamu juga nggak bangun..." Cerita Al pada istrinya sembari mengusap sayang kepala Yuki.

"Ehhh, kasian dong si kakak."

Iya, semenjak putranya lahir Al memutuskan untuk memanggil anaknya sebutan kakak dan Yuki tak protes. Ia setuju setuju saja. Katanya membiarkan anaknya sejak dini menjadi sosok seorang kakak dan panggilan kakak, toh nyatanya dia adalah cucu tertua di keluarga mereka.

"Nggak apa-apa, jangan merasa bersalah seperti itu. Setelah ini aku panggil suster supaya si kakak di bawa kesini dan kamu bisa kasih asi untuknya."

"Tapi lain kali kamu harus paksa aku, kasian kalo dia kelaparan gimana?"

"Iya pasti sayang. Bentar ya aku panggil suster."

Al keluar untuk menemui suster jaga dan menjemput anak mereka. Bayi tampan mereka masih berada di ruang bayi, mungkin nanti atau besok akan disatukan dengan ibunya.

Tak berselang lama suster pun datang dengan menggendong bayi laki-laki Al dan Yuki.

Bayi mungil dengan warna bibir merah merekah itu masih setia memejamkan mata, namun mulutnya tak mau berhenti bergerak seolah-olah sedang menyusu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bayi mungil dengan warna bibir merah merekah itu masih setia memejamkan mata, namun mulutnya tak mau berhenti bergerak seolah-olah sedang menyusu. Yuki dan Al tersenyum gemas dengan anak polah anak mereka.

BIDADARI tak BERSAYAP √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang