Bab 21
TIADA SESALDi bulan ke lima Yuki hamil, semua keluarga besarnya datang begitu juga dengan keluarga Al. Bunda dan Mama kompak mengumpulkan keluarga mereka untuk mengunjungi Yuki. Banyak pasang mata yang berbahagia dengan kehamilan Yuki, karena ini merupakan cucu yang dinatikan oleh kedua keluarga. Sama-sama cucu dari anak pertama. Apalagi kemaren terdengar kabar menggembirakan setelah Yuki dan Al cek up. Anak Yuki dan Al berjenis kelamin laki-laki, seperti yang diharapkan hampir semua keluarga. Sebenarnya mau laki-laki atau perempuan sama saja hanya memang beberapa keluarga AlYuki yang sudah berkeluarga menghasilkan keturunan perempuan jadi mereka sangat berharap ada cucu laki-laki yang bisa menggoda, terlebih melindungi saudara-saudara perempuannya kelak.
"Duh bumil dari tadi sibuk aja. Duduk lah," Reina menepuk sofa di sebelahnya menyuruh kakak cantiknya untuk ikut duduk.
"Jangan heran Rein. Kakakmu yang cantik jelita ini memang tidak bisa duduk. Pantatnya ada durinya kali." Sindir Al tajam, Al sudah terlampau kesal dengan istrinya yang nggak bisa diem. Semakin hari keadaan Yuki dan baby semakin sehat dan semakin lincah membuat Al geram sendiri. Al kepatahan untuk mengingatkan Yuki agar tidak berbuat yang tidak-tidak karena nantinya jika lelah Yuki sendiri yang kepayahan.
Mengeluh pegal-pegal, minta dipijit sana sini membuat Al lelah. Al akan baik-baik saja jika Yuki mau dipijat oleh tukang pijit atau bibi yang membantu mereka contohnya. Namun naas, Al harus rela berjam-jam memijat Yuki karena hanya Al yang Yuki mau.
"Bli, mending bli juga istirahat. Mukanya kucel amat itu,"
"Kelakuan tetehmu Rein!" Jawab Al dengan jelas sembari melirik ke arah istrinya. Sementara Yuki yang disindir cuma santai aja sambil menikmati bolu kukus buatan Mamanya.
"Kasian banget kamu bang!" Jangan heran kalo nanti kalian mendengar Rein memanggil Al dengan sebutan yang berubah-ubah sudah biasa. "Kamu tuh jahat kakak, mentang-mentang hamil suami disiksa."
"Aku nggak menyiksa Rein. Toh kemauan anaknya," kilah Yuki. Reon dan Al mendengus bersama.
"Kalo kakak jadi kakakmu, kakak pasti akan dengerin kata suami. Istirahat penuh supaya nggak lelah daripada harus mendengar ocehan suami yang bikin pusing. Tapi kakakmu itu kebal telinganya." Al mulai curhat kepada iparnya. Nggak papa sesekali berkeluh kesah dengan adik sendiri siapa tahu Reina bisa menasehati Yuki karena mereka sama-sama wanita dan lahir dari ibu yang sama.
Al dan Rein terus mengobrol saling bertukar cerita semabari memojokkan Yuki, sesekali Yuki membalas dengan anggukan dengan deheman dan jawab iya. Soalnya bumil sedang asik sendiri dengan cemilannya.
Tak lama berselang, ke asyikan mereka terganggu saat ada langkah kaki mendekati mereka. Al dan Reina menengok ke arah belakang mereka dan ternyata itu tante Laksmi. Di saat yang lain sudah sampai dari beberapa jam lalu, dia yang notabene masih berada di Bandung baru saja sampai di rumah ponakannya.
Ketiganya memandang dang tante dengan tatapan mereka masing-masing. Sang tante duduk di kursi yang masih kosong dengan angkuhnya, seperti biasa. Belum ada kelembutan pada sosoknya terutama dimata Yuki.
"Tante sedikit mendengar curhatan Al pada adik iparnya. Kasian sekali ya ponakanku ini, mau punya anak tapi repotnya nggak ketulungan." Sontak pernyataan sang tante membuat semua pasang mata melotot, kecuali Yuki, matanya terlihat teduh. Teduh karena merasakan sakit hati. Al memandang istrinya khawatir, Al memang ingin berbagi dengan adik iparnya namun tidak dengan berakhir seperti ini. Saat orang lain mendengar dan mengartikan lain, sekarang Al sungguh takut. Takut jika Yuki marah padanya.
"Perasaan dulu Tante nggak seperti ini deh, tidak mere..."
"Tan..." Al menyela ucapan tantenya supaya tidak merambat kemana-mana. Al benar-benar tidak suka dengan sang tante. Al pikir setelah kejadian beberapa bulan lalu tantenya akan berubah tapi ternyata perkiraannya salah.