BAB 14
MURKA YUKI
🍃🍃Sudah dua hari ini Al dan Yuki berada dalam keheningan. Yuki sengaja mendiamkan Al karena Yuki masih merasa kesal dengan Al dan juga sang Tante.
Tapi semarah-marahnya Yuki, dia tetap melayani orang rumah dengan baik. Seperti membersihkan rumah, memasak makanan untuk Al dan juga si Tante rese. Menyiapkan keperluan Al, semuanya di lakukan Yuki dengan tulus.
Saat ini Yuki sedang duduk tertunduk di ruangannya. Kepalanya terasa sangat berat, padahal tadi pagi dia masih sehat tak merasakan apapun.
Ivi masuk ke ruangan Yuki, ia melihat sahabatnya tak sepertimu biasa membuatnya merasa curiga. Apalagi sedari tadi pagi kelihatan sekali jika Yuki sedang tidak baik-baik saja. Ivi
"Kamu kenapa? Wajahmu pucat Ki?" Tanya Ivi khawatir. Ivi termasuk sahabat yang sangat perhatian bukan hanya pada sahabatnya tapi juga dengan rekan-rekan. Hanya saja wanita sebaik ini belum juga mendapatkan pasangan. Hatinya yang terlalu manis sering kali dijadikan bahan permainan oleh para pria hidung belang.
"Aku telpon Al ya, kamu harus segera memeriksakan diri Ki." Ivi masih terus berbicara sambil mondar-mandir menjadi telepon untuk menghubungi Al. Karena terlalu khawatir, gugup membuat Ivi sulit menemukan telepon genggam Yuki, alhasil dia menyambar telepon kantor di meja Yuki dan mulai menelpon Al.
Sementara itu Yuki sudah meringis kesakitan sambil memegangi perutnya yang terasa begitu perih. Seolah mengetahui kegelisahan Ivi, Yuki berusaha membangkitkan tenaganya sendiri. "Vi..." Panggil Yuki pada Ivi, tapi Ivi tidak mendengar karena fokus ke saluran teleponnya yang tak kunjung juga diangkat oleh Al.
"Vi..." Panggil Yuki lebih keras dari sebelumnya. Dan Ivi pun mendengar, sehingga segera dia meletakkan telpon itu di atas meja lalu mendekati Yuki.
"Mungkin.... Al sedang sibuk, ayo ba.... Bantu aku saja ke klinik depan." Pinta Yuki dengan nada terbata-bata.
Tanpa ragu Ivi segera membantu Yuki berdiri, perlahan ia memapah Yuki keluar dengan langkah kaki keduanya yang tertatih. "Kamu makan apa si, kenapa bisa begini?" Yuki meringis sambil tersenyum tipis "Dari semalam bahkan aku belum makan...." Ringisnya. Ivi melotot tajam kearah Yuki, jika saja keadaan Yuki lebih baik dari sekarang, Ivi tak akan segan-segan untuk memukul temannya. Tapi kali ini Ivi harus menahan, melihat kondisi temannya yang tak sedang baik-baik saja.
"Pusing nggak kepala, lo?" Panggilan Ivi pada Yuki pun berubah, menjadi lebih santi.
"Sedikit..."
Ivi dan Yuki melanjutkan langkah kaki mereka, sampai akhirnya sebelum mereka sampai ke lobi si bos besar melihat keduanya dengan tatapan bertanya dan juga khawatir. Dengan langkah panjangnya ia pun medekati keduanya. "Yuki kenapa?" Tanya si bos dengan khawatir.
Gimana si rasanya melihat orang yang kita cintai sakit? Khawatir sudah pasti. Itu yang ia rasakan saat ini. "Biar saya yang bawa Yuk, kamu minta satpam ambil mobil saya." Perintahnya.
Yuki hanya pasrah saat tubuhnya melayang karena Shwan menggendongnya. Yuki tak bisa berkutik karena memang ia merasa begitu sangat lemas. Kepergian mereka dari kantor dengan Yuki yang berada dalam gendongan Shwan langsung menjadi sorotan para karyawan dan bahkan beberapa dari mereka ada yang berbisik-bisik manja mengomentari hubungan keduanya.
Ada yang seketika suka dengan hubungan antara Shwan dan juga Yuki ada pula yang tidak suka. Beberapa dari mereka bahkan biasa saja karena memaklumi mereka dalam keadaan darurat. Keadaan di mana Yuki sangat membutuhkan pertolongan.