Bab 13

1.3K 198 30
                                    

BAB 13
AWAL PERTENGKARAN

YUKI pulang ke rumah sudah cukup sore dengan membawa lelah di pundak dan beberapa pekerjaan kantor yang terpaksa harus ia bawa pulang ke rumah karena memang pekerjaannya cukup banyak hari ini.

Al memberitahu Yuki jika dia akan pulang lebih dulu karena Tantenya yang meminta dan Al pun mengatakan permintaan maafnya karena tidak bisa menjemput sang istri. Yuki hanya bisa mengiyakan tanpa bisa melakukan protes panjang-panjang.

Tak lupa sebelum pulang, tadi Yuki belanja dulu untuk menambah stok sayuran jaga-jaga takutnya Tantenya bawel lagi gara-gara stok bahan makanan. Ibarat pepatah mengatakan sedia payung sebelum hujan, maka Yuki pun melakukannya.

Tak perlu mengetuk pintu ataupun memencet bel karena pintu utama rumahnya sedikit terbuka. Tidak biasanya Al teledor untuk membirkan pintu rumahnya terbuka namun Yuki tetap berfikir positif saja. Ia pun melangkahkan kakinya ke dalam, tak lupa untuk menutup pintu.

Yuki memasang telinga baik-baik saat mendengar suara tawa yang begitu nyaring serta ramai. Sepertinya di rumah ini bukan hanya Al dan juga sang tante, mungkin ada penghuni lain. Yuki pun mencari sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari ruang makan keluarganya.

Yuki tersenyum pedih saat di sana melihat ada Al dan seorang perempuan yang terlihat begitu akrab dengan Al dan juga sang Tante. Bukan apa, ia merasa pedih saat mereka bertiga bisa tertawa lepas sambil bercerita yang entah Yuki tak tahu cerita apa. Yuki hanya bisa menilai melalui apa yang ia lihat yaitu kebahagian mereka tanpanya.

"Assalamualaikum." Sapa Yuki, dia masuk ke ruang makan untuk meletakkan bahan makanan yang ia beli. Tak lupa ia memberikan senyum terbaiknya, setelah meletakkan belanjaan di meja ia lebih dulu menjabat tangan ketiganya dan kembali ke tujuan semula yaitu menyimpan belanjaannya di lemari pendingin.

Dari tempat duduknya si tante menatap Yuki dengan tatapan tak sukanya. Keadaan rumah pun kembali hening tak ada tawa seperti tadi, sebelum mereka melihat sosok Yuki di rumah ini.

"Kenapa pulang terlambat, padahal tahu suaminya pulang lebih awal?" Itu pertanyaan dari si tante, bukan dari Al.

Yuki membalikkan badan, kebetulan ia sudah memasukkan semua keperluan makan mereka kedalam lemari pendingin. "Maaf Tan, bukan begitu. Tapi memang jam kerja Yuki sampai menjelang malam dan Yuki mampir ke supermarket dulu buat velanja keperluan rumah. Dan Al sudah tahu itu, kami sudah saling mengabari sebelumnya." Jelas Yuki, sambil melirik ke arah Al mencari pembelaan.

"Iya Tan, lagi pula harusnya tadi Al jemput Yuki. Tapi Tante minta Al untuk nemenin Tante, jadi Al suruh Yuki pulang sendiri."

"Tetap saja yang namanya istri itu harus berada di rumah sebelum suaminya pulang. Bukan suami yang ada di rumah menunggu istri pulang." Kata Tante Al tak mau kalah.

"Kamu..." Tunjuk Tante kepada wanita yang berada di samping Al. "Jangan seperti Yuki, kalo sudah punya suami, jadikan waktumu hanya untuk suami. Jangan malah memilih untuk bekerja mana jauh lagi dari suaminya. Kalo nggak mau urus kenapa haris nikah?" Kalimat sang Tante begitu menusuk hati Yuki secara tidak langsung. Dia tidak sepenuhnya salah dalam hal ini.

"Tan, Yuki sedang tidak ingin berdebat. Yuki tahu menanti idaman Tante ini bukan seperti aku, tapi Yuki mohon Tan, Tante jangan menilai Yuki hanya dari apa yang Tante lihat." Emosi Yuki benar-benar sudah berada diujung tanduk. Sudah tak tahan dia di hujat, dipermalukan di depan banyak orang oleh Tante Al selama ini.

BIDADARI tak BERSAYAP √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang