Didi menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Perkataan Muti tadi sungguh membuat Didi terhenyak. Bagaimana bisa Muti menatapnya dengan begitu tajam?
Dengan senyum yang sinis pula.Tapi... Kenapa sikap Muti benar-benar aneh malam ini?
Edward!
Apakah dia alasan Muti bersikap begitu terhadapku?
Muti cemburu kah?
Padaku?Tring Tring Tring
Itu adalah suara tetesan air yang keluar dari kran wastafel.
Didi memaksa mulutnya berhenti terisak, dengan menggigit bibir bawahnya. Ia bahkan menutup kepalanya dengan bantal, agar tak melihat sosok itu yang kini masuk ke dalam kamarnya menembus pintu."Didi... Didiiiiii..."
Didi menggeleng. Suara itu kini terdengar semakin dekat.
"Didiiii..."
Tak hanya suara, namun kini telapak kakinya pun terasa dingin. Sosok itu mengelus kaki Didi, membuat Didi buru-buru menarik kedua kakinya, dengan mulut komat kamit melapalkan Doa.
Hari menjelang pagi. Sosok menyeramkan itu tiba-tiba menghilang seiring suara Adzan Subuh berkumandang.
Didi mengucap Hamdalah, kemudian turun dari tempat tidur dan berniat untuk mandi, berwudhu dan memanjatkan segala doa dalam segala kerapuhan dan kelelahan dirinya saat ini.*
Muti tidak menampakkan batang hidungnya, ketika Didi tiba di depot dan mencarinya.
Satu karyawan lainnya menghampiri Didi, lalu"Di, surat dari Bu Muti," ujar Riko, dengan sebelah tangan menggenggam gelas, dan tangan lainnya mengulurkan sesuatu.
Didi mengernyit, kemudian membuka amplop putih itu dan mulai membaca isinya.
'Temui Aku di bangunan pasar lama yang terbakar, Sepuluh menit lagi. Dan Kamu akan tahu segalanya.'
"Memangnya Bu Muti kenapa?" tanya Didi sambil melipat amplop dan memasukkannya ke dalam saku celanany. Riko menggeleng.
"Bagaimana, bagaimana maksudmu?" tanya ulang Riko.
"Tak ada. Sudahlah, Aku pergi," jawab Didi. Riko hanya mengangkat bahu, kemudian kembali melayani pembeli seusai Didi pergi.
Didi diam sejenak, menghentikan langkahnya, di pertengahan jalan.
Mengapa Muti harus mengiriminya surat?
Bagaimana jika itu hanya tipuan?
Bagaimana jika Muti menyakiti Didi?
Tapi jika iya, untuk apa?
Apakah kejadian semalam begitu menyakitinya?Didi menggeleng-gelengkan kepala, mencoba mengenyahkan segala prasangka buruknya. Kemudian melanjutkan langkah, berjalan pelan, menyusuri lorong-lorong bekas pasar tersebut.
Nuansa mistis jelas terasa sekali disana, atas sisa-sisa kebakaran Lima bulan lalu. Lima belas orang dinyatakan meninggal dunia dan hangus terpanggang dilalap api yang mengepung akibat kebakaran disalah Satu toko alat-alat elektronik.
Kenapa Muti mengajaknya bertemu? Dan kenapa pula harus di tempat seperti ini?
Tidakkah Didi mencurigai semuanya itu?Trang Traaang Traaaang
Suara sesuatu yang beradu terdengar menggema. Seperti semacam suara besi atau kaleng yang dipukul-pukul secara berulangkali.
Didi mengurangi kecepatan langkahnya. Matanya mengedar, mencari ke sekeliling keberadaan Muti, atau asal suara dentang tadi."Muti..." gumamnya.
Trang Traaang
Terdengar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Eksekusi
Mystery / ThrillerSeperti Kepiting, tenang, namun mematikan. Tak mengusik, tak mengganggu, namun Capitnya akan mencengkeram kuat, ketika Ia dalam keadaan tak aman. Seperti kasih sayang, tulus, penuh cinta dan pengorbanan. Namun akan menjadi petaka, ketika Kau memaksa...