Hans sudah menyerahkan Pulpen tersebut kepada Audrey. Pulpen yang sedari siang ia letakkan di meja Depot adalah bukan pulpen biasa. Melainkan ada alat rekam yang biasa digunakan khusus untuk seorang Detektif. Ya, dialah Pen full of memories seperti miliknya Bond!
Q U Pen Drive Memorie.Audrey sudah mendengarkan seluruh isi obrolan Barnes dengan kedua orang itu. Perempuan itu kini tengah berada di ruang kerja miliknya.
Kemudian membakar sebatang rokok, dan membiarkan asapnya menyentuh telak ke kedalaman jantungnya."Bagaimana nasib Didi, Audrey..." gumam Hans secara tiba-tiba.
Audrey menggeleng."Aku tidak tahu, tapi Aku yakin Didi akan tetap hidup setidaknya sampai malam ke tujuh seperti yang kita dengar kemarin," jawab Audrey.
"Menurutmu, Muti atau Edward yang kita cari?" tanya Hans.
Audrey tersenyum, kemudian meletakkan rokok ke dalam asbak."Sudahlah, Aku takkan menyebutnya sekarang. Aku butuh waktu untuk meyakinkan firasatku. Huushh ... Sebaiknya kau keluar, Hans. Aku sudah menyiapkan Lunch untukmu. Sana!" seru Audrey.
Hans membuka mulut, pria itu mendengus sebal kemudian berlalu sambil menggerutu.
'Apa iya perempuan itu tidak tahu arti kepedulian seorang pria? Sudah dibantu, diusir dan malah bilang mengganggu...'
*
Audrey sudah mengumpulkan semua bukti. Hanya tinggal Satu langkah lagi, maka selesailah semuanya.
Kini perempuan itu sudah berada di rumah Pak Dayat. Yang semenjak kematiannya, rumah tersebut kosong tak berpenghuni. Bahkan sekedar nyala lampu pun tak ia temukan.Audrey menggunakan Pulpen ajaibnya sebagai penerang jalan, yess pulpen ajaib yang memiliki berbagai fungsi.
Audrey melangkah pelan dan berhati-hati. Ia mencari letak kamar, dan setelah menemukannya, perempuan tersebut mencari sesuatu di dalam lemari.
Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, Audrey kembali melangkahkan kaki keluar kamar.
Terlalu mudah memang, mencari sesuatu yang Ia yakini akan menjadi bukti agar penemuannya sempurna Seratus persen!Audrey menggapai gagang pintu, dan pada saat yang bersamaan, senter ditangannya mati.
'Sial!'
Rutuknya dalam hati.
Audrey sudah menemukan gagang pintu, namun... Tangannya seperti menyentuh sesuatu yang terasa dingin.
Audrey diam, tengkuknya mulai terasa berat kini.'Oh Tuhan, apa ini...' Bathinnya, sembari merasakan sesuatu yang dingin itu menjalar menuju pergelangan tangannya.
Audrey membuka kedua matanya lebar-lebar, namun tetap saja yang terlihat hanya gelap. lalu sesaat kemudian...
'Berhenti ikut campur, atau Kau akan bernasib sama seperti mereka ...'
Seseorang berbisik begitu dekat dengan telinganya. Napasnya memburu dan berembus hingga terasa masuk ke dalam gendang telinganya. Juga urat-urat syaraf dikepalanya.
"Siapa kau?!" hardik Audrey, seraya mencoba memukul orang tersebut.
'Aku disini... Hiii hiii hiii...' suara itu tiba-tiba terdengar sangat jauh.
Audrey berdebar, jantungnya berdegup sangat keras. Dan sepertinya, kali ini ia percaya jika hantu itu benar-benar ada.
Malam yang terasa begitu lambat berjalan dirasakan oleh sosok Audrey. Perempuan tangguh yang tidak pernah mempercayai keberadaan makhluk Astral.
Malam ini ia dapat merasakan ketakutan yang mungkin dialami oleh Hans seumur hidupnya.
Audrey terjebak, dalam rumah yang menimbulkan suara-suara yang membuat jantungnya terasa jatuh dari atas langit ketujuh!*
Jessi melangkahkan kaki kecilnya perlahan. Ia berjingkat dan membuka kemudian menutup pintu tanpa bersuara.
Gadis kecil itu berjalan menyusuri trotoar, melewati jalan setapak, mengikuti perintah seseorang.Jessica terus berjalan, dengan tatapan mata lurus ke depan. Dan setelah beberapa waktu, gadis itu berhenti di depan sebuah rumah dalam keadaan gelap gulita.
Ditangan kecil Jessica, ia menggenggam sebuah botol kecil berisi air mawar. Kemudian atas bisikan seseorang, gadis kecil tersebut berjalan perlahan.
Jessi diam sejenak, menatap sekeliling dan gadis kecil itu tiba-tiba saja menangis histeris, seperti baru tersadar dari mimpi.
*
Di dalam rumah...
"Jessica... Itu suara Jessi! Jessicaa! Jessii!" teriak Audrey.
Perempuan itu berkali-kali mencoba membuka pintu, namun tetap saja ia tak bisa membukanya.
Audrey menangis, bukan takut yang kini ada dalam hatinya, melainkan rasa khawatir terhadap Jessica yang terdengar menangis di luar sana."Jessi... Apa yang kau lakukan disana Nak..." teriak Audrey meski suaranya nyaris tidak terdengar, ia menangis terisak.
*
Di luar rumah ...
"Mommy... Aku seperti mendengar suara Mommy... Mommy!" teriak Jessica, gadis kecil itu berlari menghampiri pintu.
Ketika ia mencoba membukanya, entah mengapa tangannya terasa panas.
'Jessica... Siramkan air mawar itu sekarang...' suara itu menggema ditelinga Jessi.
Jari jemari kecil itu bergetar, mencoba membuka tutup botol dengan kekuatannya.
PRAANG...
Botol kaca itu jatuh dari tangannya dan pecah. Jessica berdiri mematung, menatap botol dengan wajah pucat.
Sementara itu, dari dalam sana Jessica dapat mendengar suara -suara jahat dan tangis Audrey yang bercampur baur."Jessica..." rintih Audrey.
Jessi membalikkan tubuh, gadis tersebut memungut Dua daun kering yang jatuh. Dengan akal dan tangan yang bergetar, ia berusaha mencari pecahan botol, dan berharap masih tersisa Air yang menggenang.
Jessi berjalan perlahan, air mawar yang sedikit itu, kini tercampur dengan air matanya yang terus tumpah.
Dan dengan segala kekuatan yang dimiliki olehnya, Jessi menumpahkan sisa air mawar pada pintu rumah itu, sesuai dengan apa yang diperintahkan seseorang kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Eksekusi
Mystery / ThrillerSeperti Kepiting, tenang, namun mematikan. Tak mengusik, tak mengganggu, namun Capitnya akan mencengkeram kuat, ketika Ia dalam keadaan tak aman. Seperti kasih sayang, tulus, penuh cinta dan pengorbanan. Namun akan menjadi petaka, ketika Kau memaksa...