Jessi melangkahkan kaki kecilnya perlahan. Ia berjingkat dan menutup pintu tanpa bersuara.
Gadis kecil itu berjalan menyusuri trotoar, melewati jalan setapak, mengikuti perintah seseorang. Dan berhenti di depan sebuah rumah dalam keadaan gelap gulita.Ditangan kecil Jessica, ia menggenggam sebuah botol kecil berisi air mawar. Atas bisikan seseorang, gadis kecil tersebut terus berjalan perlahan.
Jessi diam sejenak, menatap sekeliling dan gadis kecil itu tiba-tiba saja menangis histeris, seperti baru tersadar dari mimpi.
*
Di dalam rumah...
"Jessica... Itu suara Jessi! Jessica! Jessi!" teriak Audrey.
Perempuan itu berkali-kali mencoba membuka pintu, namun tetap saja ia tak bisa membukanya.
Audrey menangis, bukan takut yang kini ada dalam hatinya, melainkan rasa khawatir terhadap Jessica yang terdengar menangis di luar sana."Jessi... Apa yang kau lakukan disana Nak..." teriak Audrey, ia menangis terisak.
*
Di luar rumah...
"Mommy... Aku seperti mendengar suara Mommy... Mommy!" teriak Jessica, gadis kecil itu berlari menghampiri pintu.
Ketika ia mencoba membukanya, entah mengapa tangannya tiba-tiba terasa panas.
'Jessica... Siramkan air mawar itu sekarang...' suara itu menggema ditelinga Jessi.
Jari jemari kecil itu bergetar, mencoba membuka tutup botol dengan kekuatannya.
PRANG...
Botol kaca itu jatuh dari tangannya dan pecah. Jessica berdiri mematung, menatap botol dengan wajah pucat.
Sementara itu, dari dalam sana Jessica dapat mendengar suara-suara jahat dan tangis Audrey."Jessica..." rintih Audrey.
Jessi membalikkan tubuh, gadis tersebut memungut Dua daun kering yang jatuh. Dengan akalnya, dan tangan yang bergetar, ia berusaha mencari pecahan botol, dan berharap masih tersisa air yang menggenang.
Jessi berjalan perlahan, air mawar yang sedikit itu, kini tercampur dengan air matanya yang terus tumpah.
Dan dengan segala kekuatan yang dimiliki olehnya, Jessi menumpahkan sisa air mawar pada pintu rumah itu, sesuai dengan apa yang diperintahkan seseorang kepadanya.
Sesaat hening, beberapa menit berlalu tanpa ada sesuatu terjadi. Hingga dalam beberapa detik kemudian, terdengar suara-suara nyaring melengking dari dalam rumah. Seiring suara jeritan Audrey yang terdengar leh Jessica.
BRAKKKK
Pintu terbuka bahkan terlepas. Jessica melihat Ratusan makhluk berterbangan, dengan suara melengking merobek langit, yang disertai lolongan Anjing entah dari mana asalnya.
Audrey berlari keluar rumah tersebut.
"Mommy!" teriak Jessica.
Audrey berlari ke arah Anak gadisnya, ia memeluk Jessica erat sekali."Jessi, sayang, anak kesayangan Mommy, oh sayang ... Kau akan baik-baik saja, Nak. Ayo, kita pergi dari sini ..." suara Audrey berbaur dengan kecemasan. Perempuan itu dengan sigap menggendong Jessica yang masih nampak syok, dengan apa yang baru saja dialaminya.
*
"Apa yang terjadi, Audrey?! Chua bangun dan dia menangis karena Jessi hilang dari kamarnya!" teriak Hans malam itu.
Suasana di kediaman Audrey riuh."Cukup Barnes, jangan berteriak-teriak. Nanti tetangga mendengar dan mereka datang kemari. Kita bicara di dalam!" seru Audrey, sambil buru-buru masuk.
Hans mengikuti keduanya dan menutup serta mengunci pintu.
Tak lama kemudian, Chua datang dan menghambur ke dalam pelukan Audrey dan Jessi."Jessi, Kau baik-baik saja? Kenapa kau pergi? kau masih marah padaku, gara-gara aku menghabiskan coklatmu?!" cerocos Chua.
Audrey menempelkan telunjuk dibibir Chua, karena Jessi terlelap dalam pelukannya.
"Tenang sayang, bukan! Bukan karena Jessi marah padamu, nanti Mommy akan menjelaskan semuanya. Hans... Tolong bantu Aku tidurkan Jessi!" ujar Audrey. Hans mengangguk, pria tersebut merengkuh tubuh Jessi dan menidurkannya di sofa.
Audrey menceritakan segalanya kepada Hans. Tentang apa yang dilihatnya, dan tentang ketidak tahuannya soal Jessi yang tiba-tiba saja sudah berada di depan rumah tersebut.
Hans dan Chua mendengarkan dengan seksama."Jadi... Kau benar-benar bisa melihat makhluk halus, Jessi ..." gumam Chua.
Hans dan Audrey berpaling pada anak prianya."Apa maksudmu, Chua?!" tanya Audrey.
Chua menunduk, ia menyesal karena selama ini, Chua sering menganggap Jessi berlebihan dan sering berbohong. Tapi setelah mendengar cerita Audrey, meski ia belum mendengar langsung dari mulut Jessi, tapi ia yakin, Jessi memang bisa melihat makhluk halus.
"Maafkan Aku, Mom, Dad... Jessi sering cerita padaku soal makhluk halus. Bahkan, kemarin ia bercerita pada Didi dan Aku ... Aku malah mengejeknya. Kupikir, Jessi hanya sedang menakuti Aku..." jawab Chua.
Hans dan Audrey terbelalak.
"Apa yang dia katakan soal Didi?" tanya Audrey kemudian.
"Jessi meminta seorang Nenek yang sering mengikuti Didi, agar Nenek itu menjaga Didi..." jawab Chua.
Napas Hans terdengar mendesah, pria tersebut tidak menyangka jika apa yang ia takuti, justru kini menimpa Jessica, Puteri semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Eksekusi
Mystery / ThrillerSeperti Kepiting, tenang, namun mematikan. Tak mengusik, tak mengganggu, namun Capitnya akan mencengkeram kuat, ketika Ia dalam keadaan tak aman. Seperti kasih sayang, tulus, penuh cinta dan pengorbanan. Namun akan menjadi petaka, ketika Kau memaksa...