Lesson XIV

5.7K 518 69
                                    

Maafkan saya
Lama nongol
😂😂😂
Sibuk sekali
😂😂😂














Enjoy Reading 🐇















Invisible Affliction






Begitu banyak waktu berlalu dengan segala kejadian yang tak terduga. Beberapa hari, semenjak tragedi di Taman Sakura. Kejadian diluar dugaan yang mengakibatkan dua orang penting harus mendekam di rumah sakit. Menyisakan luka serta bekas yang merundung batin.

Taehyung baru saja keluar dan pulang kembali ke Busan. Sedangkan Jungkook masih harus kontrol beberapa kali memulihkan tulang rusuknya yang patah. Fraktur tulang membutuhkan waktu yang tak singkat untuk memulihkannya. Terlebih tulang yang melindungi organ dalam. Tulang rusuk melindungi dua organ vital yang tidak boleh rapuh.

Jungkook harus benar-benar memperhatikan tulang rusuknya yang mulai sedikit cacat. Satu tahun kedepan ia juga harus menjalani pembedahan kembali untuk mengambil plat yang sekarang sedang membantunya melekatkan kembali patahannya.

“Sudah hampir dua minggu, belum sepenuhnya sembuh ternyata,” Gumamnya sambil memegangi dada kirinya yang masih terbalut kasa bagian lukanya.
“Sampai kapan aku harus mengkonsumsi pereda nyeri seperti ini, aku bukan penderita penyakit kronik!” Umpatnya kesal karena masih harus berpura-pura rutin menelan beberapa obat dalam masa pemulihannya. Sedangkan kenyataannya kelainan dalam sarafnya lebih ampuh dari pada pereda nyeri dosis tinggi.

Termangu sendirian di sebuah ruang santai yang sunyi senyap. Meraba sendiri belah dadanya yang sama sekali tak terasa sakit. Sejak pertemuan pertamanya dengan sang kakak di rumah sakit silam. Ada satu hal yang berkecamuk dalam benak. Ah.. andai saja masih ada Mingyu. Maka ia tak akan sebingung ini.

“Tangan Kak Tae sakti, sentuhannya bisa membuat ku merasakan sakit, aku pusing memikirkan ini, bagaimana mungkin bisa terjadi?” Gumamnya mencoba untuk menelaah sendiri kondisinya saat ini.

Setelah kejadian itu, setiap bangun tidur, Jungkook selalu menekan sendiri dadanya. Tidak begitu keras, karena masih ada bagian yang harus ia jaga, tulangnya. Logika yang harusnya terjadi, sentuhan sedikit saja semestinya menyakitkan. Tapi kenyataannya, memakai kemeja dan beraktifitas apa saja sama sekali tak mengganggu mobilitas Jungkook. Dadanya terasa nyaman.

“Makanya… jangan jadi sok heroik, Kamu bukan superman, Kakak,” Tandas Wooji yang mendadak datang berniat menemaninya makan siang.

“Apa yang kau lakukan selama ini? Terus-terusan memaksaku menelannya, ini penyiksaan,” Umpatnya sekali lagi sambil mengarahkan telunjukkan didepan wajah Wooji.

“Karena aku menyayangimu,”

“Menyiksa sama dengan menyayangi, cih!! analogi planet mana??”

“Ya sudah kalo kakak ribut terus, aku buang saja!” Pekik Wooji yang mulai kesal. Tangannya yang masih memegang sebotol obat itu ia angkat tinggi-tinggi dan hampir melepar benda itu jauh-jauh.

“Yaa..yaa…yaa…!!” Teriak Jungkook yang langsung meraih tangan Wooji dan mengambil botol obatnya.

“Aku tidak bisa tidur tanpa dia,” Gumamnya sambil memasukkan obat ke dalam saku jasnya. Wooji hanya mencibir kesal dan tersenyum memandangi Jungkook yang sesekali nampak lucu.

“Kakak, bagaimana dengan perkembangan penyelidikan Bunda mu?”

Jungkook terdiam, sejenak berfikir sedikit serius, benar masih ada masalah yang harus segera ia selesaikan. Ia menatap Wooji dan menghela nafasnya. Sorot matanya telah berubah. Beberapa detik yang lalu kedua mata itu berbinar seperti rembulan. Sekarang, nampak suram dan Wooji pun menyesal telah melontarkan pertanyaan yang tidak tepat waktunya.

Invisible Affliction ( Vkook / Brothership )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang