Sekarang saya jadi selow update
Hihi.... 😸
Maaf ya, ngga bisa secepat dulu update nya...
Maklum.. Saya bukan pengangguran
Hihi... 😸
Saya minta maaf buat komentar yang belum saya balas huhuwee 😭
Makasiihhh buat kalian yang masih sering muncul dan menunggu book ini, 🙏🙏🙏Invisible Affliction
Bicara soal ruang dan waktu. Dimana segala sesuatu itu sudah di atur. Tak ada satupun yang bisa di ulang mundur. Pada jalur dan alur yang terikat dalam seutas benang ukur. Takdir dan keputusan merupakan bagian dari ketetapan Tuhan yang maha Luhur.
Seperti halnya waktu yang tak bisa terulang, sebuah rasa penyesalan tak akan mudah hilang. Dan ketika waktu terus berjalan, dia hanya membantu memudarkan. Tak ada yang namanya menyembuhkan. Sekedar menutup perasaan sekarang dengan untaian hari yang terus berjalan.
“Tutup mata mu,”
Sebentuk bibir melengkung indah, menerbitkan senyuman manis, penggoda iman. Dua gigi besar di depan, mengintip dari balik gelapnya rongga mulut. Dia yang tengah terbaring nyaman di balik balutan selimut tebal dan dalam belaian kakak tersayang.
“Kalau aku tutup mata, Kak Tae pasti pergi,” Ucapnya lengkap dengan bibir yang sudah mengucut cemberut.
“Sudah sebesar ini masih sok manja, tch!”
“Ini salah mu, membuat masa muda ku kelabu,”
Taehyung, tercekat seketika. Pandangan terpaku pada sebentuk bias bening yang berbinar. Menatap penuh rasa yang tak bisa di utarakan. Ini salahnya, yang membuat jurang begitu dalam dan panjang. Tak bisa terlewati kecuali ia sendiri yang kembali.
Malam ini, lepas acara makan malam dengan keluarga utuh, Taehyung mengantar sang adik tidur. Berharap esok akan cepat kembali lagi. Berharap waktu akan terus berputar. Dengan begitu penyesalan yang dalam samudra itu, akan mereda seiring dengan berjalannya waktu.
Tapi sayangnya, Taehyung baru tersadar. Waktu tak akan bisa menyembuhkan. Jika hatinya sendiri masih tak bisa memaafkan, dirinya yang penuh kesalahan.
“Kau ingin Kakak bagaimana? Agar tak ada lagi yang membuat mu terus kesakitan?”
Pertanyaan Taehyung terlontar dengan nada sendu sarat kesedihan. Sampai sejauh ini, Jungkook tak tahu, jika hati terdalam sang kakak mengerang kesakitan. Menahan hujaman ujung runcing nan tajam, sebuah rasa penyesalan.
“Apa yang Kakak bicarakan? Aku.. aku hanya ingin Kakak menemani ku tidur? Siapa juga yang kesakitan, huh?”
Jungkook menyibakkan selimut yang membungkus sebagian tubuhnya. Bangkit seketika dan duduk di hadapan sang kakak. Mata Taehyung berkaca-kaca. Memang benar jika mereka sudah lama berdamai dan tertawa bersama. Tapi baru kali ini Jungkook lihat mata tajam itu nampak begitu tersiksa.
“Kak Tae… aku hanya bercanda, baiklahh.. aku minta maaf, kata-kata ku mungkin masih terdengar sensitif untuk mu, maafkan aku, eoh?”
Jungkook, merengkuh bahu tegap sang kakak untuk ia peluk dan ia dekap dengan segenap perasaan. Mengusap punggung lebar yang keras dan gagah dengan usapan lembut menenangkan. Taehyung, mungkin adalah sosok pria yang pernah kejam dan menjadi sosok yang tegas berkepribadian kuat. Tapi sekarang, hatinya rapuh, hanya karena sebuah rasa penyesalan pada sang adik yang begitu mendalam.
“Jangan seperti ini, eoh, aku mengidolakan sosok mu yang tegas dan kuat,” Sambung si bungsu.
Rengkuhan itu Taehyung lepas perlahan. Binar matanya menghilang. Tergantikan dengan tatapan rasa penuh makna. Betapa hatinya sangat bersyukur dengan adanya Jungkook sebagai bungsu di rumah ini. Jungkook, si kecil yang begitu tegar dan kuat lebih dari yang ia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Affliction ( Vkook / Brothership )
Fanfiction[ Complete ] DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN TIDAK TERIMA ALASAN TERINSPIRASI KALO ISINYA SAMA PERSIS BESERTA SUSUNAN KATA² NYA BERANI PLAGIASI TANGGUNG RESIKONYA DARI TUHAN!!! Dia... si manis yang selalu tersenyum tipis tiada lelah tetap meng...