Lesson XIX

5.8K 522 180
                                    

Sorry for typo 😁















Invisible Affliction



















Jeon Jungkook…

Langkah selalu membawa kita menuju ke sebuah ruang dimana penuh dengan harapan dan impian. Langkah selalu membuat kita melakukan banyak perubahan. Hidup tak akan berkembang tanpa kita melakukan langkah berbalur keberanian. Langkah tak akan pernah mengecewakan kita. Jika langkah yang kita tempuh adalah benar.

Seperti halnya seseorang bernama Jeon Jungkook. Mungkin jika ia tetap berdiam diri dan tanpa ambil langkah yang berarti, maka sampai detik ini dirinya masih dalam pengasingan yang menyakitkan. Jungkook terundang penuh dengan segenap harapan dari sang ayah untuk pulang. Kala itu hatinya masih bimbang. Penuh dengan rasa keraguan yang membuat keputusannya mengambang.

Rasa takut mendapatkan penolakan, lebih besar dari pada impian kebahagiaan. Bahkan ketika sang ayah memintanya untuk pulang, tak segera ia berikan jawaban. Beberapa waktu menggantung tanpa kejelasan. Tapi pada akhirnya Jungkook mengambil keputusan. Sebuah pilihan dari dalam hati yang ia yakini benar. Pulang, apapun yang terjadi, apapun yang akan ia hadapi, pulang adalah satu-satunya hal benar yang harus ia lakukan. Karena keluarga baginya adalah satu-satunya tempat bernaung yang nyaman.

Memang benar jika jalan tak akan selalu mulus seperti apa yang ada dalam angan. Rencana tak akan selalu berhasil seperti apa yang sudah di canangkan. Tapi di balik semua itu, terselip sebuah cahaya berharga yang bernama kemungkinan dan harapan. Tekad kuatnya, berhasil membawa langkah, pada sebuah akhir yang membahagiakan.

“Kau tampan, sudah jangan terus berkaca,” Tukasnya pada sosok lain yang duduk bersandar di atas brankart.

“Ini agak berbeda dari yang sebelumnya, bukan?” Jawab Mingyu sembari meneliti setiap sudut wajahnya yang telah berganti dengan cahaya baru.

“Tidak, itu tetap sama seperti yang sebelumnya,”

“Aku hanya tidak ingin kau jadi berubah pada ku hanya karena wajah ku bukan seperti milikku yang dulu,”

“Sudah berapa kali ku katakan, aku bukan pacar mu yang bersama mu hanya karena tampang mu, Mingyu sialan, selalu saja membuat ku kesal,”

Mingyu meletakkan kaca oval di atas pangkuan. Pandangannya beralih sudut menghadap pada Jungkook yang tengah bermuka masam. Jungkook kesal, dan ketika kesal dia selalu terlihat menggemaskan. Bagaimana bisa Mingyu akan meninggalkannya sendirian. Mingyu terlalu sayang pada sahabat yang telah memberikannya harapan dan impian. Sekarang harapan dan impian itu telah menjelma menjadi kebahagiaan.

“Lama sekali rasanya tidak melihat mu manyun seperti itu, kelinci jelek,”

“Aku sudah lama meninggalkan kebiasaan itu, semenjak kau pergi meninggalkan ku, dan Kak Tae… aahh kenapa jadi membahas itu!”

“Tuuh kan kamu sendiri yang bertingkah seperti itu, Kookie,”

“Berhenti memancing kembali sisi lain ku yang dulu hanya milik mu, aku ingin dewasa seutuhnya!!”

Utututu… lucunya kelinci manja ini ingin berubah menjadi dewasa? Selama ada aku, kau tak akan bisa meninggalkan umur bayi mu, ingat itu,”

“Ciih!! Apa-apaan kau, kenapa sekarang jadi seperti ini? Apa terbentur aspal membuat otak mu miring setengah?”

Mingyu tertawa, cukup lebar, menyaksikan Jungkook nya sudah kembali seperti sedia kala. Berhari-hari pasca operasi rekonstruksi hanya di temani Jungkook membuatnya kaku hati. Jungkook tak semenggemaskan dulu. Seolah Jungkook telah hilang tergantikan dengan yang baru. Raga memang Jungkook tapi karakternya berubah drastis dari yang Mingyu bayangkan.

Invisible Affliction ( Vkook / Brothership )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang