Good morning, sweetheart
😍😍😍
Saya bahagia pagi ini
Semoga kebahagiaan saya nular yaahh
😁😁😁
Yang kemaren nanyain Tete, meet up sini 😁
5K words, sabar yhaa 😂😂Enjoy Reading 🐰
Invisible Affliction
Ruam hati yang tak nampak, terkadang menjadi rahasia tersendiri. Manusia memiliki nurani yang terkadang sulit untuk di selami. Adanya ruam hati yang tak nampak ini, semakin dalamlah jurang tercipta. Menjauhkan seseorang dari hingar bingar dunia. Menyendiri dengan dirinya. Menyendiri dengan hatinya. Dan segala macam asumsi-asumsi dalam otaknya. Tak peduli, jika pada akhirnya, hatinya akan tersiksa.
Pagi yang tenang, dengan suasana meja sarapan seperti kuburan. Sepi dan hanya suara-suara sendok yang sesekali membentur piring. Hanya ada tiga orang yang duduk mengitari meja bundar itu. Mereka terkesan seperti orang asing yang tak pernah bertemu sebelumnya.
Sekalipun dua diantara mereka adalah ibu dan anaknya. Taehyung atau sekarang dengan identitas sabagai Danhae, duduk bersama Park Yoora, ibu bagi Danhae dan juga seorang gadis bernama Shinbi, sepupu Danhae.
“Kau suka selai kacang?” Tanya Yoora sedikit terkejut melihat Danhae, putranya yang telah kembali beberapa hari yang lalu, mengoleskan selai kacang di atas rotinya.
“Aku tidak tahu, aku akan mencobanya, sepertinya aku belum pernah memakan ini,” Ucap Taehyung datar. Karena ia tidak ingat, apakah ia suka atau membenci kacang.
Yoora hanya tertegun memandangi Danhae yang dengan santainya menjawab pertanyaan. Wajahnya tergurat sedih ketika Taehyung tidak menatapnya saat berbicara. Ia hanya memaklumi perbedaan sikap dan sifat anaknya itu karena trauma kecelakaan yang menyebabkan hilangnya sebagian ingatan Danhae terhadap kehidupan lamanya.
Taehyung membuka mulut dan akan memakan rotinya. Tapi mendadak tangannya terhalang oleh sesuatu. Ia menoleh memandangi sepupunya dengan mata melotot menahan lengan Taehyung.
“Kau mau mati?” Bentak Shinbi sampai membuat Taehyung meletakkan kembali makanannya.
“Lebih dari 20 tahun kau tidak makan itu, karena kau ingin hidup, dan sekarang kau mau bunuh diri?” Lanjut Shinbi masih dengan nada ketus.
“Shinbi,” Desah Yoora menahan.
Shinbi melepaskan genggamannya dari lengan Taehyung. Dengan pandangan serba bingung, Taehyung hanya bisa menatap Yoora dalam diam. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia sama sekali tak mengingat kenangan dengan orang-orang ini. Dan sekarang ia juga tak ingat jika kacang itu seperti racun bagi tubuhnya. Yoora hanya bisa memandangi anaknya yang pastinya sangat tertekan sekarang dengan keadaan.
Beberapa saat kemudian, Taehyung termangu melamun di dalam kamarnya. Ia duduk di tepi tempat tidur, memandangi sebingkai foto yang terletak diatas meja. Foto seorang pemuda dengan wajah yang berbeda dengannya, dan juga seorang wanita yang baru saja duduk sarapan dengannya, Yoora.
Mungkinkah apa yang Vivian katakan itu benar jika wajahnya seperti yang ada didalam foto itu, sebelumnya. Apakah benar jika kecelakaan yang ia alami membuat wajahnya hancur dan harus menjalani rekonstruksi. Bagaimana bisa ia mengalami hal mengerikan seperti ini. Kemana semua ingatannya bersembunyi. Secuil rasapun belum jua ia jumpai. Bahkan sudut-sudut rumah ini sudah ia kitari.
“Aagh!”
Taehyung memegangi kepala yang mendadak terasa berat. Ia meringis menahan hujaman rasa nyerinya. Dan hanya bisa menangis karena tak menemukan apa-apa di dalam benaknya. Ia seperti seonggok tong yang kosong yang tak berisi sama sekali. Bagaimana ia bisa menjalani kehidupannya mendatang jika keadaannya seperti ini, jati diri saja tak ia kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Affliction ( Vkook / Brothership )
أدب الهواة[ Complete ] DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN TIDAK TERIMA ALASAN TERINSPIRASI KALO ISINYA SAMA PERSIS BESERTA SUSUNAN KATA² NYA BERANI PLAGIASI TANGGUNG RESIKONYA DARI TUHAN!!! Dia... si manis yang selalu tersenyum tipis tiada lelah tetap meng...