Terhitung sudah dua minggu lebih sejak kejadian dimana Eunha berdebat dengan Jungkook. Hampir seperti debu yang hilang entah kemana terkena angin. Mereka sama - sama diam-tak ingin meluruskan permasalahan yang telah usai bagai air yang mengalir.
Selama dua minggu itu pun, Jungkook sering tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas. Pria itu juga sering terlambat dengan raut kusut di wajah hingga seragam nya. Tidak tau karena apa, yang jelas Eunha merasa sedih melihat itu. Melihat bagaimana kantung mata yang kian hitam setiap harinya. Eunha tau jika Jungkook kurang tidur.
Rasanya ada sedikit keinginan untuk tau bagaimana kabar Jungkook dua minggu belakangan ini. Mengapa ia jadi semakin malas dan sering membolos sekolah? Namun apa daya, Eunha berusaha agar tidak kembali jatuh pada Jungkook. Ia ingin melupakan perasaan nya pada Jungkook. Walau sebenarnya hampir tidak bisa, Eunha harus belajar perlahan.
Malam ini Eunha ada janji dengan Mingyu pergi bersama. Sebenarnya hanya Mingyu lah yang mengajak Eunha. Tentu Eunha bingung. Alih - alih ditanya ingin kemana, Mingyu hanya menjawab malam mingguan karena hari ini memang hari sabtu. Sebagai teman Mingyu yang baik, Eunha hanya mengiyakan. Toh besok libur sekolah ini.
Suara pesan masuk dari ponsel nya membuyarkan lamunannya. Eunha segera membukanya, terpampang jelas nama Mingyu disana.
Mingyu
Keluar lah, aku sudah di depan rumah mu.Secepat kilat Eunha mengambil tas yang tergeletak di kasur tidurnya dan mengambil dompet di atas nakas. Untuk penampilannya malam ini, Eunha sedikit memoleskan wajahnya dengan bedak. Tidak terlalu tebal namun kadar kecantikannya tetap sama-tidak pudar sedikit pun. Rambutnya juga di gerai biasa tanpa aksesoris disana. Eunha juga menggunakan kemeja merah muda dengan balutan tank top di dalamnya. Serta celana jeans hitam menambah kesan casual pada penampilannya malam ini.
Eunha membuka pintu. Disana-Mingyu memainkan ponsel nya di atas motor yang ia bawa. Belum sepenuhnya sadar jika Eunha sudah keluar dan menghampiri pria itu. Sudah dekat pun, Mingyu belum juga sadar jika Eunha kini sudah berada di hadapannya dengan senyum mengembang. Temannya itu memang kebiasaan, tidak bisa jauh dari ponsel sedikit pun sama seperti Jungkook. Akh, Eunha meringis dalam hati. Kenapa juga ia harus teringat pria itu, kemudian Eunha menggeleng pelan berusaha mengalihkan pikiran yang terlintas tadi dan menepuk bahu Mingyu pelan.
"Serius sekali hingga tidak menyadari keberadaanku." Eunha terkikik pelan membuat Mingyu mengalihkan atensinya pada gadis itu.
"Kau sudah selesai rapih - rapih nya?" Sambil memasukkan ponsel di genggamannya, Mingyu memakai helm dan memberi kan helm satunya pada Eunha. Ia tidak ingin berlama - lama karena sudah janji dengan ibunya Eunha agar tidak pulang larut.
"Bisa lihat sendiri kan?" Eunha menerima helm yang Mingyu beri.
"Naik lah!" Tanpa aba - aba, Eunha menaiki motor Mingyu yang tinggi itu. Untung saja ia memakai celana jeans-mempermudah dirinya agar lebih nyaman tanpa takut akan berterbangan seperti biasanya.
"Kita mau kemana sih? Kau tidak adil, mengajak ku tanpa memberitahu tujuan nya kemana." Protes Eunha sembari mengerucutkan bibirnya sebal. Ia masih sibuk memasangkan helm pada kepalanya.
"Jangan banyak tanya. Nanti kau juga tau sendiri." Mingyu menyalakan motornya lalu melajukan dengan hati - hati.
Jalanan ramai serta angin malam yang berhembus kencang. Lalu lalang kendaraan sekitar membuat suasanya nya lumayan berisik. Alhasil mereka saling diam tanpa ada niatan membuka percakapan sedikit pun.
Tak perlu waktu lama untuk sampai pada tempat tujuan. Mingyu memarkikan motornya di halaman yang tidak jauh dari tempat itu. Kemudian Eunha turun sembari melepaskan helm nya. Ia takjub sedikit melihat suasana Sungai Han jika malam hari. Benar - benar indah, beda sekali waktu pertama kali ia kemari dengan Jungkook pada sore hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love ✓ [TERBIT]
FanfictionKetika Jung Eunha si anak baru mendapat masalah dari sekolah barunya karena pemuda yang notabenenya seorang 'BAD BOY' bernama Jeon Jungkook si penguasa sekolah. Mungkin kalian sudah tidak percaya tentang pembulian di sekolah yang berujung pada tinda...