Chapter 5

6.3K 673 2
                                    

Keadaan rumah Eunha sangat gelap. Ia berpikir mungkin saja ibunya belum pulang. Ditanya soal ayah Eunha? Ayahnya sudah meninggal sejak Eunha berumur 10 tahun. Saat itu ayah Eunha tertabrak mobil di pinggir jalan saat ia sedang menolong anak kecil yang sedang menyebrang. Naasnya, nyawa Jung So Nam yang tak lain nama ayah Eunha tidak tertolong. Sungguh mulia sekali hati ayahnya. Kini sifat mulia sang ayah diwariskan kepada Eunha yang gemar menolong sesama.

Eunha segera menyalakan lampu ruang tamu dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. Keadaan Eunha hari ini memang begitu lelah. Tugas menumpuk dan belum lagi nanti malam ia bekerja di sebuah cafe. Ibunya tentu sudah tau jika Eunha membantunya mencari uang untuk membayar sewa rumah yang tidak tetap.

Sempat tidak di ijinkan jika Eunha bekerja pada malam hari. Tapi dengan segala alasan Eunha yang masuk akal, akhirnya sang ibu mengijinkan dengan pesan 'berhati - hati' untuk Eunha.

Nafas Eunha dibuang secara kasar. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit - langit rumah yang kosong. Pikirannya berkecamuk pada kejadian di sekolah siang tadi. Rasa kesal dan geram secara bersamaan di rasakannya hari ini. Bayangkan jika suatu hal yang kau jaga selama ini hilang begitu saja di tangan orang lain? Ciuman pertama Eunha hilang begitu saja direbut pria yang paling ia benci dan menjengkelkan.

Cklek

Sibuk dengan pikirannya yang tidak ada jalan keluar, Eunha sampai tidak menyadari jika pintu rumahnya terbuka menampilkan wanita paruh baya yang tak lain ibunya sendiri.

"Kau sudah pulang nak?" Eunha menolehkan kepalanya menghadap sang ibu yang sedang tersenyum tipis sembari berjalan ke arah sofa dimana Eunha duduk.

"Hmm. Bagaimana jualan hari ini bu?" Tanya Eunha pada ibunya.

"Ibu senang hari ini dagangannya habis. Kau sudah makan?" Jawab sang ibu lalu bertanya.

"Be-belum bu." Tiba - tiba saja Eunha merasa gugup. Padahal hanya ditanyai seperti itu saja lidahnya terasa berbelit.

Ibunya cukup tau sang anak tengah gugup. Ada apa? Akhirnya ibunya mengeluarkan suaranya lagi sembari menuntun tangannya menuju surai Eunha dan mengusapnya lembut.

"Kau gugup sekali sayang. Apa ada masalah?" tanya sang ibu sangat lembut.

Ingin menjawab. Tapi Eunha teringat bahwa tadi siang baru saja ia dicium oleh seorang pria yang tak lain si Jungkook itu. Ia jadi merasa bersalah karena tidak bisa menjadi wanita yang menjaga dirinya dengan baik. Ibunya pernah berpesan pada Eunha jika wanita itu senantiasa harus menjaga dirinya dengan hal - hal yang tidak baik.

Tapi Eunha malah mengingkarinya hari ini. Sebenarnya juga bukan kesalahan Eunha. Ia sebagai korban kegilaan Jungkook yang dengan kurang ajarnya menyentuh bibirnya tanpa bersalah sedikit pun. Rasanya ia ingin menceritakan hal ini pada sang ibu. Tapi tidak bisa. Ia dihantui rasa takut akan mengecewakan sang ibu.

"Tidak apa - apa bu. Aku hanya rindu pada ayah." Akhirnya Eunha mengatakan hal lain.

Tangannya merengkuh tubuh sang ibu. Tentu ibunya membalas pelukan Eunha dengan senang hati. Kapan lagi bisa bermanja - manja pada sang anak? Park Sora, ibu Eunha jadi takut jika suatu saat ia tidak bisa seperti ini dengan sang anak. Dulu ia sangat terpukul mengetahui bahwa suaminya meninggal dunia. Tapi saat ini ia masih bersyukur pada Tuhan karena masih memiliki Eunha yang sifat baiknya menuruni suaminya. Ia berjanji akan senantiasa menjaga Eunha sampai maut memisahkan mereka berdua.

°°°°°

Pagi ini Eunha berniat datang ke sekolah lebih awal, setelah mengantar ibunya di persimpangan jalan untuk berjualan. Keadaan sekolah masih sepi. Tentu saja sepi, ini masih pukul 06.00 KST sedangkan bel berbunyi pukul 07.30 KST.

Fake Love ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang