(Play : GFRIEND - Mermaid)
Pintu menjulang tinggi di padukan warna coklat disana. Eunha menatap tulisan Ruang Kepala Sekolah yang terpasang dengan huruf kapital. Ia berkali - kali menghela nafas berusaha menenangkan pikiran nya yang kacau. Padahal ia sudah janji untuk memberitahu keputusan terkait penerimaan beasiswa yang ia dapat. Entah kenapa dia ragu.
Dan disini lah, Eunha berdiri sembari menatap pintu itu kosong. Ibu nya sudah memberi keluasan agar ia bisa memilih. Namun tetap di sarankan, Eunha sebaiknya memilih mengambil beasiswa itu oleh Ibu nya. Alhasil ia hanya menuruti.
Karena setelah di pikir - pikir lebih baik ia menerima itu dari pada di sia - sia kan. Di luar sana masih banyak yang ingin mendapat beasiswa itu dan menerimanya. Jadi, Eunha pikir ia harus bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan padanya.
Dengan mantap, Eunha memutar knop pintu yang tidak terkunci. Membuat pintu yang terbuka itu mengeluarkan suara decitan yang cukup keras. Eunha melihat sekitar dan menemukan sang kepala sekolah tengah duduk bersama dengan laptop nya. Ia menghela nafas sekali lagi untuk keputusan nya kali ini.
"Mengapa diam saja? Duduk lah!" Seru kepala sekolah tanpa mengalihkan pandangan nya pada laptop di depan nya.
Eunha mengangguk samar lalu menghampiri wanita paruh baya yang menjabat sebagai kepala sekolah itu. Ia duduk dengan hati - hati sambil membenarkan tas nya yang miring. Memang sekolah sudah pulang sejak 15 menit yang lalu.
"Ada apa kau kesini? Jangan bilang, kau ingin menolak beasiswa mu itu?" Tembak kepala sekolah langsung pada Eunha. Ia juga menutup laptop nya dengan cepat.
"Tidak. Justru saya ingin menerima beasiswa di Jepang itu tahun depan." Seraya berkata seperti itu, Eunha dapat melihat raut gembira lawan bicara nya yang tidak luntur sedikit pun.
"Ku pikir kau menolak nya. Bagus lah kalau begitu. Nanti ku beritahu pihak yang bersangkutan untuk membawa mu melanjutkan pendidikan di sana." Eunha hanya mengangguk paham sembari tersenyum samar.
Benarkah ini keputusan yang benar? Semoga saja. Batin Eunha berkata.
"Kalau begitu saya keluar dulu Bu." Hampir saja Eunha berhasil bangkit, namun pergerakan nya tertahan setelah kepala sekolah itu berujar lagi.
"Tunggu sebentar. Ku dengar, kau sudah tidak membimbing Jungkook lagi. Apa itu benar?" Tanya nya dengan mata memicing, berhasil membuat Eunha kaku terdiam.
Dari mana wanita paruh baya ini tau? Apa Jungkook mengadu padanya? Gila! Jika sampai ia mengancam seperti biasanya, Eunha tidak tau harus berbuat apa. Pasti kepala sekolah di depan nya ini kecewa berat dengan nya. Karena telah mengingkari amanah nya sekarang.
"I-iya bu maaf." Dengan takut - takut, Eunha memilih menundukan kepalanya sambil memainkan rok nya yang menganggur. Ia juga menggigit bibirnya berkali - kali, tidak tau karena apa.
"No problem. Ku lihat, anak itu semakin naik saja nilainya. Terima kasih telah membantunya." Seusai berkata itu, ia bangkit dari tempat duduknya lalu menepuk bahu Eunha pelan. Kemudian ia pergi dari sana meninggalkan Eunha sendiri yang masih tidak percaya dengan yang barusan terjadi.
"Aku tidak di marahi?" Eunha bermonolog sendiri sambil menunjuk tepat di depan wajahnya. Ia kira dirinya akan di marahi karena telah mengingkari janji mereka itu. Namun sepertinya ada masalah disini. Dengan santai nya kepala sekolah nya itu berkata seolah tidak ada beban sama sekali.
Merasa bodoh karena terlalu lama diam, akhirnya Eunha memutuskan untuk pulang setelah dirasa ruangan itu semakin sepi. Ya iyalah sepi, namanya juga Ruang Kepala Sekolah. Pasti hanya dihuni oleh satu orang saja, dan orang itu sudah hilang entah kemana.
Eunha membuka pintu dan menutup nya kembali tanpa tau sebenarnya ada orang yang sedari tadi menguping pembicaraan nya dengan sang kepala sekolah. Dia, Jungkook.
Menatap sayu punggung Eunha yang kian menjauh dari sana. Jungkook tidak bisa berpikir jernih setelah mendengar keputusan Eunha yang mendadak itu baginya. Entah mengapa, baru saja ia merasa kehilangan, merasa bahwa sebagian dari diri terpentingnya akan hilang tidak lama lagi.
Mengapa seperti ini? Jungkook pun tidak tau. Eunha berhasil membuat dirinya kacau seperti orang yang tidak terurus. Gadis itu berpengaruh pada setiap organ tubuhnya. Jika Eunha ada untuk dirinya, Jungkook akan senang dan bersemangat menjalani aktivitas setiap hari nya. Namun sebaliknya, jika gadis itu terang - terang an menjauhinya, Jungkook merasa sebagian dari organ tubuhnya tidak berfungsi secara langsung.
Bukan karena apa, hidup dengan perasaan bersalah itu tidak akan tenang sampai kapan pun. Jungkook berusaha meminta maaf pada Eunha. Tapi sepertinya ia telah menggores hati gadis yang entah sejak kapan mulai berkelana pada hati dan pikirannya. Dan Jungkook tau, ia sudah jatuh pada gadis itu-Jung Eunha.
Tidak ingin kehilangan, tidak ingin menyia - nyiakan lagi jika diberi kesempatan kedua, tidak ingin membohongi perasaannya yang kini hanya terpendam bagai sampah yang tertimbun hingga menggunung. Jungkook ingin berjanji bahwa ia bisa berubah-tidak seperti dulu lagi.
Ia rindu, rindu di ajari belajar lagi oleh Eunha. Rindu menghabiskan waktu bersama Eunha walaupun itu terpaksa karena nya, tapi Jungkook tidak bisa memungkiri bahwa ia nyaman dengan gadis itu. Gadis yang awalnya hanya ia manfaatkan dengan alasan yang cukup logis namun mampu membuat keadaanya berubah drastis.
Mereka seperti tidak mengenal satu sama lain. Jungkook tidak tahan terus berdiam diri tanpa berusaha meminta maaf lebih lagi pada Eunha. Mulai sekarang sebelum semuanya terlambat, ia harus memperbaiki hubungan tak terarahnya dengan Eunha.
Mungkin setelah Jungkook siap dan sudah membenahi dirinya terlebih dulu, ia janji akan datang pada Eunha dengan segala pengakuan jujur yang ia punya. Semoga saja benteng pertahanan gadis itu untuk tetap pergi meninggalkan Korea runtuh perlahan. Jungkook tidak siap jika harus melewati hari - hari membosankan nya tanpa gadis itu.
Karena ia tau, bahwa cinta akan kembali pulang ke tempat dimana asalnya berada.
Jungkook melangkahkan tungkai panjangnya untuk pergi. Ia harus segera pulang sebelum sore berganti menjadi malam. Yang ia ingat, Eunha pernah berkata 'Kau tidak boleh pulang larut sehingga orang tua mu khawatir. Beruntung lah kau masih memiliki orang tua yang lengkap dan menyayangi mu secara tulus. Jangan sia - sia kan mereka Jung' hanya itu yang Jungkook ingat dan akan selalu ia ingat.
Jung Eunha benar - benar gadis yang tulus dan baik hati. Gadis itu seperti malaikat tanpa sayap yang di khususkan untuk kebaikan di muka bumi ini. Rasanya Jungkook menyesal telah membuat gadis itu kecewa akibat dirinya. Jika Tuhan berkehendak, bisakah Eunha kembali lagi padanya dan memulai semuanya dari awal? Jungkook berharap Tuhan mengabulkan doa kecil nya yang tulus.
🐯
Percaya atau tidak. Aku kalo bikin part yang sedih entah kenapa cepet banget nangkepnya wkwk. Sudah aku kabulin ya fast up nya. Tunggu di chapter selanjutnya karena bakalan seru banget ngeliat dua sejoli yang berusaha saling menghindar satu sama lain.
Aku juga makasih sama kalian yang udah sempetin baca dan nungguin ff abal ini dari awal. Karena ga di prediksi bakal secepet ini read sama vote nya soalnya aku pemula hehe.
Aku juga lagi belajar buat cerita dengan bahasa non baku. Kaga tau ngapa sampe sekarang aku ga bisa buat cerita pake bahasa non baku.
Tapi sebelum usaha dan di coba aku gamau nyerah gitu aja. Aku lagi mempelajari kosa kata yang belum sebagian aku paham. Doain aja aku bakal sempet buat ff baru lagi.
Ps:
Jadikan menulis sebagai hobi mu untuk meluapkan perasaan mu yang belum sempat tersampaikan.
Lulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love ✓ [TERBIT]
FanficKetika Jung Eunha si anak baru mendapat masalah dari sekolah barunya karena pemuda yang notabenenya seorang 'BAD BOY' bernama Jeon Jungkook si penguasa sekolah. Mungkin kalian sudah tidak percaya tentang pembulian di sekolah yang berujung pada tinda...