Chapter 18

5.5K 611 18
                                    

Hari minggu ini Eunha mengikuti penambahan materi untuk Olimpiade minggu depan. Tak terasa hari semakin siang, angin berhembus kencang disertai debu – debu aspal yang kian melayang. Eunha nampak fokus memperhatikan guru Park yang mengisi materi di depan kelas.

Di sebelahnya, ada Mingyu yang juga memperhatikan materi tersebut. Memang mereka hanya berdua saja, karena disuruh datang oleh guru Park untuk mematangkan materi sebelumnya. Tak jarang juga semua materi Eunha dan Mingyu pahami. Untung saja guru Park baik hati ingin menjelaskan lagi secara detail.

Soal olimpiade minggu depan nanti bukan hanya satu mata pelajaran. Namun, soal – soal umum yang akan keluar di olimpiade kali ini. Biasanya soal umum memang sulit mengingat bukan hanya satu saja yang di kuasai, tapi semuanya harus bisa dikuasai.

Eunha yang memang dari Junior High School sudah sering mengikuti olimpiade. Tapi kali ini ia takut karena yah, soalnya adalah soal umum. Biasanya ia hanya mengikuti satu bidang mata pelajaran saja saat olimpiade. Ini pertama kalinya ia mengikuti olimpiade dengan soal – soal menyangkut umum.

Sedangkan Mingyu sudah biasa karena ia pernah mengikuti olimpiade ini sebelumnya. Tetap saja walaupun sudah mengalami, rasa takut itu kian menggerogoti perasaannya. Ini masalah membawa nama sekolah dan Mingyu takut jika mengecewakan sekolahnya.

"Gunung tertinggi dan terbesar di Benua Amerika adalah Aconcagua."

Suara guru Park memberi materi lagi yang langsung di catat oleh Mingyu dan Eunha. Hari ini tidak terlalu banyak menambah materi, dikarenakan pertemuan berikutnya akan di lanjutkan hari kamis mendatang. Sementara olimpiade nya di lakukan pada hari sabtu dan senin adalah hasil pengumumannya.

Sungguh mereka merasa takut melawan peserta dari sekolah lain. Tentu nya yang ikut olimpiade ini berlomba – lomba agar sekolahnya dapat menang dan mendapat mendali, uang serta membawa nama baik sekolah. Dengar – dengar juga, jika juara umum olimpiade ini akan mendapat beasiswa kuliah di luar negeri. Wah, itu hadiah yang mengesankan.

Sebenarnya Eunha sama sekali tidak berharap juara umum. Cukup ia juara dua atau tiga pun, Eunha tentu merasa bangga. Secara ia melawan peserta yang ia dengar dari 45 sekolah. Itu berarti, ia juga harus melawan 45 orang itu di olimpiade nanti. Eunha jadi tidak sabar menunggu hari itu datang.

"Hei! Kau pulang naik apa?"

Tiba – tiba suara Mingyu membuyarkan lamunannya. Eunha menoleh dan mendapati Mingyu yang sedang tersenyum sambil memainkan penanya di putar – putar.

"Aku naik bus seperti biasa." Jawab Eunha.

Mingyu hanya ber oh ria sembari menganggukan kepalanya. Kemudian fokusnya kini kembali pada guru Park yang menulis materi di papan. Mingyu berpikir sejenak lalu mengeluarkan suaranya lagi.

"Mau tidak pulang denganku? Kebetulan aku bawa motor."

Eunha menghentikan kegiatan menulisnya setelah mendengar itu. Tanpa berpikir panjang ia menyetujui ajakan Mingyu. Lagian ia juga ingin menghemat uang. Rezeki tidak boleh di tolak bukan?

"Baiklah, cukup sampai disini materinya. Kalian boleh pulang dan jangan lupa berikan salam ku pada orang tua kalian. Belajar lagi dirumah."

Guru Park menyudahi materi hari ini, ia membawa tas nya lalu pergi dari kelas. Eunha dan Mingyu mengangguk paham dan mulai rapih – rapih untuk pulang. Setelah semua nya dianggap beres, mereka keluar kelas menuju parkiran.

Namun baru saja keluar kelas, Eunha di kejutkan dengan kehadiran Jungkook yang tanpa aba – aba langsung menarik tangannya dan membawa pergi.

"Yak lepaskan! Eunha pulang bersama ku!"

Fake Love ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang