Seiring perdebatan kemarin berlalu, kaki mungil Eunha kini berdiam diri di depan gerbang hitam nan mewah yang menjulang tinggi. Ia gugup sekali, tapi mengapa? Padahal hanya rumah Jungkook. Tapi seolah – olah ia masuk ke rumah penjagal yang siap memutilasi tubuhnya hingga habis.
Dengan keyakinan penuh, tangan Eunha terulur untuk memencet bel di sebelahnya. Ini gila. Rumah Jungkook benar – benar mewah bahkan kelewat mewah. Eunha mulai berpikir mungkin saja rumahnya hanya sebesar kamar mandi Jungkook. Melihat rumah yang bisa dibilang seperti mansion itu hanya bisa menganga. Kira – kira berapa rogoh kocek yang Jeon Ji Woo keluarkan hanya untuk membangun rumah ini?
Karena keasikan melihat – lihat tiap sudut rumah, tanpa sadar sedari tadi Jungkook sudah membukakan pintu dan menatap Eunha dengan datar. Pikir Jungkook gadis di depannya ini nora. Bagaimana tidak nora? Bahkan keberadaan Jungkook belum disadari karena gadis itu masih lekat melihat rumahnya. Oh iya, Jungkook lupa satu hal. Penampilan Eunha yang kuno sudah menjawab semuanya kan?
"Tidak usah seperti itu melihatnya. Cepat masuk!"
Seketika Eunha merinding mendengar suara Jungkook tiba – tiba. Sejak kapan pria itu berada di pintu? Tidak mau berpikir lagi, Eunha menuruti perkataan Jungkook yang menyuruh nya masuk.
Eunha sudah berada di ruang utama rumah ini. Begitu melihatnya, ia benar – benar takjub dibuatnya. Lampu yang menggantung mewah tepat di atasnya, tembok yang berwarna putih bersih dan sofa yang terlihat sangat – sangat empuk membuat Eunha ingin sekali rebahan di atas sana.
Jungkook sudah duduk di sofa itu sementara Eunha tidak tau harus berbuat apa selain berdiri diam. Ingat kata orang 'tamu itu harus nunggu dipersilahkan tuan rumah'. Sampai suara perempuan memecah suasana mereka berdua. Eunha kaget tentunya, jangan bilang...
"Kenapa kau berdiri saja nak? Duduklah di sebelah Jungkook! Kau pasti kekasihnya kan?"
Eunha sedikit menaikan kaca matanya yang turun dan berucap.
"E-eeh buk..."
Belum sempat Eunha berbicara, Jungkook sudah memotongnya dengan kata – kata gila.
"Ah, perkenalkan eomma. Ini Eunha, kekasihku. Sini sayang kau kenapa diam saja begitu?" Tangan Eunha ditarik oleh Jungkook dan detik ini juga, mereka telah membuat kebohongan besar pada wanita paruh baya yang tak lain ibu Jungkook.
Kekasih apanya? Mulutnya gampang sekali membual. Sinting memang! Batin Eunha mengerang.
"Wah daebak! Kau gadis pertama yang Jungkook bawa ke rumah. Sepertinya kau spesial nak." Ibu Jungkook beringsut memegangi bahu Eunha dan mengusapnya.
Eunha hanya menunduk dan tersenyum canggung. Dalam hati ia ingin memaki Ibu Jungkook yang terlihat rumpi sekali. Dikira martabak kali ah, spesial!
"Eomma, aku bawa Eunha ke kamar dulu ya. Jangan lupa buatkan minuman buat kami berdua." Lantas Eunha melotot kaget mendengar penuturan Jungkook.
Dia ini gila beneran atau gimana? Niat Eunha kesini kan karena ingin belajar dan kebetulan ini hari minggu. Kalau tau begitu, Eunha tidak mau susah payah menuruti Jungkook yang selalu mengancam sekolah agar appa nya tidak menjadi donatur sekolah lagi. Licik memang.
Tangan Jungkook sudah beralih pada bahu Eunha. Ia menuntun gadis itu layaknya sedang bermain kereta api. Eomma nya hanya tersenyum melihat tingkah Jungkook yang langka. Wanita paruh baya itu berharap agar gadis itu bisa mengubah sifat Jungkook yang banyak buruknya.
°°°°°
Memang sinting si Jeon itu. Eomma nya baru saja pergi setelah mengantar dua minuman. Dengan senyum lebarnya, Jungkook malah mengunci pintu kamarnya dan hanya tersisa mereka berdua saja. Bukan maksud apa – apa, bisa saja kan Jungkook macam – macam? Mengingat ciuman yang dilakukannya kemarin saja sangat santai. Pasti Jungkook sering melakukan hal lebih pada wanita lain. Eunha merinding mengingat itu. Jungkook itu perayu wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love ✓ [TERBIT]
أدب الهواةKetika Jung Eunha si anak baru mendapat masalah dari sekolah barunya karena pemuda yang notabenenya seorang 'BAD BOY' bernama Jeon Jungkook si penguasa sekolah. Mungkin kalian sudah tidak percaya tentang pembulian di sekolah yang berujung pada tinda...