Ternyata tidak enak rasanya tanpa adanya gangguan dari Mr. Styles. Aku jadi jarang marah-marah dan pastinya merindukannya. Akhir-akhir ini aku sering mendapati diriku sendiri yang melamun karena sibuk memikirkannya. Parahnya lagi aku sering kabur dari Elle dan Troye untuk pergi menyendiri dengan berbagai alasan yang tidak jelas. Terkadang juga aku menangisi banyak hal. Aku termasuk orang yang melankolis sebenarnya. Jika ada sesuatu yang membuatku bersedih maka aku akan menangis dan itu menjalar ke segala hal yang membuatku sakit hati, aku pun berlarut-larut dalam kesedihan, parah memang.
Aku pun sering pergi ke perpustakaan dan membaca buku di sana tapi tidak sendirian, Zayn sering datang dan mengoceh sambil menasehati ku perihal kuliah, seperti sekarang ini.
" Jadi intinya rajin-rajin saja mencari informasi tentang universitas-universitas yang bagus di belahan bumi ini ". Dia mengakhiri, kurasa.
" Ya, tentu. Terimakasih, Zayn ". Aku tersenyum padanya dan dia beralih untuk mengamati buku-buku lagi dan lagi.
" Ngomong-ngomong, apa kau punya pacar? ". Tanyanya dan aku hampir saja tersedak oleh ludahku sendiri. Sudah lama tidak ada orang yang menanyaiku soal ini.
" Tidak, aku tidak menyukai hal-hal seperti itu. Maksudku, tentu suatu hari nanti aku pasti akan melakukannya tapi saat ini aku ingin bersenang-senang saja ". Aku menjawab lalu menggidikkan bahuku tak peduli.
" Atau jangan-jangan kau punya kelainan seksual, hanya saja kau tidak tahu ". Aku melotot padanya.
" Excuse me? Kau sangat tidak sopan, Zayn "
Bukannya merasa bersalah Zayn malah tertawa sambil merogoh-rogoh koceknya.
" Aku hanya bercanda, babe ". Mataku beralih untuk melihat tangannya yang kini membuka bungkus rokok lalu menyelipkan satu batang rokok itu di antara bibirnya dan menyulutnya dengan api.
" Kau merokok? ". Tanyaku tak percaya, ya ku akui Zayn memang tidak terlihat seperti pria baik-baik. Dia bertato just like Mr. Styles. Tapi hati dan sikapnya yang baik menutupi itu jadi tak heran aku kaget melihatnya seperti ini. Terlebih lagi dia merokok tepat di depanku.
" Ya, ini kesukaanku ". Jawabnya dan memberiku kedipan mata. Aku menyengir canggung.
" Well... Aku ingin kembali ke kelas, aku tidak mau kedua temanku mencari-cari ku ". Aku berdiri dari dudukku dan mengembalikan buku yang ku pinjam ke tempatnya semula.
" Kau takut temanmu tahu kau disini bersamaku dan berspekulasi macam-macam kepada kita berdua? ". Perkataan Zayn mengharuskan ku untuk mendekat padanya. Sepertinya dia sedang mencoba mencari mati denganku. Pun aku melotot padanya.
" I don't think so, kita tidak melakukan apapun disini, ada apa denganmu, huh? Katakan saja yang ingin kau katakan ". Desakku. Zayn terkesan berbicara seperti sedang berada di dunia lain.
" Let me kiss you ". Aku melangkah mundur dan dia mendekat. Untungnya aku dengan cepat kabur karena khawatir hal-hal buruk terjadi. Zayn sudah sinting. Padahal aku baru saja merasa nyaman mengobrol dengannya, dia baik di awal, menasehati ku, tapi barusan? Dia bertingkah seperti seorang pedofil.
" Jangan!!! ". Pekikku kencang karena seseorang memelukku dari belakang ketika sedang berjalan menuju ke kelas. Tubuhku gemetaran, astaga ada apa denganku?
" Hey, ini aku, Meghan ". Bahuku meluruh lega mendapati Troye yang memelukku. Beberapa orang melihat kami dengan tatapan biasa saja namun sebagiannya lagi menatap kami risih. Oh c'mon
" Ada apa? Kau pucat dan berkeringat ". Troye mengelap keningku dengan sapu tangannya. Kami masih berdiri di tengah-tengah koridor." Aku tidak tahu. Di mana Elle? "
" Dia di kelas, menyuruhku untuk mencarimu, niatnya aku mengejutkanmu tadi. Tapi kau seperti ini ". Katanya dan aku menyeretnya untuk masuk ke kelas.