" Meghan? ". Aku terlonjak saat suara Harry yang sangat berat memasuki indra pendengaran ku. Aku yang sedang melamun di kelas sendirian pun celingak-celinguk mendapati hanya ada kami berdua disini. Tadinya aku sengaja mengatakan pada Elle dan Troye bahwa aku sedang kurang sehat jadi ingin beristirahat di kelas saja.
" Y--ya? ". Entah kenapa aku jadi gugup seperti ini? Mungkin karena Harry sudah...ah lupakanlah.
" Kau baik-baik saja? ". Harry membawa tangannya untuk mengelus pipiku. Spontan aku melepaskannya karena takut ada yang melihat. Keberadaannya disini saja akan menjadi masalah jika dan yang tahu. Tapi Harry mengernyit tidak suka sekaligus heran.
" Aku baik dan tolong jangan bersikap seperti ini, aku takut ada yang melihat kita dan kita jadi bahan omongan, Mr. Styles "
" Oke. Umm...aku kemari ingin mengatakan bahwa aku ingin kau ikut denganku malam ini ". Mungkinkah ini?
" Kemana? Ke sebuah restoran? "
Harry terkekeh geli dan mencolek daguku.
" Bukan, temanku mengadakan pesta ulang tahun disebuah club malam yang sudah di sewa untuk semalam, aku hanya ingin membawa murid kesayanganku ke sana "
Tubuhku terasa lemas mendengarnya, murid kesayangan? Apa itu yang mendeskripsikan ku di matanya? Sialan! Kenapa Harry suka sekali menjatuhkan perasaanku?
" Baiklah, jika aku bisa "
☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀
Mataku terasa begitu berat, aku meminta izin kepada Mr. Holland untuk mencuci muka demi menghilangkan rasa kantuk yang menyerang ku.
Aku membasuh wajahku dan berkaca lalu pandanganku beralih ke pintu masuk yang menampilkan Olivia yang baru saja memasuki toilet.
" Hey! ". Sapaku keberatan. Gadis ini menaikkan sebelah alisnya angkuh, benar-benar terlihat seperti jalang yang tidak punya rasa malu sedikitpun.
" Kau mengenalku? "
Aku menggidikkan bahuku.
" Aku tahu namamu, bukankah kita pernah berbicara saat sedang mengantri di cafetaria? ". Tanyaku dengan sangat manis, maksudku pura-pura manis. Si jalang kecil ini memutar bola matanya tak peduli.
" Mengapa kau sangat dekat dengan Mr. Styles? ". Well...pantas saja dia bertingkah seperti ini, ternyata dia cemburu toh...
" Aku memang sudah mengenalnya sejak umurku masih sembilan tahun, kenapa? Kau tidak suka? ". Aku mulai mengeluarkan nada bicaraku yang sebenarnya. Dia pikir aku akan segan atau bahkan takut padanya? Never in a million years
" Ya, aku tidak suka. Bisa kau jaga jarak dengannya? "
Untuk beberapa saat aku memang hanya diam tapi aku tidak dapat menahan diriku untuk menganga lebar di depan wajahnya, astaga dia berhasil menghilangkan rasa kantuk ku.
" Tidak bisa! Dasar bocah tengil! ". Ledekku sambil mengibaskan tanganku di depan wajahnya, lalu aku kaluar dari toilet yang sudah terkutuk karena ada makhluk seperti tadi itu.
Dengan tidak malu sedikitpun dia menyuruhku begitu? Memangnya dia siapa? Dasar muka tembok!
" Aw! ". Jeritan kesakitan ku tertahan begitu melihat orang yang menarik tanganku. Dia Harry, pria ini membawaku ke ruangannya. Dengan cemas aku memastikan tidak ada orang yang melihat.
" Apa? "" Aku merindukanmu ". Katanya lalu mengecup bibirku.
" Umm...kau tidak mengajar? ". Aku berusaha semampuku untuk mengganti topik pembicaraannya. Rasanya tidak mungkin ini semua akan berlangsung lebih lama lagi.