Kini aku sudah berpakaian dengan rapi, sudah siap pergi ke sekolah. Harry baru saja bangun dan dia langsung menenggak obat. Kami tidak berbicara sama sekali.
Daton- nama pria yang membawa Harry itu sudah mengantarkan mobil tadi, jadi aku tidak perlu berpikir buru-buru bergerak agar tidak terlambat dengan bus.
Langkah kaki terdengar menuruni tangga, aku mencoba mengabaikannya. Jika Harry memang sadar, harusnya dia meminta maaf.
Dia datang dan merapikan kemejanya, tadinya aku berpikir dia akan memilih untuk istirahat di rumah karena pasti kacau dia mengajar dengan kepala yang mungkin masih sedikit berkunang-kunang akibat alkohol yang dikonsumsinya.
" Kau bisa pergi dengan bus, aku sedang tak ingin diganggu ". Ia berucap dengan dingin dan melesat keluar. Aku mematung mendengarnya. Dia tidak bercanda kan?
Mungkin kedengarannya lebih baik jika aku yang bersikap demikian.
Air mataku menetes dan aku segera menghapusnya. Meraih tasku, aku mencari ponselku dan menghubungi Troye.
" Hey, bisa kau menjemputku? Aku terkena masalah "
🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄
" Zayn benar, seharusnya aku tidak memberikan kesempatan untuknya "
Aku bergumam sambil menangis di dalam pelukan Troye. Sedari tadi dia hanya diam sambil sesekali mengelus rambutku juga punggungku. Sebuah ketidakadilan jika aku meraung pada Troye, aku merasa dia tidak berpengalaman dalam hal ini. Dan semua ini terasa percuma.
" Jujur saja, aku tidak sependapat dengan Zayn ataupun kau sendiri saat ini. Mr. Styles mencintaimu, Meghan. Aku dapat melihatnya dari caranya memperhatikanmu, menatap matamu. Ini memang sulit karena kau pun tidak tahu dia terjebak lagi atau tidak tapi percayalah, semuanya akan baik-baik saja ". Akhirnya dia mengucapkan kalimat panjang untukku. Aku melepaskan pelukannya dan memeluknya lagi, berterimakasih padanya. Aku benar-benar bersyukur memiliki sahabat sepertinya.
" Aku tertinggal? ". Suara Elle memekik dari belakangku. Tiba-tiba saja dia ikut-ikutan berpelukan.
" Ehmm... anak-anak tidakkah kalian dengar bel sudah berbunyi? ". Pelukan kami langsung terlepas begitu menyadari Mrs. Peyton sudah berada di sekitar kami.
" Maaf, Mrs. Peyton ". Ujar kami bersamaan dan kabur ke kelas sambil tertawa disepanjang koridor. Tapi tawaku lenyap melihat Harry yang juga sedang masuk ke kelas yang akan ku tuju.
Troye meminta izin dan maaf sebelum masuk ke kelas. Harry menjawab dengan dingin tanpa melihatku sama sekali. Dan sekali lagi dia memperlebar luka ku.
Sepanjang waktu pelajaran, aku tidak berbicara, tidak menjawab seperti yang biasa ku lakukan. Harry pun demikian, biasanya ia bertanya padaku tapi kali ini tidak, melihatku pun tidak. Rasa geram lebih mendominasi sekarang, seharusnya aku yang bertindak demikian.
🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇🌇
Aku tidak bisa bertahan disini, aku ingin pulang. Aku bukan anak kecil yang takut jika sedang sendirian di rumah. Tanpa sepengetahuan Harry, aku mengemasi barang-barang ku, rasanya seperti kabur dari kandang singa.
Batinku meyakinkan sekali lagi bahwa semuanya akan baik-baik saja, seperti yang dikatakan Troye. Menghela nafas panjang, aku pun menarik koperku secara perlahan-lahan, berusaha semampuku untuk tidak menghasilkan suara yang dapat membuat curiga.
Akhirnya aku berhasil berada di luar. Langit tanpa bintang dan sialnya lagi ini mendung. Angin berhembus kencang dan aku harus mengencangkan jaketku. Bunyi gemuruh disertai petir pun mengejutkanku beberapa kali. Beberapa orang yang memergokiku ada yang tertawa, bagaimana tidak? Aku yakin mereka berpikir aku adalah manusia yang baru saja keluar dari dalam rumah yang terkunci disana seumur hidupku.