Aku sedang mengumpulkan keberanian ku untuk berhadapan secara langsung dengan si bajingan Harry. Kini aku sudah berdiri di depan pintu rumahnya dan bersiap-siap untuk menekan belnya.
Belnya sudah berbunyi dan tak lama kemudian si pemilik rumah ini membukakan pintunya. Matanya melebar melihatku datang.
" Mengapa kau menghajar Zayn, huh? ". Aku membentaknya, sembari mendorongnya tubuhnya dengan kasar sehingga dia terjungkal ke dalam rumahnya.
Harry justru tergelak kegelian dan maju beberapa langkah.
" Dia pantas mendapatkannya karena sudah berani membawa gadisku pergi ". Jawabnya dan mencengkeram pergelangan tanganku. Giliran ku yang tergelak.
" Aku bukan gadismu, kau pikir aku menginginkan pria brengsek sepertimu yang menyuruhku untuk menunggu selama hampir satu jam sedangkan kau bercinta dengan perempuan lain? Itu yang kau maksud? ". Aku berteriak, hingga terdengar ke seluruh penjuru rumahnya. Wajah Harry merah padam dan itu tidak membuatku bergetar sedikitpun. Aku jauh lebih kuat dari sebelumnya.
" Itu tidak seperti yang kau pikirkan, Meghan "
" Tidak, tutup mulutmu itu! Jangan berusaha meracuni pikiranku! Aku datang untuk menyuruhmu bersiap-siap karena polisi akan menjemputmu dan aku juga ingin mengambil barang-barang ku ". Wajahnya berubah memucat, seolah-olah darah di wajahnya membeku.
" Tidak, kau tidak mungkin melaporkan ku ". Harry mengencangkan cengkeramannya pada pergelanganku. Aku menutupi rasa sakitku.
" Kenapa tidak? "
" BRENGSEK! ". Harry kesetanan, dia melepaskan ku dan meraih hiasan-hiasan yang terbuat dari keramik yang tersusun di rumahnya, melemparkannya ke sembarang arah. Bunyi pecahan-pecahan itu memekikkan gendang telingaku.
Aku memundurkan langkahku, meniatkan diri untuk kabur.
" JANGAN BERANI MENDEKATI PINTU ITU ATAU AKU AKAN MEMECAHKAN KEPALAMU! "
Tuhan apakah ini hari terakhir ku?
Aku terdiam di tempat dan menundukkan kepalaku. Kaus ku sudah basah oleh keringat dingin.
Harry melangkah dengan cepat dan kasar dan dia mendorongku ke dinding, mengunci pergerakanku dengan tangannya yang mencengkeram ke dua tanganku dan menempelkannya di dinding.
" Katakan bahwa kau hanya bercanda! ". Bisiknya penuh penekanan, entah otakku yang sudah rusak tapi aku memikirkan Harry yang akan berubah menjadi singa sebentar lagi.
" Ya, aku berbohong, aku hanya menakut-nakuti mu agar kau sadar, Mr. Styles ". Jawabku dengan suara bergetar, bahkan aku sudah menangis sekarang.
" Bagus! ". Katanya dan menciumku dengan kasar, tidak memberikan kesempatan bagiku untuk bernafas.
" Jangan pernah meninggalkanku lagi, atau aku akan benar-benar memecahkan kepalamu. Sekarang masuk ke kamarku! ". Pintanya dan aku mengangguk.Aku berjalan dengan cepat menuju ke kamarnya. Sambil mewanti-wanti. Takut jika ini hanya muslihat Harry, aku berpikir ia akan mencincang ku di kamarnya.
Suara pintu tertutup plus terkunci mengejutkanku, Harry sudah seperti hantu saja. Aku bahkan baru tiba di kamarnya.
" Lepaskan semua pakaianmu! "
" Tidak, aku tidak mau. Aku mau pulang, Mr. Styles "
" Aku tidak suka dibantah! Dan jangan panggil aku dengan sebutan itu! ". Bisiknya tepat di belakangku. Aku membalikkan badanku, memasang wajah menantang.
" Aku. Ingin. Pulang. ". Kataku penuh penegasan.
" Apa yang membuatmu ingin pulang? ". Tanyanya dan mataku melebar tak percaya. Dia ini polos atau bodoh?