Saat ini aku sedang berdiri di dekat kolam renang seperti orang gila tersesat di sebuah pesta. Pesta telah berlangsung lama dan kami tak kunjung pulang. Bisa-bisa aku menceburkan diri ku ke kolam ini karena takut mati kebosanan, malah aku lupa membawa ponselku. Sialan.
" Meghan? ". Aku memejamkan mataku begitu menyadari siapa yang memanggilku. Ia dengan seenaknya menarik pinggangku.
" Lepaskan aku! "
" Kau belum mengatakan selamat padaku ". Memangnya itu penting?
" Happy birthday ". Kataku tanpa melihatnya. Dia terkekeh dan aku menjauh. Aku benci wedges sialan ini. Dia membuatku susah berjalan. Awas saja jika tumitku sampai merah, aku bersumpah akan menyumpalnya ke mulut Mr. Mesum.
Aku menarik-narik tangan dad meminta perhatiannya yang sedang mengobrol dengan seorang wanita. Wanita itu tersenyum padaku dan aku membalas secepat kilat.
" Dad bisa kita pulang sekarang? Aku sudah mengantuk ". Dad mendesis padaku.
" Kita akan menginap disini "
Sontak mataku membulat sempurna. Tidak, aku tidak mau. Apalah jadinya aku terus-menerus berada di sekitar Mr. Mesum?
" Tapi dad, aku sekolah besok "
" Iya, dad tahu. Kita akan pulang pagi-pagi sekali, ini sudah malam, Meghan. Lagipula Damon yang meminta agar kita menginap ". Dad mengalihkan perhatiannya dariku untuk menatap wanita di depannya. Tapi aku tidak menyerah.
" Meghan! Berhentilah bertingkah seperti anak kecil! Harry! ". Dad menggeram kesal padaku atas tingkahku yang kekanak-kanakan.Tapi Ugh... untuk apa ia memanggilnya?
" Bisa kau antar Meghan ke kamar yang ayahmu tunjuk tadi? ". Aku melirik pada Mr. Mesum itu. Dia menyeringai puas dan menganggukkan kepalanya.
Ku pikir lebih baik aku tidur daripada berada disini dan terus berada di sekitar Mr. Mesum ini. Dia berjalan dan aku mengekor di belakangnya. Aku pun memanfaatkan kesempatan untuk menyebarkan pandanganku mencari Shawn yang menghilang sejak dia ke toilet tadi.
" Kau mencari Shawn ? Dia sedang berkumpul dengan yang lainnya di taman belakang ". Ia yang berjalan dihadapanku entah dari mana tahu jika aku mencari Shawn. Jangan-jangan dia memiliki ilmu hitam! Aku bergidik ngeri membayangkannya.
Aku tidak menjawabnya dan terus saja mengekornya ke dalam rumahnya. Kami sampai di lantai dua tepatnya di depan pintu kamar yang dimaksud. Dia membukakan pintu untukku dan aku melesat ke dalam. Memastikan agar ia pergi, aku justru mendapatinya yang ikut masuk.
" Hey, keluarlah, Mr. Styles! ". Pintaku kesal. Ia tersenyum tipis.
" Kenapa? Ini kamarku, itu artinya terserah padaku, apa aku ingin keluar ataupun masuk ". His bedroom?
" Oh, baiklah. Kalau begitu aku pulang saja ". Kataku dan bergerak untuk keluar. Tapi sialnya pintu di kunci.
" Kau mencari ini? ". Dia menggoyangkan segerombolan kunci di tangannya, aku tahu itu. Aku meneguk ludahku gugup. Mengapa dad begitu ceroboh membiarkan lelaki mesum ini mengantarku? Oke...dad tidak tahu menahu soal itu.
Membalikkan tubuhku, aku tersenyum padanya.
" Tolong buka pintunya, Mr. Styles. Aku sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan mu ". Aku menginjak-injak harga diriku sendiri. Suaraku terdengar seperti wanita bayaran yang sedang merayu pelanggan. Tapi ini demi diriku, agar aku mengangkat bokongku keluar dari sini.
" Tidurlah, darling! Aku tidak akan mengganggumu "
" Kau yakin? ". Ia menggaruk dagunya.
" Tidak juga, maksudku lihat dirimu ". Bola matanya naik turun menikmati pemandangan di depannya. Hanya Tuhan yang tahu apa yang ada di otaknya.