Part 11---KOMA

223 11 0
                                    


Bukan berapa lama kamu tidur. Tapi berapa lama kamu bertahan untuk tetap ada di dunia ini.

Gealeta Zendi

--☀--

Sudah tiga hari Ara dinyatakan koma. Sudah tiga hari pula seorang Algara Pratama Einstein tidak pernah memejamkan matanya. Ia selalu menjaga kekasihnya tanpa kenal lelah.

"Nak Alga, kamu istirahat dulu ya. Sudah tiga hari kamu tidak tidur." Ujar Marisa lembut.

Marisa sangat sedih melihat keadaan putri semata wayangnya. Tapi ia lebih sedih melihat keadaan kekasih Ara yang bahkan rela menunggui anaknya tanpa istirahat.

"Gak papa tante. Alga mau jagain Ara. Nanti kalo dia bangun dan Alga gak ada dia malah marah."

Mata Alga tak sedetikpun beralih dari wajah pucat kekasihnya. Tiga hari sudah wajah Ara nampak pucat. Bahkan bibir merah muda alaminya pun berubah menjadi putih.

Alga hanya akan beranjak dari kursinya saat keluarga Ara dan keluarga Pratama berkunjung. Ia juga akan berjalan keluar saat sudah masuk waktu sholat.

"Alga, kamu makan dulu ya. Ayo om temani ke kantin. Dari kemarin kamu belum makan, nak." Albert sangat tak tega melihat tampilan Alga.

Tiga hari sudah ia menginap disini, ia hanya sesekali pulang untuk mandi dan berganti pakaian. Tentu saja dengan paksaan penuh dari ketiga sahabatnya dan orang tua Ara.

"Alga gak laper, om. Om sama tante makan aja." Alga tetap fokus pada wajah pucat kekasihnya.

"Yasudah. Om dan tante makan dulu. Nanti kami bungkuskan makanan untuk kamu ya."

"Iya om."

Sepeninggal orangtua Ara, Alga kembali meneteskan air matanya. Ia tak kuasa melihat kondisi gadis di depannya itu.

"Ara, bangun sayang. Kamu gak kangen sama aku? Aku kangen kamu. Katanya kamu mau ke Belanda? Ayo kita kesana. Kamu mau beli apa? Tas? Baju? Sepatu? Jam? Hoodie? Aku beliin semuanya. Aku rela utang papa kalo tabungan aku habis buat nyenengin kamu. Kamu mau pake baju kekurangan bahan kamu itu? Aku izinin asal kamu bangun dulu. Ayo bangun."

Sedetik kemudian air mata Alga jatuh tepat diatas telapak tangan Ara yang digenggamnya.

"Ayo bangun sayang. Aku gak kuat gini terus. Aku gak tega liat kamu kayak gini."

Tak lama, jari telunjuk Ara bergerak dan membuat Alga sangat senang. Ia lantas memencet bel di dekat nakas.

Setelahnya, muncul seorang lelaki paruh baya yang memakai jas putih. Ia lantas menghampiri tempat tidur Ara dengan sedikit tergesa.

"Ada apa nak Alga? Ada pergerakan?"

"Telunjuk Ara tadi gerak dok. Saya liat sendiri. Cepat periksa dok. Tolong."

Faisal langsung mengecek kondisi Ara. Ia membuka kelopak mata Ara sambil sesekali memegang denyut nadi Ara dan menempelkan stetoskop di dada Ara.

"Gimana dok?"

"Maaf nak Alga. Ara belum sadar. Masalah pergerakan jari tadi, itu merupakan reaksi dari semua ucapan-ucapan kamu. Ia bisa mendengar semua ucapan kamu dari kondisi komanya ini. Tapi ada beberapa alasan yang membuatnya belum bisa kembali sadar. Jangan bosan untuk mengajaknya berbicara."

ALRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang