Part 23---TERUNGKAP

154 9 0
                                    

Cukup Antartika saja yang jauh. Antarkita jangan ya, Ra.

Algara Pratama Einstein

--☀️--

Ara masih setia duduk disamping Alga. Sudah hampir sejam mereka menghabiskan waktu bersama. Alga sesekali memandangi wajah cantik Ara yang tengah sibuk membaca novel yang baru dibelinya kemarin. Alga? Tentu saja lelaki itu sibuk bermain ponsel miliknya ataupun milik Ara yang tergeletak disampingnya.

Setelah makan siang kemarin, Ara memang sengaja meminta Alga untuk menemaninya membeli sebuah novel yang sudah seminggu terakhir diincarnya. Bukan karena tak mampu membeli Ara menunggu selama itu. Tentu saja ia terlalu sanggup untuk membeli novel impiannya. Hanya saja sebuah paket misterius dan keadaan kesehatan Ara yang tak memungkinkan sehingga membuat gadis itu harus menunggu seminggu untuk bisa membeli novel yang diinginkannya itu.

"Al, tadi pagi ada yang ngirim paket lagi. Tapi aku gak berani buka." Ara akhirnya membuka suara setelah menutup novel barunya.

Alga menyerngit mendengar penuturan Ara. Ada paket lagi? Berarti pengirim itu terlalu berani bermain-main dengan keluarga Pratama dan Xiefero.

Punya nyali besar juga dia ternyata. Batin Alga.

"Kenapa gak dibuka? Buka sekarang aja ya. Kamu gak usah takut kan ada aku." Ujar Alga sambil membantu menrapihkan beberapa helai rambut Ara yang nampak berantakan.

Ara menggeleng. Ia masih takut jika paketan itu sama dengan sebuah paket beberapa hari lalu dimana seseorang tanpa identitas mengirim paket yang isinya adalah terror untuk Ara.

Alga mengulum senyum sambil menggenggam tangan Ara erat. Seakan lelaki itu menguatkan Ara jika ia tak perlu takut karenabada Alga yang selalu ada disisinya.

Ara masih menunduk memikirkan isi paketan tersebut. Penasaran? Tentu saja ia penasaran. Namun ia masih takut untuk mengetahui isinya.

"Aku ambil dulu paketnya, ya. Kamu disini aja. Nanti aku buka dibelakang aja. Jadi kalo isinya gak baik, kamu gak usah liat isinya langsung aku buang." Jelas Alga sambil tersenyum hangat.

"Aku gak apa-apa kok, Al. Aku ikut buka aja. Kan ada kamu yang akan jagain aku." Balas Ara tersenyum manis.

Alga mengangguk lalu menggenggam tangan Ara lagi. Mereka kemudian berjalan kearah dapur untuk mengambil paket yang dimaksudkan Ara.

Alga berdiri didepan Ara lalu mengambil dan membuka paket tersebut. Masih sama. Tak ada nama dan alamat pengirim. Tentu saja itu menjadi sesuatu yang mencurigakan.

Alga meminta Ara untuk mundur beberapa langkah. Ara menurut. Alga kembali melanjutkan membuka paket tersebut.

Alga sedikit tersentak saat melihat isi dari paketan tersebut. Sebuah foto yang menampilkan senyum manis milik Ara yang sudah dicoret dengan spidol berwarna merah.

Ara yang menyadari ekspresi Alga langsung maju untuk melihat isi paketan tersebut. Ara juga kaget sesaat setelah melihat isinya. Namun kali ini ia bisa bersikap biasa saja.

Tak ada tangisan, jeritan atau ekspresi lain. Ara hanya memandang isi paket tersebut dalam diam. Ia sudah menduga isi dari paketan tersebut tentu saja tak jauh beda dari teror beberapa hari lalu.

ALRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang