Part 17---PERMINTAAN ILA

140 13 0
                                        


Gue bakal nurutin permintaan lo asal lo juga nurutin permintaan gue.

Keila Prestiane

--☀--

Ila masih tetap diam. Sudah hampir sejam sejak Nathan kembali ke Brazil gadis itu tetap tak berkutik. Dia masih setia duduk dikursi tunggu yang disediakan pihak bandara.

Bara masih setia menunggu gadis itu untuk pulang. Bukan Bara tak mau membujuk gadis itu untuk pulang, tetapi gadis itu tetap keukeuh menunggu Nathan disana.

Nathan memang kembali ke Brazil hari ini karena lusa ia sudah harus ujian kelulusan. Ila sebenarnya masih dibuat kaget dengan permintaan Nathan beberapa waktu lalu.

Flashbacks on

"Ila, lo mau nurutin permintaan gue tadi kan?" Tanya Nathan saat sedang asyik duduk dibangku taman didekat rumah ila.

Mereka berdua sudah duduk disini selama hampir dua jam. Nathan memang sengaja meluangkan waktunya untuk ila siang ini karena sorenya, ia harus sudah berangkat kembali ke Brazil.

Ila masih diam memikirkan permintaan Nathan. Dia memang pernah memberikan sebuah jepit rambut berbentuk pita kepada Nathan saat Nathan akan pindah ke Brazil.

Ila memberikan itu pada Nathan untuk tanda persahabatan mereka. Gadis itu mengatakan jika suatu saat Nathan menginginkan sesuatu, Nathan bisa menggunakan jepit itu sebagai tiket untuk memenuhi permintaannya. Ila akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaan Nathan sekuat tenaga saat lelaki itu menggunakan jepit rambut itu.

Kemarin, Nathan memang menggunakan jepit rambut itu. Tapi kenapa permintaan Nathan terasa begitu berat untuk ila?

"Ila." Panggil Nathan lembut.

Ila sontak mengalihkan pandangannya kepada wajah tampan Nathan. Lelaki itu memandangnya penuh harap.

Ila menghembuskan napas pelan.

"Iya, Nath. Gue bakal berusaha nurutin permintaan lo. Gue bakal berusaha jauhin kak Alga. Gue bakal berusaha buat lo." Jawab wanita itu sambil tersenyum. Senyum yang sangat dipaksakan. Tapi Nathan sadar akan hal itu.

"Gue mau ngomong satu hal lagi sama lo."

"Apa?" Tanya ila penasaran.

Nathan tersenyum kecut lalu menghembuskan napas gusar. Ia mencoba menenangkan diri sejenak sebelum memulai pembicaraan bersama ila.

"Gue sebenarnya sayang sama lo melebihi sahabat. Gue cinta sama lo. Tapi gue gak mau ngrusak persahabatan ini. Jadi gue berusaha ngubur perasaan ini. Tapi apa gue boleh tau tentang perasaan lo sama gue, La?"

Ila sedikit kaget dengan ucapan Nathan barusan. Ia bingung dengan perasaannya pada Nathan. Lalu ia harus menjawab apa tentang pertanyaan Nathan barusan?

"Gu-gu-gue..."

Belum sempat ila menyelesaikan ucapanya, Nathan menggenggam erat jemari ila sembari tersenyum.

"Gue akan nungguin jawaban lo. Lo gak usah jawab sekarang. Gue bakal balik ke Brazil nanti sore. Seminggu lagi gue usahain balik ke Indonesia setelah ujian gue selesai. Dan saat itu datang, gue harap lo tahu jawaban dari pertanyaan gue barusan. Gue cuma pengen tahu jawaban lo. Gue gak bakal minta lo jadi pacar gue atau apalah itu. Karena gue gak mau lo ngerasa terkekang sama pertanyaan gue. Santai aja. Apapun jawaban lo nanti, gue bakal terima. Dan apapun jawaban lo, kita bakal tetap jadi sahabat." Ujar Nathan masih dengan menggenggam tangan ila.

ALRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang