Jangan berharap sama
manusia, dia bukan Tuhan yang bisa lo taruh harap.Arland Sagara Xiefero
--☀--
Alga sedang duduk manis disebelah bangkar milik Ara. Sudah dua hari ia menemani kekasihnya yang sampai sekarang belum juga menunjukan tanda-tanda untuk sadar dari tidur panjangnya.
Alga sengaja membuat izin tiga hari tidak sekolah untuk sekedar menjenguk Ara. Ia sangat rindu pada gadis cantik itu.
"Ra, kamu kok makin kurus aja sih? Nanti keras dong saat meluk aku."
Alga tertawa hambar mendengar celotehannya sendiri. Sudah menjadi kebiasaannya untuk berceloteh hal-hal tak jelas kepada kekasihnya itu. Dia berharap jika Ara akan mendengar ucapanya itu lalu tertawa bersamanya.
"Ga."
Alga menoleh pada suara yang terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu kamar Ara. Ia memang hanya berdua di ruangan itu sedari tadi.
"Ada yang mau ngomong sama lo."
Alga menatap kakak Ara itu dengan tatapan datar. Jika biasanya ia akan tertawa bersama lelaki di hadapannya itu, tapi beda untuk sekarang. Ia terlalu memikirkan banyak masalah sehingga lupa caranya tertawa. Jangankan tertawa, tersenyum saja ia lupa caranya.
"Siapa?" Tanya Alga datar.
Arland memberikan ponselnya pada Alga. Alga menatap nama di ponsel Arland tersebut. Hanya nomor asing yang tak bernama. Itu berarti Arland tidak kenal atau tidak berurusan penting dengan penelpon itu.
"Halo, Ga." Ujar suara di seberang sana.
"Siapa?" Balas Alga datar.
"Gue Bara. Gue butuh bantuan lo saat ini, Ga. Ila kondisinya makin memburuk. Dia gak mau makan sama sekali sejak kemarin."
Alga menghela napas berat. Ia sudah lelah berurusan dengan penelpon dan adiknya itu.
"Terus?" Balasnya tetap datar.
"Gue minta bantuan lo lagi, Ga. Cuma lo yang bisa bantuin dia."
"Lo laki bukan hah?" Suara Alga mulai meninggi. Ia mulai emosi.
"Maksud lo apa?"
"Kalo lo laki, lo pasti tau gimana caranya buat adik lo makan. Lagian kan makanannya bisa dicampur dalem infus. Itu lebih gampang daripada lo minta bantuan gue terus. Tolong lo ngerti. Lo cowok kan? Omongan lo seharusnya bisa gue pegang!!!" Alga sedikit menyentak Bara diakhir kalimat yang diucapkannya itu.
"Tapi ila berontak terus. Kondisinya juga semakin menurun."
Terdengar suara putus asa diseberang sana.
"Dokter bisa kasih obat penenang biar dia bisa diem. Semua itu gampang asal lo mau berusaha tanpa bergantung sama gue."
"Tapi Ga. Dia butuh lo saat ini."
"Dia butuh donor ginjal, bukan gue. Kalaupun ada orang yang butuh gue itu tunangan gue, Ara. Bukan adik lo. Adik lo bisa sembuh dengan donor ginjal. Tapi apa lo bisa kasih Ara donor kesadaran? Gak bisa! Gue udah minta bantuan om gue buat nyariin pendonor ginjal. Sabar aja." Tambah Alga lalu memberikan ponsel itu kepada Arland yang sedari tadi memandanginya dengan tatapan sulit diartikan.
Arland menerima ponsel itu dan meletakkannya di telinga sebelah kanan. Ia nampak mendengarkan dengan seksama ucapan Bara diseberang sana.
"Jangan berharap sama manusia. Dia bukan Tuhan yang bisa lo kasih harap."
![](https://img.wattpad.com/cover/149839553-288-k457165.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRA
RomansaDisinilah seorang Algara Pratama Einstein berdiri bersama seorang wanita cantik yang tengah menatap bingung keadaan sekitar. Tidak ada suara bising layaknya keramain disetiap jengkal kota Jakarta ini. Lelaki itu masih tetap berdiri sambil menatap le...