Author pov
Suasana kelas mendadak hening saat Abbad masuk kelas. Sudah dua pekan dia berada di luar kota untuk mengurusi bisnisnya. Baru pagi tadi ia sampai rumah dan mulai mengajar lagi sore ini.
" Assalmualaikuum warrahmatullahi wabarakatuh." Ucapnya mengawali kelas.
"Masa'ul khoir ya ukhtaniy.. Kaifa halukum?" Sapanya mencairkan suasana.
Dengan gaya bicaranya yang tidak berbelit-belit. Membuat santri-santrinya menikmati setiap ilmu yang meluncur dari mulutnya.
***
Abbad pov
Ku pandangi seluruh penjuru kelas ini. Mereka semua menunduk. Tapi tunggu. Apakah aku mencari seseorang?
Ya. Aku mencarinya. Gadis itu benar-benar tidak masuk kelas.
"Apakah ada yang tidak masuk?" Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dari mulutku.
Hening.
"Apakah ada yang tidak masuk?" Ku ulangi sekali lagi.
"Wonten, Gus." Sahutan dari ujung belakang.
"Siapa?"
"Mbak Laila. Dia santri baru"
"Ooh.. Ya udah. Biar nanti pengurus yang ngurusin."
Akupun berlalu setelah mengucapkan salam. Menutup kajian hari ini.
***
Selama berjalan ke rumah aku masih penasaran dengan santri baru tadi. Sedari tadi ia mengusik fikiranku."Sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana ya?" Aku bergumam.
Ya. Aku pernah melihatnya.
Flash back on
"Woy! Jangan kabur lo!" Suara seorang cewek meneriaki seseorang yang ku kira adalah preman.
Dia terus mengejar. Tak peduli dengan apa yang di pakainya. Seragam OSIS SMA. Lengkap dengan jilbabnya.
"Bugh!" Ia menimpuk preman itu dengan tasnya. Kakinya turut serta membantu menendang area selangkangan preman itu. Dan otomatis sang preman melepaskan tas yang rupanya memicu nafsu gadis itu untuk mengejarnya.
Dari kejauhan aku hanya memandangnya miris dan takjub. Seakan merasakan sakit yang di alami sang preman. Satu sisinya lagi merasa takjub pada keberanian sang gadis.
Tanpa ku sadari. Aku terus memandangi arah perginya gadis itu. Kemudian ia hampiri seorang ibu dan dua anaknya yang masih kecil.
Gadis itu tersenyum. Dan memberikan tas itu padanya.
"Ini, bu tasnya. Lain kali hati-hati ya." Dengan senang hati ibu itu menerima tas itu.
"Oh. Tidak usah bu. Saya ikhlas kok ngebantunya." Tangan gadis itu menolak dengan halus saat ibu itu hendak memberikan imbalan.
Flash back off
Sepertinya memang benar. Santri baru itu adalah gadis baik hati yang pernah ku lihat di depan masjid dua pekan yang lalu saat aku berada di luar kota.
Ah. Ngapain aku jadi mikirin dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinder-ella di Pesantren
General FictionCerita hanya fiktif belaka ya guyys! Higgest rank on: #1-salaf (13-11-2018) #1-penjara (13-11-2018) #1-pondok (23-03-2019) "Aku nggak mau, nikah sama kamu hanya gara-gara sandal jepit kamu itu." -Abbad Nailun Nabhan "Aku ingin bersamamu seperti sand...