Author Pov
"Allah berfirman dalam alqur'an Qur'an surah Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya: Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
"Subhanallah, Maha Suci Allah. Ukhtany.. Betapa mulianya orang berilmu dan beriman, sehingga Sang Maha Pencipta alam raya ini berjanji akan meninggikan derajat orang-orang berilmu dan beriman. Padahal janji Allah itu pasti, ingat itu!
Dan dikesempatan kali ini, kita hanya akan membahas sebagian dari event berhadiah Surga yang di adakan Allah itu. Tentang orang berilmu" Tutur Abbad meluncur relax dari mulutnya, terkesan halus namun tegas, karakternya dalam menyampaikan ilmu bak ustad berlesung pipit yang biasa tampil di acara-acara kajian islam di chanel-chanel televisi tanah air.
Semua santrinya merasakan segarnya ilmu secara halus telah terbang menelusup masuk ke telinga mengalir bersama darah, menyelip mencari ruang bersemayam di hati dan pikiran mereka. Walaupun mereka menunduk khusyuk tak sekalipun berani menatap sang guru, namun ekor mata nakal mereka sering mencuri-curi pandang pada rupa oriental yang secara tak sengaja telah menjadi bonus istimewa itu. Siapa yang tak betah berlama-lama berada di kelas ini?
"Baikalah, lalu bagaimana pengertian yang lebih luasnya lagi tentang ilmu yang apa? Ilmu yang bagaimana? Sehingga Allah akan meninggikan derajat kita? Jawabannya adalah ilmu yang bermanfaat." Abbad berceramah dengan lancar.
"Apa itu ilmu yang bermanfaat? Yaitu, ilmu yang dapat memberi manfaat pada diri kita sendiri dan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung." Abbad membuat suasana belajar semakin nyaman.
"Lalu bagaimana cara kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat? Dalam kitab Ta'limul Muta'alim di jelaskan bagaimana caranya mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Yang pertama" Abbad menunjukan satu jari, mempertegas penjelasannya.
"Kita harus meluruskan niat, ikhlas semata-mata karena Allah. Segala amal perbuatan kita itu tergantung niat kita. Apapun itu, kalo dari awal niat kita udah salah, hmmm nggak bakal bener selanjutnya. Contoh, seseorang mau sekolah tapi niatnya mau cari ijazah, mau cari nilai yang baik, yang didapat apa? Ijazah dan nilai saja. Nggak dapat ilmu, soalnya apa? Dari awal niatnya udah salah. Seharusnya niatnya itu gini, niat mencari ilmu ikhlas ridho karena Allah Ta'ala dengan ijazah dan nilai sebagai bonusnya. So, ayo kita sama-sama memperbaiki niat." Ia mensugesti semua santriwati di kelasnya.
"Astaghfirullah, ternyata niatku salah dulu aku kesini hanya untuk ngehindar dari sekolah dan mendapatkan teman" Batin seorang santriwati Abbad di bangku pojok belakang.
"Yang kedua" Abbad merenggangkan kedua jarinya.
"Mencari ilmu dari ahlinya, ya kali mau belajar bikin bakso sama tukang batu, hehe" Ucap Abbad memberi contoh sambil terkekeh. Mengundang kikikan tertahan santriwati-santriwati yang di ajarnya.
"Jadi, kalo kita ingin mencari ilmu, dan ilmunya mau berkah dan manfaat, ya kita harus sama ahlinya yang bener-bener ahli jangan setengah-setengah. Yang ketiga," Abbad memberi jeda sedikit untuk mengambil nafas.
"Menghormati guru dan tidak menyakiti hati guru. Dan ini juga termasuk yang keempat, berapapun ilmu yang kita dapat jika guru itu tidak ridho pada kita tak akan pernah ada manfaatnya ilmu itu. Saking mulianya seorang guru, sampai-sampai dalam Kitab Ta'limul Mutaalim juga disebutkan bahwa seorang guru seharusnya mendapatkan satu dirham per satu huruf yang diajarkan pada muridnya.
Coba dipikir, kita bisa sukses awalnya dari apa? Membaca, membaca awalnya harus kenal apa? Huruf, kan? Dan huruf itu di ajarkan oleh guru kita. Tanpa guru, kita tak bisa membaca, tanpa membaca kita tak bisa sesukses sekarang." Kata-kata Abbad lagi-lagi menampar santri-santrinya, menyadarkan tentang kesombongan-kesombongan yang selama ini mereka perbuat pada guru-gurunya terdahulu, merasa lebih pintar segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinder-ella di Pesantren
Ficción GeneralCerita hanya fiktif belaka ya guyys! Higgest rank on: #1-salaf (13-11-2018) #1-penjara (13-11-2018) #1-pondok (23-03-2019) "Aku nggak mau, nikah sama kamu hanya gara-gara sandal jepit kamu itu." -Abbad Nailun Nabhan "Aku ingin bersamamu seperti sand...