Si Sodron, Aqil

3.5K 175 1
                                    


Cast-nya Aqil

Abbad pov

***

"Ngapain tuh, senyam senyum nggak jelas. Punya al-qur'an tuh dibaca di amalkan!" cerocosku saat mendapati kakak sepupuku tengah duduk dengan al-qur'an di tangannya.

"Ish sewot bae, suka-suka aku laah" balasnya sengit.

Namanya Aqil Habibi Furqon. Laki-laki yang bisa berenang saat di air dan bisa berjalan saat di darat, artinya dia bisa menempatkan dirinya dimanapun ia berada.

Namun berbeda saat denganku, ia akan berenang di daratan dan berjalan di air. Semuanya akan terbalik dengan sempurna. Ya, dialah kakak sepupuku dari Umi.

Berperawakan tinggi, kulitnya putih bersih, wajahnya yang kearab-araban dengan hidung mancung, mampu membius kaum hawa yang melihatnya. Dia sangat tampan, aku akui itu. Tapi, jangan lupakan otak sengklek-nya juga tak tertandingi.

Dia baru saja selesai dari masa khidmah di pesantrennya dulu. Tanpa kembali ke rumahnya ia langsung kesini, sudah beberapa pekan dia disini, katanya ia ingin mencari sensasi berbeda dari keadaan rumah.

Flashback on

"Umi, Abah, izinkan Aqil mengabdi di sini, ya?" ucapnya beberapa waktu lalu saat meminta izin pada orang tuaku selaku pemilik pesantren Misbakhus Sudur ini. Memang Aqil menyebut nama mereka dengan sebutan yang sama denganku, Umi dan Abah.

"Loh, bukannya Bapakmu sedang menunggu-nunggu kepulanganmu?" balas Abah tak langsung mengiyakan.

"Aqil sampun nyuwun ijin saking Bapak ten grio, Bah" Aqil menanggapi dengan sopan pertanyaan dari pamannya yang tak lain adalah Abahku sendiri. Apa kubilang dia memang bisa mengontrol kelakuannya selain saat denganku.

"Memangnya kamu udah pulang?"

"Hehe, belum. Tapi waktu Bapak nengok Aqil di Pesantren dulu, Aqil pernah minta Ijin"

"Loh, katanya tadi di rumah?" kini giliran Umi memberi pertanyaan. Memang Umi ter de best, selalu saja bisa mencari-cari kelemahan di suatu pernyataan. Jika tak punya mental kuat, aku harap kalian tak usahlah berani-berani bicara dengan Umiku tercintah.

"Hehe, panci wonten grio, Mi. Griyane kulo sa rencang pas khidmah" klop. Aqil tak kalah memberi jawaban.

"Lalu, bagaimana dengan Bapakmu?" Abbah segera memberi pertanyaan baru sebelum serangan pertanyaan dari Umi ditanggapi saudara misanku itu.

"Aqil tau, pasti Abbah kagungan jawaban yang tepat untuk Bapak besok" secara tidak langsung ia juga telah menyuruh Abbahku memberikan alasan untuk pamanku itu. Keberanian yang patut diacungi jempol.

Flashback off

"Bhan, pernah jatuh cinta?"

Deg!

"Em... Nggak!" aku tak tau apakah aku pernah jatuh cinta atau belum. Sungguh.

"Yang bener?"

"Heem" balasku tak memperdulikannya.

"Apa sih maumu, Mas Qil? Ada-ada aja deh" tanyaku sambil menatap laptop mengoreksi laporan-laporan dari pegawaiku yang dikirim melalui e-mail. Mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Nikah" jawabnya dengan tampang polosnya.

"Ya Allah... Bukan itu, kenapa kamu mau tinggal disini dulu?"

"Nggak papa, mau mengabdi juga pada Abahmu. Kalo dirumah, emang suatu saat aku harus mengabdi dirumah, kan? Itung-itung coba sensasi baru lah." Tukas Aqil santai.

Cinder-ella di PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang