Laila PoV
"Ma... Mama..." Keningku berkerut. Aku sempat berpikir cepat, katanya Mama sedang berada di luar kota, kok tiba-tiba ada disini?
"Iyaa sayaang..." Balas Mama sembari mencium pipi kanan dan kiriku bergantian. Satu kehangatan yang sangat jarang aku dapatkan.
"Maafkan Mama ya, La," ucapan Mamaku terdengar begitu sendu "hp Mama kemarin mati sayang, Mama nggak tau kalo kamu dirumah sakit. Eh malahan Mama bangun kesiangan" Sambung Mama menjelaskan.
Kok aneh ya, ada yang janggal gitu perasaan.
"Loh... Bukannya Mama ada diluar kota ya?" Tanyaku penasaran.
Bukannya jawaban yang ku dapat melainkan kerutan di dahi Mama yang terlihat masih muda itu di umurnya yang lebih dari tiga puluh lima tahun.
"Enggak... Mama dirumah aja" Jawaban Mama terdengar mengambang.
"Loh tadi... Kata Papa..." Kujamah seluruh penjuru ruangan sebelum ku lanjutkan ucapanku, tak ada Papa di sana, "loh, Papa kemana?"
Aura janggal kudapati dari gelagat muka Mama yang tiba-tiba pucat dan kaku. Ada apa sebenarnya?
"Ma, Papa kemana, ya?" Tanyaku keheranan.
"Engg... Gak taaaau, sayang" Jawab Mama tanpa menatapku, malahan mata Mama lebih melirik ke arah pintu.
"Ada apa sih, Ma? Kok natap pintu gitu amat?" Lagi-lagi kumerasakan gelagat aneh dari kedua orang tuaku, hampir sama dengan waktu dimana awalnya aku akan masuk pesantren.
"Hmm? Enggak!" Jawabnya singkat.
"Hmm" Hanya gumaman kecil yang keluar dari mulutku.
"Kok cuma 'hmm', sih?"
"Mama nggak lagi berantem, kan? Sama Papa?" Tanyaku makin penasaran.
"Enggak! Beneran."
"Terus? Kenapa Papa ngga ada di sini, Ma?" Aku masih penasaran.
"Oh! Mungkin Papa lagi mau ngasih waktu buat kita berdua sayang, buat kangen-kangenan. Soalnya Mama kangen banget sama kamu" Ucap Mama sambil mencubit pipiku gemas.
"Mungkin" Balasku ragu.
Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua? Jangan-jangan mimpiku semalam ada kaitannya dengan hubungan mereka, ah! Semoga saja tidak.
"Bentar, ya nak, Mama ke toilet bentar" Ucap Mama menghancurkan lamunanku.
"Oh! Iya, Mah" Jawabku agak gugup.
***
"Hooek!"
"Hooek!"
"Hooek!"
Berkali-kali ku dengar suara seperti seorang yang sedang menahan muntah dari toilet.
Dan aku sepertinya berada di ruang VIP, mungkinkah ada orang lain disini selain aku dan Mama?
Dengan memicingkan mata menahan sakit serta menahan keseimbangan tubuhku yang berjalan dengan satu kaki. Ku mengendap-endap melangkah dengan sangat pelan.
Dengan sangat hati-hati ku tempelkan telingaku pada daun pintu kamar mandi, mencoba mencari kebenaran tentang suara asal suara itu.
"Hooek!" dan benarlah dugaanku, suara itu berasal dari dalam toilet kamar ini.
"Ckleek!" Pelan-pelan ku buka pintu kamar mandi itu.
"Mama!"
Tanpa menghiraukan panggilanku, Mama hanya menoleh kearahku dengan wajah pucat pasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinder-ella di Pesantren
General FictionCerita hanya fiktif belaka ya guyys! Higgest rank on: #1-salaf (13-11-2018) #1-penjara (13-11-2018) #1-pondok (23-03-2019) "Aku nggak mau, nikah sama kamu hanya gara-gara sandal jepit kamu itu." -Abbad Nailun Nabhan "Aku ingin bersamamu seperti sand...