Kepindahan Senja ke Jakarta berhasil menemukan dirinya dengan Lingga dalam satu tempat yang tidak pernah Senja bayangkan, terlebih ketika ia mendapati lelaki itu berada dalam sekolah yang sama dengannya, sekolah barunya, yang lagi-lagi tidak pernah...
Mendengar respon Lingga yang paling pertama, Genta sontak menjentikkan jarinya merasa senang, lalu tertawa keras. "Tapi boong," lelaki itu nyengir. "Jebakan doang, sih, gue udah ngira kalo lo bakal langsung nanya gitu.".
"Ngaku lo, demen kan sama dia?" Alby yang sedari tadi duduk di atas meja di depan yang menghadapnya ikut nyeletuk.
Lingga mendengus. "Ngaco," katanya sambil memukul kedua temannya menggunakan buku catatan kemudian berlalu meninggalkan kedua temannya yang masih tertawa di tempatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jam belum menunjukan waktu istirahat, namun karena satu jam pelajaran sebelumnya kosong, jadi saat ini Lingga sudah duduk di meja kantin dengan semangkuk mie ayam dan segelas es teh.
Lingga tidak mengerti apa maksud dari Genta tadi, ia juga tidak mengerti mengapa bibirnya merespon cepat tanpa berpikir terlebih dahulu, dan-lagi-ia juga tidak mengerti mengapa sampai saat ini Senja masih berada di pikirannya.
Setelah menanyakan Senja pada dua temannya itu, ia jadi sering menjadi bahan olokan, menyangkutpautkan dirinya dengan perempuan itu yang bahkan tidak merespon dirinya saat ia mengembalikan permen karet bekasnya.
Lingga juga tidak kenal perempuan itu, belum pernah mengobrol dengan cara sewajarnya dan sangat jarang melihat eksistensi perempuan itu sejak minggu lalu, saat ia menjemput buku catatan milik Keira bersama Alby.
Dua teman yang sempat ia tinggalkan di kelas tadi kini sudah berada di depannya. Datang dengan mangkok makanan masing-masing dan bersikap seolah-olah lelucon tadi tidak banyak mempengaruhi Lingga.
Lingga menatap kedua temannya bergantian sambil mengaduk mie ayam di mangkoknya yang sudah habis setengah porsi. Genta yang memang tidak tahu diri soal makanan tidak merasa risih karena di perhatikan, berbeda dengan Alby yang saat ini menaikan sebelah alis padanya dengan gestur bertanya.
Lelaki itu geleng-geleng kepala tanpa ingin menjawab. Beberapa menit kemudian, Zoya dan Keira datang dan mengisi kursi kosong di sebelah Alby sebelum Genta berpindah posisi jadi duduk di sebelah Lingga.
Kedua perempuan ini memang tidak jarang merecoki meja kantin yang diduduki oleh ia dan kedua sahabatnya, apalagi dengan kedekatan antara Alby dan Keira yang memang tidak malu-malu untuk menunjukan diri bersama di area sekolah.
Dua perempuan itu sibuk memakan makanannya dengan sesekali menyapu pandangan pada seisi kantin yang sudah mulai riuh. Ia ingin bertanya, apa yang keduanya cari adalah orang yang sama dengan yang ada di pikiran Lingga saat ini atau tidak. Namun niatnya urung.
Bisa saja ia menanyakan hal tersebut sekarang juga, namun tidak dengan adanya Genta bersamanya. Karena itu sebuah masalah. Tentunya.