Kepindahan Senja ke Jakarta berhasil menemukan dirinya dengan Lingga dalam satu tempat yang tidak pernah Senja bayangkan, terlebih ketika ia mendapati lelaki itu berada dalam sekolah yang sama dengannya, sekolah barunya, yang lagi-lagi tidak pernah...
Genta bergeming di tempat dengan mata yang tidak lepas dari helm bogo berwarna merah muda yang Lingga sodorkan di depannya.
"Mau naik atau gue tinggal?" ancam Lingga yang tangannya sudah pegal karena benda bulat itu belum juga di ambil oleh temannya.
Wajah Genta mengerut sebal. "Lo yang bener aja, dong, Bambang! Ini helm siapa pula, Astagfirullahaladzim, masa iya gue pake helm cewek?"
"Helm kak Zefan, udah lo nggak usah banyak ngomong! Alby udah telfonin gue terus dari tadi."
Saat ini mereka akan menuju rumah Alby, Genta yang sedaritadi mendumal karena ia beri helm milik Zefanya kini malah anteng duduk di boncengan dengan helm feminin di kepalanya.
Sesampainya di rumah Alby, mereka langsung masuk kedalam kamar lelaki itu setelah pintu dibukakan oleh asisten rumah tangga. Rumah Alby selalu sepi, sama seperti rumah Lingga. Orang tuanya adalah pemilik restoran Itali yang kini cabangnya berada dimana-mana, wajar saja jarang berada dirumah. Karena itu selain rumah Lingga, rumah Alby juga sering menjadi sasaran untuk di acak-acak.
Ketiga lelaki itu sudah duduk di atas karpet berbulu dengan makanan ringan yang tadi sempat Lingga dan Genta beli di minimarket. Melihat komputer beserta game konsol yang menganggur, Genta segera beranjak untuk bermain sendirian tanpa menghiraukan Alby yang misuh-misuh karena lelaki itu baru saja menendang bungkus snack hingga berceceran di atas karpet.
Sementara Lingga hanya terkekeh sebelum meraih ponselnya yang baru saja bergetar di saku celananya.
Senja Udah di rumah?
Lingga Kan ke rumah Alby dulu
Senja Oh iya, lupa
Senja Tadinya mau minta cariin gelang gue, takutnya jatoh
Lingga Gelang apa?
Senja kayak gini
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.