7. Kecerdikan Keira

180 28 0
                                    

Ketika Senja memasuki kelas, ia sudah disambut dengan wajah cemberut Keira serta seringaian Zoya. Sangat bertolak belakang. Perempuan itu berjalan mendekati mejanya dan menemukan tasnya yang sudah berada disana bahkan sebelum ia sampai di sekolah.

Senja tersenyum lebar, lalu mencolek hidung Zoya sambil bergumam, "Baik amat, sih, temen baru gue."

"Tolong hilangkan kata baru plis, nggak efesien." Zoya berkomentar dengan nada mengejek, Keira langsung menatapnya sinis sementara kini giliran Senja yang nyengir.

"Kemarin Bu Laila-nya juga nggak ada, kan?"

"Mata lo nggak ada! Dia nanyain lo." sungut Keira sebal.

"Demi apa?"

Kemarin, setelah Keira meninggalkannya berdua dengan Lingga di masjid, Senja menawarkan sesuatu pada lelaki itu tentang apa yang mengganjal pikirannya selama menunggu Lingga di parkiran. Dan Lingga menyetujuinya.

Bu Laila menyuruhnya membujuk Lingga masuk kedalam tim untuk membantunya melatih vokal melalui instrumen lain sebelum suaranya menyatu dengan iringan angklung, kan? Nah, kalau Lingga tidak berhasil masuk kedalam tim, itu artinya kesempatan Senja untuk menjadi vokalis menjadi hilang, kan?

Itu yang keduanya inginkan dan berakhir dengan melakukan hal yang sama. Kabur.

Mungkin apa yang dilakukan Lingga memang benar-benar kabur kemarin, lain halnya dengan dirinya yang malah berbelok ke taman belakang parkiran dan bermain game disana sehingga kini Keira marah namun tetap membawakan tasnya yang kemarin sengaja ia tinggal.

"Ya maaf, lagian Lingganya juga nggak mau." Padahal yang menawarkan ide untuk kabur adalah dirinya. Oke, maaf Lingga.

"Nggak masalah sih, gue cuma sebel aja. Toh, ntar siang juga kalian disuruh nemuin Bu Laila."

"Hah?" Senja nampak kaget. "Serius? Gue masih harus latihan?"

"Berisik!" Seseorang mencibir di pojok ruangan. Senja melirik dan menemukan Abizar disana, lelaki yang sampai saat ini sangat terlihat tidak menyukai keberadaannya di kelas ini semenjak insiden saling merusak ponsel tempo hari.

Perempuan itu memutar bola malas, "Dikira gue ngomong sama situ, apa? Dasar bujur embe (Pantat kambing)." Gerutunya asal.

Senja sempat melihat Abizar tertawa miring namun ia tidak ambil pusing. Perempuan itu memutuskan untuk duduk di tempatnya kemudian meraih tasnya untuk mengeluarkan buku dari jadwal kemarin dan menggantinya dengan buku untuk jadwal hari ini-yang ia bawa menggunakan plastik seadanya.

***

Sesuai apa yang dikatakan Keira, Bu Laila meminta Senja untuk menemui dirinya saat jam istirahat. Dan kini Senja tengah berjalan di samping Bu Laila yang sesekali menganggukan kepalanya ketika beberapa murid menyapanya di lorong.

Bu Laila terlihat tidak marah, atau memang tidak. Perempuan itu tidak menanyakan perkara menghilangnya ia dan Lingga kemarin dan hanya meninggalkan tas yang dibawa Keira pagi tadi.

"Kita mau kemana, Bu?" Senja yang sejak tadi hanya menjadi ekor bertanya.

"Ke ruang kesenian." Jawab Bu Laila. "Kamu sudah makan? Kalau belum, makan di ruangan aja, nanti pesen lewat Whatsapp, ibu punya beberapa nomor ibu kantin."

Belum sempat Senja kembali bersuara, suara seseorang berhasil menginterupsinya.

"BU!" Lingga yang kini berada di ujung lorong melambai-lambaikan kedua tangannya ke atas.

"BU!" Lingga yang kini berada di ujung lorong melambai-lambaikan kedua tangannya ke atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lingga dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang