15. Di Rumah Lingga

112 21 4
                                    

Hai! Apa kabar? masih ada yang nyimpen ini di library nggak sih? .-.

Nanti baca A/N di ujung cerita plis!!! tapi jangan lupa vote dulu heheheh

**.*

Suasana kantin memang selalu sepi semenjak bel pulang berbunyi meskipun sebelumnya banyak murid yang melipir kesini untuk membolos jam pelajaran terakhir. Dan situasi ini dimanfaatkan Senja dan kedua sahabatnya untuk nongkrong meskipun beberapa penjual sudah siap menutup warungnya.

Didepannya, ada tiga gelas es nutrisari yang sudah hampir habis di masing-masing gelasnya, juga kedua temannya yang asik dengan ponselnya masing-masing.

"Rai ngajak gue keluar malem!" Zoya tiba-tiba meletakan ponselnya dimeja diiringi tangan kanannya yang memukul meja dengan pekikan dari dirinya sendiri. "Nyuruh pake baju bagus." kini perempuan itu tersenyum lebar seperti gadis tolol. "Terus nanti dijemput...,"

Senja dan Keira saling berpandangan, sementara Zoya kini mengibas-ngibaskan kedua tangannya di depan wajahnya sebelum menangkup kedua pipinya yang merah sehabis menyelesaikan tiga kalimatnya yang sengaja gadis itu beri jela persatu kalimat hanya untuk tersenyum. Astaga....

Senja kini menatap Keira yang tidak mau berkomentar apa-apa. Perempuan itu memang belum sepenuhnya mempercayai lelaki pujaan sahabatnya itu, dan kini ia memilih diam karena tidak ingin memancing keributan.

"Gue balik sekarang ya?" Zoya kini berdiri, memakai kembali ranselnya dan meraih jaketnya. "Dadaahhh!" katanya kemudian berlalu sambil melambaikan tangannya dan memberi ciuman jarak jauh.

"Bye...," Senja ikut melambaikan tangannya dengan senyuman sementara Keira hanya memutar bola mata malas sebelum berputar untuk duduk disamping Senja.

"Kenapa sih," Senja menyikut Keira dengan sedikit menggodanya. "Sensi amat."

Keira menggeleng, kemudian menatap ponselnya sendiri yang terlihat masih sepi dari notifikasi.

"Cieee, nungguin Alby, ya?"

"Apaan deh, udah ah, cabut yuk!"

Senja mengangguk, lagipula sebentar lagi ia harus ke café untuk bekerja. Merapikan posisi ranselnya kemudian meraih gelas nutrisarinya, menyedot hingga tandas sebelum kembali meletakan gelas itu di atas meja.

Hari ini tidak begitu berat.

Posisi kantin yang berada di belakang membuat keduanya harus kembali melewati rute lapangan, lorong kelas, taman, ruang guru, dan pos satpam sebelum mencapai gerbang utama.

Belum sampai di pos satpam, seseorang menarik ransel Senja hingga membuatnya nyaris terjengkang. Ya ampun... siapa lagi ini?!

"Dicariin kemana-mana...," ucap si pelaku seolah sudah mencarinya sedari tadi.

Senja memutar badan, dan menemukan Lingga yang berdiri di depannya dengan tatapan tanpa rasa bersalahnya.

"Ikut gue!"

"Mau kemana? Orang nggak ada latihan!"

"Ikut aja,"

"Nggak ah, gue nggak mau diculik! Abis ini juga gue ada kerjaan," Senja berusaha menolak, menjadikan dirinya dan Lingga menjadi bahan tontonan murid-murid yang masih menetap di sekolah. "Ngapain, sih?!"

Lingga tidak menanggapi malah semakin menggiring Senja keluar dari area sekolah.

"Lingga!" pekik perempuan itu sambil berusaha menjauh dari Lingga yang kemudian kembali ditarik mendekat oleh lelaki itu.

Lingga dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang