Pada akhirnya Yoongi dan In Ha berakhir duduk bersebelahan di studio rekaman. Setelah saling diam saat makan malam tadi, keduanya memilih untuk mencoba berdamai pada keadaan. Sudah cukup rasanya saling merenung namun tak menghasilkan solusi. Yang artinya harus diselesaikan dengan bicara. Saling tukar pikiran barang kali muncul ide cemerlang untuk keluar dari masalah.
Sungguh keadaan seperti ini adalah yang paling buruk. Ingin saling melontar kata namun belum yakin harus mulai dari mana. Sama-sama diam saling berlomba deru nafas beriringan dengan dentingan jarum jam yang membuat suasana semakin kentara senyap.
Yoongi ingin memulai, tapi hati dan pikirannya belum siap. Satu minggu tak mendapati batang hidung kekasihnya membuat sedikit berdebar. Belum lagi wajah In Ha yang tak nampak bersahabat seperti biasanya. Tertekuk dengan air muka yang sedikit suntuk.
"Kau sakit? Wajahmu pucat." Ujar Yoongi mengawali. Ingin basa-basi mengusir sunyi yang sejak tadi jadi beban.
In Ha mengangkat wajahnya. Menggeleng sekilas, "tidak. Aku baik." Ucapnya dengan suara lembut.
Yoongi menarik nafasnya panjang. Basa-basinya tak berakhir mulus, "aku---"
"Bagaimana dengan kita?"
Suara Yoongi terputus saat In Ha lebih dulu menyambar tanya. Yoongi terkejut karena In Ha begitu to the point. Padahal Yoongi belum seratus persen siap dengan bahasan itu
"Aku ingin tetap seperti ini." Yoongi membagi fikirannya. Berharap kekasihnya juga punya misi yang sama dengannya. Sama-sama ingin mempertahankan.
"Lalu siapa disini yang harus menyerah? Aku?" Tanya In Ha dengan nada suara yang menyiratkan ketegasan.
Yoongi terkesiap dengan pertanyaan In Ha, "pasti ada jalan keluar lain yang bisa membuat kita tetap bersama. Percaya padaku." Yoongi menatap In Ha. Penuh pengharapan jika gadisnya masih mau memperjuangkan. Namun Yoongi malah melihat seringai tipis dari bibir kekasihnya.
"Sunbae," In Ha sejenak menggantungkan suaranya, "orang seperti kita itu hidup dalam peraturan. Keterikatan yang membuat kita harus selalu patuh,"
"---aku juga ingin mempertahankan. Tapi bisa apa? Bahkan saat ini kita hanya diberikan dua pilihan mutlak. Bahkan tak bisa disebut sebagai pilihan karena lebih terasa seperti keharusan."
Yoongi diam. Bingungng harus menimpali seperti apa. Nada bijak In Ha membuat Yoongi bisu. Lebih dari itu, ucapannya adalah serangan paling fatal pada kerja otak dan hatinnya. Saling mengelak bahwa semuanya pasti ada jalan keluar sesuai dengan yang Yoongi harapkan. Tapi perkataan In Ha seperti sebuah rumus kebenaran.
"Jadi kau menyerah? Soal kita?" Tanya Yoongi.
In Ha mengarahkan atensi sepenuhnya pada Yoongi, "aku tak mengatakan ingin menyerah. Kau adalah hal pertama yang membuatku begitu ingin mempertahankan, Sunbae. Tapi seminggu berfikir hingga kepalaku rasanya mau hancur, aku tetap tak menemukan bagaimana cara membuat kita bisa bersama, selain salah satu dari kita menyerah."
Tanpa sadar bulir air mata mulai berjatuhan dari pelupuk mata In Ha. Pertahanan yang coba ia bangun runtuh tak kala menatap kedalam iris mata Min Yoongi. Terlebih yang In Ha sadari sekarang adalah, bahwa dirinya telah membiarkan Yoongi masuk lebih dalam menguasai hatinya. Ia mulai mencintai Yoongi---dengan sangat.
Untuk kali kesekian Yoongi benar-benar benci situasi ini. Membenci keadaan yang mengintimidasi keduannya. Terlebih melihat kekasinya menangis seperti saat ini. Nyeri namun memberi sedikit kelegaan untuk Yoongi. Tahu jika gadisnya tidak ingin menyerah dengan mudah. Bagi Yoongi itu cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Of Jealousy ✔
Romance(UNDER REVISION) Sometime bakal spam kalian dengan re-publish cerita yang sudah direvisi demi kenyamanan membaca para readers. Sebuah kisah sederhana tentang bagaimana cinta dapat mengalahkan banyak hal. Min Yoongi, idol ternama, pria dengan pendiri...