Jika rindu bisa dihitung tiap helanya, maka rindu seorang Min Yoongi bisa membuncah membentuk gumpalan rindu yang terakumulasi. Mata pria pucat itu tak henti menatap pada wanita yang sedari tadi mencoba menghindar dari sorot tajam Min Yoongi. Ingin rasanya menyeret tubuh wanita itu untuk masuk kedalam dekapannya, menyalurkan rasa rindu yang sudah kepalang tak tertahan. Tapi Min Yoongi setengah mati menahannya, mencoba bersikap normal karena mereka berada ditempat umum, sekalipun tengah berdiri dilorong tangga darurat yang jarang dilewati orang.
Wanita yang beberapa waktu belakangan menjadi sumber nelangsa seorang Min Yoongi karena harus beradu dengan rasa rindu yang teramat itu hanya mampu tertunduk sambil meremat kasar jari-jarinya. Jantungnya sudah berpacu tak karuan sejak tadi, menunggu kalimat apa yang akan terucap dari rungu seorang Min Yoongi. Sesungguhnya In Ha siap, siap jika pun akan mendengar kalimat penuh kebencian dari Min Yoongi atas sikap pengecut yang ia tunjukan pada Yoongi terkait hubungannya. In Ha yakin Seokjin telah menyampaikan pembicaraan mereka tempo hari lalu, itu sebabnya In Ha tak lagi mendapati Yoongi yang mencoba berjuang akan ikatan mereka.
"Sedang apa disini?" Suara berat itu kontan membuat In Ha menghentikan rematan kasar pada jemarinya. Diangkatnya wajah cantik yang sedari tadi hanya tertunduk menatap lantai untuk melihat presensi Yoongi.
In Ha mengerjap beberapa kali untuk mencoba terbiasa dengan sorot mata tajam kekasihnya itu, ah---haruskah menyebutnya sebagai mantan kekasih? Apapun itu, "script reading." Ucapnya singkat, namun seolah menjelaskan banyak hal untuk Min Yoongi.
Yoongi tak menyambar dengan pertanyaan lain. Sejenak masih betah memandang In Ha dengan sorot yang mulai redup. Ada banyak tanya tersirat dari matanya. Ada banyak hal yang ingin diucap dari mulutnya, hanya saja seolah ada hal yang membuat Yoongi enggan untuk mengucapnya.
"Benarkah?" Yoongi memberi segaris senyum miring, "jadi semuanya berkahir seperti ini?"
In Ha hanya bisa meneguk paksa salivanya. Ada rasa ngilu menyeruak dihatinya tak kala mendengar ucapan Yoongi. Abu-abu memang pertanyaan nya, namun sayangnya In Ha bukan tak mengerti maksud pertanyaan itu.
In Ha mengulum bibirnya untuk kemudian memberi seutas senyum tipis yang jelas dipaksakan. Matanya seberani mungkin menatap langsung pada iris mata Yoongi yang sejak tadi ia hindari, "rasanya akhirnya memang sudah diatur seperti ini, sunbae. Tidak ada yang bisa kita lakukakan."
Yoongi tersenyum dengan sebuah anggukan yang terasa ambigu untuk dianalogikan. Entah sebuah ungkapan setuju, atau sebaliknya karena senyumannya juatru terasa mengganggu.
Yoongi menyandarkan tubuhnya pada dinding. Kedua tangannya yang semula terjejal didalam saku celana dikeluarkan, dibiarkan terjuntai bebas disamping tubuhnya. Wajahnya yang sejak awal penuh ketegasan dan ketegangan berubah sendu, membuatnya seolah harus menekuk wajah menghindari pandang seorang Cha In Ha.
Pria dua puluh tiga itu menghela napas terlampau berat, membuat In Ha turut merasakan sesak yang mungkin dirasakan Min Yoongi, "belakangan aku banyak berpikir tentang waktu yang kita lewati bersama. Kupikir begitu banyak waktu yang kita lewati, tapi ternyata tak lebih dari tiga bulan. Beberapa pertemuan, itu pun tak lebih hanya sekedar makan dikantin atau bertemu diam-diam."
"Sunbae?!" Suara lemah In Ha mencoba menyela ucapan Yoongi.
"Kita bahkan tak pernah berkencan seperti yang dilakukan pasangan lain. Sekedar minum kopi atau pergi menonton. Aku bahkan tak tahu film seperti apa yang kau suka, atau kencan semacam apa yang kau inginkan."
"Sunbae, ada apa denganmu?!"
"Kita lebih banyak berdebat, lebih banyak khawatir dan bertanya-tanya tentang bagaimana hubungan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Of Jealousy ✔
Romance(UNDER REVISION) Sometime bakal spam kalian dengan re-publish cerita yang sudah direvisi demi kenyamanan membaca para readers. Sebuah kisah sederhana tentang bagaimana cinta dapat mengalahkan banyak hal. Min Yoongi, idol ternama, pria dengan pendiri...