Chap 4: Queen Bee.

20.9K 1.6K 46
                                        

Mahasiswi melirik-lirik dan tersenyum melihat Sion yang berdiri tepat didepan pintu kamar mandi perempuan dengam membawa buku di tangan kiri dan tas tangan terpasang di pundak kanan.

Sion tengah menunggu Savanna didalam toilet. Sion menganggap mereka adalah angin lalu dan memasang flat face nya.

"Sion" panggil seorang perempuan dengan suara manjanya menghampiri Sion.

Sion menghela nafasnya melihat perempuan didepannya. Ia menatap malas. Malas banget.

Sedangkan perempuan cantik itu tersenyum manis untuk Sion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan perempuan cantik itu tersenyum manis untuk Sion.

***

Sion mengalihkan matanya ke arah lain. Asal tidak menatap perempuan yang berada di hadapannya. Sion berpura-pura tidak melihatnya. Tidak peduli. Sion tidak menyukai Shania. Cewek itu berbahaya. Bisa merusak hubungannya dengan Savanna.

Tidak hanya pada perempuan di hadapannya Sion bersikap dingin seluruh populasi perempuan di kampus juga tapi cewek satu ini bener-bener keras kepala diantara para cewek yang berusaha mendekatinya membuat Sion lebih dingin menghadapinya.

Shania Acasha, nama cewek cantik dan keras kepala itu. Bisa dibilang Shania adalah cewek caper yang berusaha menarik perhatian Sion. Tidak mudah menyerah, tahan uji, banting, dan kebal dengan hujaman sifat dingin milik Sion.

Shania Acasha cewek tercantik di kampus atau bisa dibilang Shania ini sang Queen Bee karna perhatian selalu terarah untuk Shania. Shania adalah anak jurusan ekonomi dan bisnis. Dari awal ospek penerimaan mahasiswa baru, Shania sudah jatuh hati kepada Sion saat pertama kali melihat Sion.

Sewaktu ospek, Shania yang kating (kakak tingkat) menjadi pembimbing ospek bersama kating lainnya mulai mendekati Sion yang kala itu terlihat mencolok dari yang lain.

Ya karna penampilan, ketampanan, dan gayanya Sion mampu menarik perhatian Shania dan terlihat berbeda dari cowok yang pernah Shania temui. Semenjak itu, Shania terus gencar mendekati Sion meski sudah tau cowok itu memiliki kekasih terlihat dari awal Sion hanya dekat dengan satu cewek semasa ospek.

Dari situ, Shania mulai mencari tau nama kekasih Sion dan dari jurusan mana. Shania juga mulai menyelidiki sejak kapan mereka berpacaran dan Shania kesel tau mereka dekat sejak SMA.

Shania tidak peduli. Sungguh tidak peduli jika mereka bersama sudah lama. Shania selalu berhasil mendapatkan apa yang ia mau. Begitu juga, ia harus berhasil mendapatkan Sion.

"Sion, kok kamu berdiri didepan toilet perempuan??" Tanya Shania masih tidak melunturkan senyum manisnya.

Sion hanya melirik sinis sekilas lalu mengabaikannya dan kembali mengarahkan matanya ke arah lain.

Shania terlihat sudah terbiasa dengan Sion yang tidak menjawab pertanyaannya atau menatapnya. Justru, semakin Sion bersikap dingin padanya, perempuan itu semakin gencar untuk mendekati Sion.

"Kamu udah selesai kelas??" Tanya Shania lagi.

Sion tidak menjawab.

"Hari ini kamu ada mata kuliah lagi??"

Sion masih tidak menjawab.

Shania masih sabar lalu ia bertanya lagi,

"Kamu udah makan belum??"

Sion benar-benar menulikan pendengarannya.

"Kamu mau makan bareng ga??"

Masih ga ada respons dari Sion membuat Shania dongkol sendiri dan mengumpat didalam hati. Tentunya didalam hati. Shania harus menjaga sikapnya didepan orang yang ia sukai dan incar.

Sementara Sion berharap-harap Savanna cepat selesai dan keluar dari toilet dan segera pergi dari kampus. Sion sudah risih. Ia tidak betah lagi harus berhadapan dengan Shania yang selalu mendekatinya dan mengejarnya.

Bukan Sion sombong, memang itu yang dirasakan oleh Sion bahkan populasi mahasiswa di Pasifik Ocean University pun menyadari Shania si Queen Bee tergila-gila dengan Sion.

"Sebenarnya kamu berdiri didepan toilet perempuan pasti nungguin Sav--" ucapan Shania terhenti saat bunyi pintu terbuka membuat pandangannya teralih pada seseorang yang keluar dari sana.

Mendadak kondisi jadi hening seketika. Savanna yang menatap Sion dan Shania bergantian lalu ia merasa awkward. Apalagi melihat Shania yang menatapnya rendah serasa bersedekap.

Savanna tau Shania menyukai Sion. Karna gadis itu tidak pernah berhenti untuk mendekati pacarnya.

"Kak Shania" sapa Savanna ramah serasa tersenyum. Bagaimanapun juga meski Savanna tidak suka sikap angkuh Shania, Savanna harus menghormati yang lebih tua.

Jujur, Savanna merasa risih melihat tatapan merendahkan, mengintimidasi, ketidaksukaan, dan angkuh milih Shania.

"Hmm" Shania hanya menjawab dengan deheman.

Shania akui, Savanna memang cantik dan manis tapi dia lebih dari Savanna, menurutnya.

"Udah kan, baby??" Tanya Sion kepada Savanna.

Savanna mengangguk, "udah" jawabnya lalu ia mengambil alih tas tangan yang tersampir di bahu kanan Sion yang Savanna titip tadi dan memakaikannya di bahu kanannya.

Shania yang mendengar pertanyaan Sion mendengus. Laki-laki itu baru bersuara saat ada Savanna. Menyebalkan.

"Yuk, babe. Kamu harus cepet makan biar ga sakit" Sion mengenggem tangan Savanna dan menariknya menjauh dari depan toilet tanpa menoleh ke arah Shania.

Savanna langsung menoleh ke arah Shania.

"Kak Shania duluan ya!!"

Wajah Shania keruh. Ia menatap tajam ke arah Savanna yang mulai berjalan menjauh bersama dengan Sion. Satu kakinya ia hentakkan ke lantai keramik putih.

Bagaimana caranya untuk bisa memisahkan Sion dengan Savanna?? Melihat betapa besarnya pengaruh Savanna di hidup Sion akan membutuhkan waktu sangaaat lama memisahkannya atau bahkan sama sekali tidak bisa dipisahkan.

Shania menghembuskan nafasnya dan berlalu dari sana. Akan ia pikirkan bagaimana caranya.

***

Tbc

SAVANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang