Anin berjalan menyelusuri koridor, dari tatapannya saja sudah terlihat kalau ia rapuh. Ia masih memikirkan ucapan Navan malam itu, terdengar sangat ambigu. Mengapa Anin merasa ia benar-benar anak yang tak dianggap, anak yang bukan lahir dari rahim Mamanya, anak yang tidak ada darah yang mengalir dari orang tuanya. Sampai ia merasa ada sesuatu yang menabrak tubuhnya.
Brukk
Anin meringis kecil saat bokongnya berhasil mencium lantai koridor yang dingin dengan mulusnya. Anin mengernyitkan dahinya melihat ada uluran tangan seseorang, dilihat dari bentuknya sepertinya seseorang yang menabraknya ini laki-laki karena tangannya lebih besar dan terlihat urat-urat yang menonjol di pergelangan tangannya.
Anin bangkit sendiri tanpa menerima uluran tangan itu, ia sudah mandiri sejak kecil. Jadi tidak diperlukan bantuan kecil seperti itu.
"Sorry tadi gue ga sengaja nabrak lo" Anin hanya mengangguk tidak menjawab ucapan laki-laki itu, ia pun berjalan melanjutkan perjalanannya tetapi tak diduga, tangannya dipegang oleh laki-laki tadi.
"Itu ga sengaja megang...gue cuma mau minta maaf aja kok habis nabrak lo tadi. Lo gapapa??" Lagi-lagi Anin mengangguk tidak menjawab ucapan laki-laki tampan walaupun sedikit hmm culun di depannya ini.
Menurut Anin, laki-laki di depannya ini tampan, walaupun terdapat kacamata yang bertengger manis di hidungnya yang membuat dirinya terlihat culun. Anin kembali ke alam sadarnya saat laki-laki itu menggoyangkan bahunya.
"Lah ngelamun nih anak, gue minta maaf okeee" Anin sedikit gelapan dan akhirnya ia membuka suara, "Iya"
Ya, hanya satu kata yang berhasil keluar dari bibir tipisnya. Dan kali ini, tidak ada halangan lagi bagi Anin untuk berjalan menuju kelasnya.
———
"Selamat pagi anak-anak, kalian mendapatkan teman baru di kelas. Sini nak perkenalkan diri kamu" Ucap Bu Ayuna yang datang bersama seorang laki-laki. Melihat wajahnya seketika Anin teringat pada kejadian tadi pagi. Ya, murid pindahan itu adalah laki-laki yang menabrak Anin tadi pagi.
"Hmm, perkenalkan nama saya Raydhan Ghiffary, kalian bisa panggil Raydhan. Dan mohon kerjasamanya" Setelah memperkenalkan dirinya, banyak siswi yang mendesah lesu. Ekspetasi mereka murid pindahan itu adalah laki-laki berparas tampan, mempunyai tubuh ideal, layaknya karakter pada novel-novel romansa yang sering mereka baca. Tetapi realitanya tidak seindah ekspetasi, murid yang datang itu adalah anak culun. Sudah terlihat jelas pada kacamata yang dikenakannya.
Raydhan tersenyum walaupun hanya ia dan Tuhan yang tahu arti senyuman itu dan benar saja tebakannya. Pasti para murid banyak yang kecewa karena penampilannya, tetapi ia tidak menghiraukan tatapan mengejek itu.
"Raydhan, kamu bisa duduk di sebelah Keenan" Raydhan mengangguk mengerti, tak perlu diperjelas dimana tempat duduk Keenan karena di kelas ini cuma laki-laki itu sendiri yang duduk sendirian.
"Hey Bro, gue Keenan" Ucap Keenan sambil mengangkat tangannya, salaman ala anak kekinian. Dan tentu disambut hangat oleh Raydhan. Pelajaran kembali berjalan lancar, murid yang lain juga sudah tidak menghiraukan keadaan Raydhan seolah Raydhan hanya angin yang berlalu.
Para murid berhamburan keluar kelas, layaknya anak ayam yang dilepaskan dari kandangnya. Kecuali Anin dan Dara, mereka masih betah duduk manis di bangkunya. Keduanya saling melempar canda tawa, disaat dekat dengan seseorang sosok Anin akan berubah 180 derajat. Ia akan lebih leluasa untuk tersenyum bahkan tertawa.
"Haii, boleh gabung?" Kedua siswi itu menengok ke depan mejanya, "Boleh kok gabung aja, iya kan Nin?" Ucap Dara yang memang sangat mudah bergaul, tidak seperti Anin.
Anin hanya mengangguk kaku dan kembali diam, "Hmm gue ganggu ya? Kok lo diem?" Tanya Raydhan yang sedikit merasa sedikit canggung dengan keadaan sunyi ini. "Ehh enggak kok, santai aja kali Dhan, Anin mah emang gitu" Ucap Dara sambil menggerakan tangannya seakan mengatakan tidak.
"Btw gue belum tau nama kalian? Kalian masih inget kan nama gue?" Tanyanya dengan tatapan menyelidik.
"Yaelahh dikira nini-nini apa, masihlah. Nama gue Dara, dan ini Shaneen panggil aja Anin" Lagi-lagi Anin mengangguk.
"Lo kok dari tadi ngangguk aja, tadi pagi ngangguk, sekarang ngangguk. Ga pegel lehernya?" Ucap Raydhan kesal. Bagaimana tidak, Anin hanya mengucapkan kata 'iya' saja itupun sudah lewat dari 3 jam yang lalu.
———
"Baik anak-anak, Ibu tutup pelajaran kali ini. Dan jangan lupa diulangi kembali pelajaran yang baru saja kalian terima" Guru pelajaran fisika itu meninggalkan kelas. Seluruh murid kelas XI IPA 3 satu persatu meninggalkan kelas. Anin pun sudah berjalan di koridor sendirian, karena Dara ada pertemuan ekskul. Ia berniat menghubungi Navan karena memang sudah rutinitas setiap harinya untuk pulang bersama, kecuali berangkat sekolah. Anin akan berangkat menggunakan bis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Fiksi Remaja"Cewek nangis gak selalu cengeng" __________ "Panggil gue jika lo butuh sandaran" __________ "Perempuan dapat tersenyum kepada banyak laki-laki. Namun hanya kepada satu laki-laki ia dapat berbagi air matanya, dan gue harap itu gue" -Raydhan- By :...