• promise 11 •

23 6 0
                                    

Lain hal yang dilakukan oleh kedua sahabat ini, Keenan dan Aura. Mereka sejak tadi tidak berhenti berdebat, hal sepele pun mereka riuhkan.

"Ihh apaansih lo Nan, ngajak ribut mulu dari tadi kerjaanya" Keenan yang sedang mengendarai motornya tidak terlalu jelas mendengar ucapan Aura.

"Ngomong apaan lu geblek, kagak kedengeran gue" Teriak Keenan dan mendapat toyoran dikepalanya. "Lo-itu-ngeselin-banget-TAU GAK!"

Keenan terkekeh mendengar gerutuan Aura, dan dengan disengaja Keenan mengegas motornya dengan kecepatan tinggi. Aura yang tidak siap langsung saja memeluk tubuh tegap Keenan.

"Hahaha kicep kan lo, kalo lo masih cerewet gue tinggalin lo disini" Ancam Keenan dan diangguki malas oleh Aura. Lebih baik ia diam dibanding ia diturunkan dijalan sepi ini. Apalagi kalau nanti ada penjahat-penjahat, lalu ia dibunuh dan diambil organ dalam tubuhnya. Sungguh menyeramkan.

———

Raydhan memarkirkan mobilnya -mobil papanya- ke garasi. Setelah mengantar Anin pulang, ia tidak mampir kemana-mana lagi. Tubuhnya terlalu lelah untuk melakukan kegiatan lagi setelah bermain dengan seharian bersama Anin.

Pikiran Raydhan masih melayang ke kejadian dimana ia memenangkan pertandingannya dengan Anin. Ekspresi gadis itu sangat menggemaskan saat tau ia kalah telak darinya. Ia memang belum memberitahu apa yang ia inginkan pada Anin karena memang laki-laki itu belum mengetahui apa yang ia inginkan sekarang.

"Ya Allah Bang, daritadi Rachel panggilin kagak nyaut-nyaut, eh malah senyum-senyum ga jelas gitu. Serem tau!!" Raydhan menatap adik kecilnya yang berdiri di depan pintu kamarnya, "Ketok dulu woyy kalo mau masuk kamar orang. Gimana kalo Abang lagi telanjang"

Rachel berjalan kearah abangnya dan menjitak kepala sang abang, "Punya Abang kok gini amat sih" Gumamnya.

Raydhan melotot ke arah Rachel yang membuat nyali gadis itu menciut, "Eh, ngomong apaan tadi? Ulang coba? Udah berani ya sekarang ngatain Abang sendiri" Dengan sigap tangan besar Raydhan mengapit tubuh kecil adiknya dan menjatuhkan tubuh Rachel di atas ranjangnya.

"Nih rasain serangan dari Abang" Tangan Raydhan sudah menggelitik ke pinggang Rachel. Rachel orang yang sangat penggeli, tubuhnya terlalu sensitif jika dipegang.

"Hahahahaha ampun Bang hahahaha aduhh geli" Tangan Raydhan masih menggelitik tubuh Rachel, "Nggak sebelum kamu bilang maaf, bilang Abang Raydhan ganteng, Rachel yang jelek ini gak bakal ngatain Abang lagi"

"Cepet bilang gitu" Lanjutnya. Dengan pasrah Rachel mengikuti ucapanya sang abang, "Iya iya hahaha aduhh, maaf Abang jelek, Rachel yang cantik ini bakal ngatain Abang lagi"

Raydhan menggeleng pelan melihat tingkah laku adik kecilnya ini, untung adik sendiri, kalau bukan sudah ditendang oleh Raydhan daritadi. "Tadi ngapain ke kamar Abang?"

Rachel masih mengatur nafasnya, "Capek tau Bang, sabar dulu lah"

"Jadi, tadi Mama nanyain Abang udah pulang belum. Terus Mama bilang katanya mau ngomong sama Abang" Raydhan mengerutkan dahinya, tumben-tumben Mamanya mau bicara padanya.

Raydhan berdiri disamping dispenser dan melihat Mamanya berdiri di depan kulkas. "Kenapa Ma nyariin Raydhan?"

Mamanya membalikkan badannya saat melihat anak sulungnya berdiri tak jauh darinya, "Ohh ini, Mama mau ketemuan sama temen Mama, kamu harus ikut. Rachel juga udah dibilangin tadi kok"

Raydhan menatap Mamanya jengah, "Nggak ah Ma, males. Ngantuk dengerin Mak-mak ngobrol"

Mamanya melototkan matanya, "Nggak ada bantahan Raydhan, cepet bersih-bersih sana. Nanti kalo Papa udah pulang kita langsung pergi"

———

"Navan....dimana kamu?" Teriak Mamanya menggema diseluruh ruangan rumah.

"Kenapa Ma?" Ucap Navan dengan muka bantalnya, ia terbangun dari tidurnya saat mendengar teriakan menggelegar Mamanya.

"Cepet siap-siap, kita mau pergi" Ucap Mamanya dengan mendorong tubuh Navan, "Kita? Hmm Anin ikut Ma?"

Mamanya memutar bola matanya, "Niatnya sih nggak mau diajak, tapi Papa kamu maksa biar dia ikut" Navan menganggukan kepalanya. Setelah diberi kabar oleh Mamanya, Anin segera bersiap-siap. Ia sungguh excited dengan ajakan Mamanya untuk pergi, karena sudah lama ia tidak pernah diajak lagi untuk urusan keluarga.

Anin kini sudah siap dengan dress cantiknya. Sangat pas ditubuh mungil Anin. Ia memakai off shoulder dress berwarna putih. Dan rambutnya ia biarkan tergerai dengan bagian bawahnya ia curlykan. Ia juga memoleskan liptint di bibirnya agar terlihat merah, tidak terlihat pucat.

"Lama lo, lelet" Anin baru turun dari tangga dan sudah mendengar ucapan sinis dari kakaknya. Untuk kali ini, ia tidak menghiraukan ucapan Navan karena pergi makan diluar lebih menarik daripada berdebat dengan Navan.

TBC!!!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang