Anin baru saja ingin keluar dari kelasnya, namun ia tak sengaja melihat rombongan Navan yang mendekat kearahnya.
"Mau ngapain Kak Navan kesini?"
Anin berjalan sambil menundukan kepalanya, sungguh hatinya tidak tenang. Ia takut Navan akan melakukan sesuatu padanya. Mana suasana sekolah cukup sepi.
"Haii Aninn!! Udah lama ga ketemu" Ucap Arga friendly sambil memamerkan senyumnya. Tidak dengan Navan, laki-laki itu memandanginya dengan tatapan tajam. Tak lama terlihat Dara dan rombongannya mendekat kearah mereka. Dan menggelayut manja di lengan Navan. Navan sama sekali tidak merasa risih dengan gelayutan Dara.
"Yangg...ngapain kamu ketemu sama upik abu itu" Ucap Dara dengan tingkah sok imutnya, membuat Anin mual ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Eh lo cabe!! Pasti lo mau deketin Navan gue yakan?!! Ngaku lo!" Teriak Dara sambil berdiri tepat di depan wajah Anin, sampai-sampai Anin menahan nafasnya takut.
"Maaf Dar, kayaknya lo salah orang deh" Ucap Anin santai, walaupun jantungnya berdegup kencang.
"Halahh sok polos lo, kalo sampe lo ngedeketin Navan awas aja!!"
"Gue deketin Kak Navan? Buat apa coba, kan dia kak-...."
"Mau bilang apa lo?" Suara berat Navan mengerinterupsi keduanya. Anin menghelas nafasnya, hampir saja ia menceploskan faktanya dan untung saja sudah disela oleh Navan. Pandangan laki-laki itu tidak pernah lepas dari Anin, tatapan yang paling Anin hindari. Tapi, kali ini ada yang aneh dari padangan itu.
"Lo pulang bareng gue" Ucap Navan penuh penekanan lalu menggeret tangan Anin tanpa melihat keadaan disekitarnya. Anin hampir saja terjatuh akibat seretan Navan ditangannya. Dan sempat Anin lihat kalau Dara mencak-mencakan kakinya dikoridor.
"Awas lo Nin. Gue bakal bales semuanya"
———
Anin sudah duduk manis disamping kursi kemudi. Gadis itu masih tidak paham mengapa Navan mengajaknya pulang bersama. Bukannya ia tidak mau mengantar Anin lagi dan sekarang gadis itu diantar oleh Pak Amin. Ngomong-ngomong Pak Amin, Anin teringat kalau ia belum memberi kabar sama Pak Amin.
Anin merogoh saku roknya dan mengambil ponselnya, baru akan menghidupkan ponselnya. Navan sudah terlebih dahulu bicara, "Gue udah bilang sama Pak Amin" Ucap Navan yang membuat Anin bingung. Ada apa sebenarnya dengan Navan hari ini.
"Kita ngapain ke sini Kak? Ada Mama Papa di dalem?" Tanya Anin saat melihat keadaan diluar, ternyata ia sedang berada diparkiran restoran. Tidak menjawa ucapan Anin, Navan segera keluar dan berjalan menuju restoran. Dengan terburu-buru, Anin mensejajarkan langkahnya dengan Navan.
Mereka memilih duduk di dalam ruangan, tidak memilih diluar karena udara sedang panas. Setelah menyebutkan pesanan mereka, pelayan tadi berjalan menuju dapur. Anin hanya memesan jus mangga karena memang cuma jus yang mencukupi uang sakunya. Sedangkan Navan, laki-laki itu memesan beef steak dan ice capucino.
Tak lama pelayan yang tadi menulis pesanan mereka datang lagi untuk mengantarkan pesanan mereka. Anin merengutkan dahinya, apa benar Navan akan habis memakan 2 porsi beef steak itu?
"Makan" Ucapnya setelah menyodorkan satu porsi beef steak di depannya. Anin bertanya, "Buat Anin Kak?"
Tanpa menghiraukan pertanyaan Anin, Navan memakan makanannya dengan nikmat. Membuat perut Anin keroncongan, makanan di depannya ini benar-benar menggugah selera. Dan dengan perlahan, Anin mengambil pisau dan garpunya, lalu
memakan beef steaknya ini. Navan tersenyum sangat tipis melihat Anin yang lahap memakan makanannya.———
Kakak beradik itu baru saja sampai dirumahnya. Jam sudah menunjukan sore hari, hampir menjelang malam. Mungkin juga kedua orang tuanya sudah sampai di rumah. Navan keluar dari mobil terlebih dahulu, dan disusul Anin dibelakang dengan senyuman mengembangnya.
Gadis itu berharap, kalau kebahagiaan ini akan terus terjadi pada hidupnya. Ia juga berharap suatu hari nanti, Navan dan Mamanya akan berbaik hati padanya, menyalurkan rasa kasih sayang padanya.
"Bagusss kamu Anin, baru pulang malam seperti ini!!"
Deg...
"Ma, tadi Anin pulang sama Ka-..."
PLAKK...
Anin merasakan pipinya pedas bercampur panas. Untuk kedua kalinya...Mamanya menampar pipinya. Bersamaan dengan air matanya yang meluruh disisi pipinya. Ia tidak berniat pulang malam hari ini, tetapi ia harus mengikuti Kakaknya pergi kesana kemari. Apa Navan tidak ingin menjelaskan kesalahan pahaman ini?
"Kak, tadi kan kita pulang barengan. Apa Kak Navan ga mau jelasin ke Mama" Lirih Anin.
Navan tersenyum licik padanya, "Kita pulang barengan? Yakin lo? Bukannya lo tadi pergi sama cowok lo terus ketemu gue, dan niat gue baik. Gue paksa lo pulang karena hari udah malem" Ucap Navan bohong. Semua yang ia ucapkan hanya rekayasa.
"Jangan ngeles kamu Anin!!"
"Harus berapa kali Mama jelaskan pada kamu Shaneen. Mama lelah mengurusimu, kamu selalu menyusahkan saja. Tidak pernah becus!" Lanjut Mamanya, dan Anin sudah tidak mampu menahan air matanya lagi. Kenapa selalu dirinyalah yang selalu disalahkan, tanpa pernah mendegar penjelasan yang keluar dari bibirnya. Hanya ada Navan dan selalu Navan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Подростковая литература"Cewek nangis gak selalu cengeng" __________ "Panggil gue jika lo butuh sandaran" __________ "Perempuan dapat tersenyum kepada banyak laki-laki. Namun hanya kepada satu laki-laki ia dapat berbagi air matanya, dan gue harap itu gue" -Raydhan- By :...