• promise 6 •

35 8 1
                                    

Raydhan tak bisa menghentikan senyumnya. Senyum yang selalu terukir di bibirnya kini terlihat lebih lebar lagi. Di depannya sudah duduk seorang gadis yang berkutat dengan laptopnya dan kentang goreng yang menjadi cemilannya.

Anin, ya Raydhan sedang bersama dengan gadis pendiam itu. Mereka tidak hanya berdua, ada juga Keenan dan Aura. Keenan, Aura, dan Anin sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan dari SD, SMP, sampai SMA sekarang.

"Nin" Anin yang masih fokus dengan laptopnya mengalihkan perhatiannya, "Kenapa?"

Deg

Tangan besar Raydhan tiba-tiba terangkat dan menyentuh sudut bibirnya. Tubuh Anin mematung, Raydhan membersihkan sisa makanan dari bibirnya?

"Uhuk uhuk, duh kesedak biji duku gue" Goda Keenan dan disahut oleh Aura, "Duhh yang ngontrak mah diem aja"

Anin merasa kedua pipinya memanas dan memilih menundukan kepalanya, melanjuti tugasnya, tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Raydhan walaupun sangat kecil. "Makasih" Satu kata itu berhasil membuat senyum Raydhan mengembang.

Tugas kelompok mereka sudah selesai, dan sekarang mereka masih betah di dalam kafe. Pendingin ruangan dan wifi gratis berhasil mengalihkan perhatiannya ketimbang pulang ke rumah. Sekarang juga sudah menjelang sore, Anin sudah berulang kali ingin pulang, tetapi selalu dicegah oleh kedua sahabatnya yang tak lain tak bukan adalah Aura dan Keenan.

Shaneen D : Pak Amin, bisa jemput Anin nggak?

Pesan itu sudah terkirim, namun sampai sekarang belum ada balasan dari supir keluarganya itu. Anin mencoba menghubungi nomor Pak Amin. Tetapi tidak diangkat olehnya, dan Anin kembali mencoba mengirimkan pesan pada Pak Amin, mana tau akan dijawab olehnya.

Shaneen D : Pak, Anin udah selesai kerja kelompoknya. Pak Amin bisa jemput Anin?

Pak Amin : Aduhh maaf Anin, Pak Amin nggak bisa jemput. Anak Pak Amin lagi sakit, jadi sekarang mau ke dokter.

Shaneen D : Ohh iya nggak apa-apa Pak, salam yah buat anak Bapak

Anin menghembuskan nafas lelahnya, ia bingung akan pulang naik apa. Anin tidak diperbolehkan pulang dengan ojek online. Bisa-bisa kedua orang tuanya akan mengamuk melihatnya. Aura yang melihat itu merasa janggal pada sahabatnya itu, "Kenapa Nin?"

Anin menoleh kesamping, "Eh-itu Pak Amin nggak bisa jemput"

"Pulang bareng Raydhan aja Nin. Boleh kan Dhan? Masa kagak boleh, jahat amat lo sama temen sendiri" Belum sempat Raydhan membalas ucapan Keenan, sudah disambar terlebih dahulu oleh Aura.

"Hooh Nin, pulang bareng Raydhan aja. Lumayan hemat ongkos" Anin menatap ke arah Raydhan dan ternyata laki-laki itu juga sedang menatapnya. Seketika pipi Anin kembali memanas saat mengingat kejadian tadi.

Raydhan menganggukan kepalanya, "Yaudah, yuk pulang" Ucapnya sambil menggandeng tangan Anin. "Kita balik dulu, bye" Pamit Raydhan dan menyisakan dua remaja yang tersenyum melihatnya.

"Gue shipper mereka anjirr!!!" Teriak Aura heboh dan Keenan yang menjadi sasaran empuk kehebohan Aura.

———

Jalanan malam ini sangat padat, banyak kendaraan yang stop di tengah jalan. Dan penyebab kemacetan ini karena ada kecelakaan yang mengakibatkan jalanan padat merayap.

"Duhh gimana Ray, udah malem ini" Ucap Anin dengan nada cemasnya, ia takut kalau orang tuanya akan memarahinya lagi dan lagi.

"Yaiyalah malem Nin, masa pagi, upacara dong" Canda Raydhan untuk menghilangkan kegugupan Anin. Anin mendengus kesal dan menepuk bahu Raydhan cukup kencang, terbukti dari ringisan laki-laki itu.

"Cewek sadis nih anak" Gumam Raydhan pelan, dan untung saja tidak didengar oleh Anin. Perlahan motor matic yang dibawa Raydhan maju walaupun hanya 1 meter. Walaupun dalam keadaan macet seperti ini, sangat membuat Raydhan senang. Tentu saja ia bisa lebih lama lagi bersama gadisnya itu. Berbeda dengan Anin, gadis itu justru merasa was-was. Pasalnya jam sudah menunjukan pukul setengah 6 malam. Itu berarti sudah melewati waktu yang Mamanya berikan. Anin hanya diber batas waktu sampai jam 5, dan tidak memungkinkan ia dapat sampai di rumah dengan jalanan macet seperti ini.

Setelah melewati 15 menit lamanya, akhirnya motor yang dikendarai Raydhan dapat bernafas lega setelah berhimpit-himpitan dengan kendaraan lain. Tak membutuhkan waktu lama, motor matic kesayangan Raydhan itu sudah sampai di depan rumah Anin. Tubuh Anin menegang saat melihat Mamanya dan Navan berdiri di depan pintu dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Papanya pasti mengeram di dalam ruang kerjanya.

Anin berjalan menunduk mendekati Mama dan Kakaknya itu, dengan ragu ia mengucapkan salam. "Assalamualaikum Ma, Kak" Tanpa menjawab salam Anin, Mamanya sudah memberikan ceramahan panjangnya.

"Wahh hebat kamu, sudah berani pulang malam-malam seperti ini. Apa perkataan Mama kemarin tidak kamu dengarkan Shaneen Deola!! Sudah Mama peringatkan jangan jadi wanita mal-..." Ucapan Mamanya terpotong karena suara laki-laki yang menginterupsi ketiganya.

"Malam Tante, maaf saya baru antar Anin malam begini. Tadi di jalan ada kecelakaan, jadi jalanan macet. Maaf karena saya Anin pulang terlambat. Saya sudah mengantarkan Anin dengan selamat, dan tolong jangan memarahinya" Raydhan tiba-tiba berdiri disamping Anin. Anin merasa sangat senang, akhirnya ada seseorang yang akan membelanya, walaupun itu bukan keluarganya.

"Siapa lo?! Dateng-dateng sok jadi jagoan. Napa, mau jadi superhero nih bocah?" Ucap Navan penuh penekanan. Ia tidak suka melihat kedatangan Raydhan ke rumahnya.

"Maaf Kak, bukan maksud saya berniat lancang seperti ini. Saya hanya tidak suka melihat Anin yang tidak salah apa-apa kalian marahi. Tidak ada alasan untuk kalian
memarahinya, lagi pula Anin pulang dengan keadaan sehat bukan?" Navan sudah tersulut emosi, ia paling tidak suka ada seseorang yang membela Anin. Kalian sudah tau bukan kalau yang membuat Navan senang adalah melihat Anin tersiksa. Maka sebaliknya, untuk membuat Navan kesal adalah melihat seseorang membela Anin.

"Kalau begitu, saya permisi. Malam Kak, Tan" Pamit Raydhan dan berlalu meninggalkan rumah besar keluarga Brata.

TBC!!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang