• promise 9 •

27 7 0
                                    

Kriiinggg.... kriiinggg....

Anin menggeliatkan tubuhnya, dilihatnya jam menunjukan pukul 8 pagi. Ia melewatkan sholat subuhnya karena memang sedang berhalangan. Rencananya, siang ini mereka -Anin, Raydhan, Keenan, Aura- akan pergi ke mall. Semalam, mereka sudah merencanakannya lewat grup line.

Anin sudah siap dengan pakaian casualnya. Kaos polos berwarna hitam dan dilapisi dengan kemeja kotak-kotak yang dipadukan dengan jeans pendek. Tak lupa dengan sepatu kebanggaannya, converse putih. Ia segera turun dari kamarnya dan tak melihat seorang pun di dalam rumahnya. Mungkin semua makhluk disini sedang hibernasi.

Tin....tin....

Anin segera mempercepat mengikat tali sepatunya saat mendengar bunyi klakson dari depan pagar rumahnya. Semalam ia memang sudah meminta Keenan untuk menjemputnya. Saat mendongakan kepalanya, ia mengerutkan dahinya. "Tumben Keenan bawa mobil" Gumam Anin. Tak lupa ia mengunci pagar rumahnya sebelum
masuk ke mobil.

"Sorry Nan kela-..." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Anin terkejut melihat orang yang dibelakang kemudi itu.

"Haii" Anin hanya menatapnya tanpa niat membalas sapaan itu. "Hoii bengong aja, kesurupan tau rasa lo"

Barulah Anin tersadar kembali ke alamnya dan menjawab sapaan laki-laki itu canggung. "Ha-hai, kok lo yang jemput gue si Ray?" Ya, laki-laki yang menjemput Anin adalah Raydhan. Yang membuat Anin terkejut bukanlah siapa yang menjemputnya. Tetapi dengan styles laki-laki itu. Kemarin-kemarin Raydhan terlihat culun dengan kacamata yang ia gunakan. Tapi lihat sekarang, laki-laki itu terlihat sangat tampan saat tidak memakai kacamatanya.

"Hahaha gue ganteng ya???" Tanya Raydhan dengan percaya dirinya. Anin dengan refleks menganggukan kepalanya lalu dengan keras ia menggelengkan kepalanya.

"Nggak-nggak, bi-biasa aja kali" Ucap gadis itu terbata, sungguh saat ini Anin sangat ingin menenggelamkan tubuhnya dirawa-rawa.

Raydhan tertawa melihat reaksi salting dari Anin, gadis itu terlihat sangat menggemaskan dimata Raydhan. "Hahaha salting ciee, udah jujur aja ga usah bohong gitu" Anin memalingkan wajahnya ke arah jendela agar Raydhan tidak dapat melihat wajah merahnya. Seberapa besar cara Anin menutupi wajahnya, tetap saja terlihat oleh Raydhan. Laki-laki itu melirik sekilas ke arah Anin.

"Ga blushing aja udah gemes, apalagi dia blushing. Gue karungin juga lo" Batin Raydhan.

———

Anin dan Raydhan baru saja sampai ke dalam mall, mereka sudah berjanjian untuk bertemu disebuah kafe yang sangat diminati oleh kalangan remaja seperti mereka. Sudah terlihat Keenan dan Aura duduk di dalam kafe, Anin maupun Raydhan mempercepat jalannya.

"Heiii" Keduanya yang asyik dengan ponsel mereka mengalihkan perhatiannya. Aura terlebih dahulu membuka suara, "Lama lo berdua, darimana aja sampe ngaret setengah jam"

Anin mengusap tengkuknya, "Ga darimana-mana kok, emang jalannya aja yang padet. Ya kan Ray" Ucap Anin yang diangguki oleh Raydhan. Keenan yang sejak tadi hanya memperhatikan ketiganya akhirnya membuka suara juga, "Hmm btw nih ya"

Ketiganya serempak menolehkan ke arah Keenan, laki-laki itu menggantungkan ucapannya membuat ketiga orang itu penasaran.

"Kok baju kalian samaan sih" Baik Anin, Raydhan, dan Aura memperhatikan baju mereka dengan seksama. "Mana ada lele, orang baju gue warna putih. Sliwer mata lo" Ucap Aura dengan tidak santainya.

"Bukan lo geblek, orang gue ngomongin baju mereka. Yee pede si nyai" Anin dan Raydhan kembali melihat baju mereka. Anin baru sadar kalau Raydhan memakai baju yang mirip dengannya. Kemeja kotak-kotak.

"Hmm saya mencium aroma-aroma pajak jadian ini. Auranya semakin kencang" Ucap Aura menirui adegan di salah satu acara TV.

Keenan menggeplak kepala Aura, "Udah jangan sok-sokan jadi Roy Kiyowo lo, dah pesen makanan sono, laper gue"

Setelah menyelesaikan makan siangnya, Anin merasakan getaran dari ponselnya. Navan?

Kak Navan : Dmn lo?

Shaneen D : Anin lagi pergi Kak bareng temen, kenapa Kak?

Tak ada balasan dari laki-laki itu, Navan hanya membaca pesan Anin tanpa membalasnya. Kacang mahal lo Mas.

"Siapa?" Anin menoleh kesamping tepatnya ke arah Raydhan, "Kak Navan nanya lagi dimana. Udah gitu aja" Jelas Anin

Raydhan hanya mengangguk sekilas dan menoleh ke arah Keenan yang barusan memanggilnya, "Wehh Bro, tuh kacamata Kakek UP kemana?"

Keenan selalu menyebut kacamata Raydhan dengan sebutan 'kacamata kakek up'. Padahal bentuk kacamata yang Raydhan gunakan sama sekali tidak mirip dengan kakek itu. Bentuknya tentu lebih modis dibanding kakek up.

"Eh hooh ya, gue gak liat kacamata Kakek UP lo Dhan" Sambung Aura.

Raydhan melirik sinis ke arah kedua sejoli itu, "Dihh kacamata keren dibilang kacamata kakek-kakek. Ya pikir aja, masa gue mau jalan sama Anin pake kacamata. Dikira bokapnya lah gue"

Anin merasakan kedua pipinya memanas, apa maksud dari perkataan Raydhan barusan.

"Wohoho kita gak dianggep Ra, jalannya cuma sama Anin, okelah gue mah apa coba cuma plastik gorengan goceng" Ucap Keenan dramatis. Dengan gemas Aura menoyor kepala Keenan yang duduk disebelahnya, "Ga usah alay tokek"

TBC!!!

ditunggu vommentnya guyss...😉😉

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang