• promise 17 •

33 3 2
                                    

Di koridor ruangan rumah sakit sudah dipenuhi oleh orang-orang terdekat Anin. Sudah ada Raydhan yang sedari tadi masih betah disana, Mamanya yang menemani Raydhan, dan keluarga Anin, tak lupa juga dengan kedua sahabat gadis itu.

Dokter baru saja keluar dari ruang UGD, sontak seluruh orang berdiri mengerumuni sang dokter, kecuali dengan Raydhan. Laki-laki itu belum beranjak dari duduknya.

"Dok...gimana anak saya? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Mama Anin khawatir. "Dia sudah melewati masa kritisnya, tetapi tak menutup kemungkinan ada dampak yang diberikan. Berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa" Jelas sang dokter.

Seluruhnya menghela nafas leganya, walaupun sebagian hatinya masih belum tenang, setidaknya Anin selamat dari kecelakaan itu. "Apa Anak saya bisa dijenguk Dok?" Tanya Papa Anin dan diangguki oleh Navan. "Iya Dok, Adik saya bisa dijenguk?"

Dokter Zanuar memberikan seulas senyumnya, "Boleh, tetapi jangan terlalu banyak. Setidaknya 2 sampai 3 orang saja"

"Kalau begitu saya permisi dahulu, selamat malam" Ucap Dokter Zanuar lalu pergi dari kerumunan. Mama dan Papa Anin serta Navan terlebih dulu masuk ke ruangan Anin. Sekitar 15 menit berikutnya disambung oleh Mama Raydhan, Aura, dan Keenan.

Dan terakhir adalah giliran Raydhan. Laki-laki itu beranjak dari duduknya dan perlahan tangannya membuka knop pintu. Dilihatnya gadis mungil itu terbaring di brankar rumah sakit. Ada alat bantu pernapasan yang terpasang di hidung Anin. Raydhan mendekat ke arah Anin dan duduk di bangku samping brankar. Tangan besar Raydhan terangkat pelan dan menggenggam tangan Anin. Dingin, itulah yang Raydhan rasakan. Perlahan ibu jarinya mengusap punggung tangan Anin. Menyalurkan kehangatan yang ia punya.

Tes...

Ya, air mata laki-laki itu akhirnya jatuh juga. Tidak ada suara yang keluar, semuanya terasa sunyi. Sudah cukup lama menangis, Raydhan mengangkat tangannya yang menggenggam tangan Anin tadi. Dikecupnya punggung tangan gadis itu, "Lo kuat, gue tau itu. Cepet bangun" Lirihnya. Tak lama, Raydhan keluar dari ruangan dan kembali duduk di bangku koridor depan ruang kamar inap Anin.

"Tante, Om, Aura sama Keenan pulang duluan ya. Besok habis sekolah kita kesini lagi. Assalamualaikum" Pamit mereka dan tentu dijawab salam oleh semua yang berada di ruangan.

"Saya pulang juga ya San, Rachel kan besok mau sekolah. Papanya juga mau kerja. Raydhan kamu ikut Mama pulang atau belum?" Raydhan menganggukan kepalanya, "Ikut" Ucap nya singkat.

Tinggalah Mama Anin dan suaminya yang menjaga Anin. Sedangkan Navan sudah pulang sejak tadi.

———

Selama pelajaran berlangsung, Raydhan tidak fokus pada pembelajaran. Raganya memang disini, tetapi pikirannya melayang ke rumah sakit. Tepatnya seseorang yang sudah mengisi hatinya. Apa kabarnya hari ini? Apa ia sudah bangun dari tidurnya? Dan masih banyak pertanyaan yang hinggap diotaknya.

Raydhan merasakan tepukan di bahunya, "Ngelamun aja, dimasukin setan tau rasa lo!" Keenan lah pelakunya. Raydhan tak berminat menjawab ucapan teman sebangkunya ini. "Udah Bro, jangan lemes gitu. Ntar pulang sekolah kita ke rumah sakit lagi" Ajaknya dan disetujui oleh Aura.

"Gue ikut!! Awas lo pada ninggalin gue" Ucap Aura bersemangat dan mendapat jitakan di dahinya. Siapa lagi kalau bukan Keenan yang melakukannya. "Berisik geblek, kuping gue pengeng ni dengernya"

"Hehehe sorry, orang lagi bersemangat ini" Cengenges Aura. Sedangkan Raydhan hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabatnya ini.

Raydhan, Keenan, dan Aura sudah siap menuju rumah sakit. Kali ini, Raydhan membawa mobilnya, jadi dua anak ayam itu ikut menebeng di mobil Raydhan. Jalanan cukup lengang, tidak terlalu ramai oleh kendaraan. Sehingga mereka cepat sampai di Rumah Sakit Citra Abadi, tempat Anin dirawat.

Tok...Tok...Tok...

"Assalamualaikum, eh ada Tante Santi" Di dalam kamar rawat Anin, ada Santi yang menemani Anin. "Waalaikumsalam, sini masuk. Ngapain pada berdiri di depan" Jawab Santi.

"Tumben baik nih nenek sihir, biasanya galak" Batin Aura.

Melihat Aura yang masih berbicara dengan Mama Anin, Raydhan memilih untuk mendekat ke arah Anin. Ia memindahkan bangku ke arah brankar. "Mumpung kalian masih disini, Tante izin pulang sebentar ya. Mau ambil pakaian buat besok. Nanti Tante balik lagi" Pamit Santi setelah mendapat persetujuan dari ketiga remaja itu.

Selepas perginya Santi, Raydhan menggenggam tangan Anin. Diusapnya perlahan untuk memberikan ransangan pada Anin agar gadis itu sadar dari komanya. Ya, Anin dinyatakan koma 2 hari yang lalu. Melihat adegan antara dua remaja berbeda gender itu, Aura dan Keenan akhirnya pergi keluar dengan alasan ingin ke kafetaria.

"Kok lo tidur terus sih Nin, lo ga kangen gue apa? Gue aja kangen sama lo, banget malahan" Ucap Raydhan pelan sambil terus mengusap punggung tangan Anin.

TBC!!

Haiiii....Anin Raydhan balik gengsss. Jangan lupa vote dan comment yaah.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang