RODIS

78 18 5
                                    


***

Suasana hening karena mereka semua sedang makan. Tidak ada yang mengeluarkan suara, mereka asik dengan makanan masing masing. Sampai tiba tiba Disya beranjak dari duduknya.

"Guys gue pergi ya" ucapnya kepada teman temannya

"Kemana?" Tanya Friska

"Em ketoilet bentar. Udah ya byee" jawab Disya dan langsung melenggang pergi meninggalkan tanda tanya kepada Friska.

"Aneh" ucap Friska lalu tiba tiba Roy beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan teman teman nya yang masi ada di bangku kantin

"Woii Roy!! Mau kemana lo??!!" Teriak Anhar kepada Roy. Namun Roy tak menjawab teriakan Anhar.

"Kenapa tu bocah?" Tanya Alvero kepada Anhar

"Mana gue tau. Gue teriak aja gak di jawab sama dia" jawab Anhar agak ketus

"Udah kalik!! Mending lanjut makan aja!!" Ucap Vera.

🐣🐣🐣

Angin berhembus sangat kencang, suasana yang sangat menenangkan bagi gadis yang sedang berdiri dan menutup matanya ini. Merasakan angin yang menerpanya saat ini.

Tenang. Itulah yang dirasakan Disya saat ini. Yah gadis itu adalah Disya. Disya sedang berada di roftop sekolah, melihat kendaraan yang sedang berlalu lalang dari atas ini.

Tap Tap Tap

Suara langkah kaki seseorang terdengar, namun karena terlalu hanyut dengan suasana Disya tak mendengarnya.

"Suasananya enak banget ya? Anginnya apalagi" ucap seseorang

"Hm" jawab Disya tanpa melihat siapa yang ada di belakangnya

"Sejak kapan lo tau tempat ini??" Tanya seseorang itu lagi

"Dari dulu. Kalo gue lagi pengen sendiri. Ya gue kesini" jawabnya.

"Hm, ternyata lo suka tempat yang sepi ya" ucap seseorang itu lagi

Tanpa menjawab Disya langsung membalikkan badannya, karena merasa tidak asing dengan suara seseorang itu.

"Lo ngikutin gue?" Tanya Disya dengan alis berkerut

"Ya enggaklah, ngapain gue ngikutin elo" jawab seseorang itu dengan senyum miring. Lalu berjalan membelakangi Disya.

"Tapi kalo emang enggak, terus kenapa lo tadi langsung ngasih pertanyaan ke gue Roy??" Tanya Disya lagi.

Yah, seseorang itu adalah Roy. Roy mengikuti Disya sampai ke roftop sekolah. Entah mengapa Roy ingin mengikuti Disya.

"Iya iya, gue ngikutin lo sampe sini" aku Roy akhirnya

"Nah kan bener apa kata gue tadi" ucap Disya agak sewot. Karna kesal dengan Roy

"Jadi? Lo sekarang lagi pengen sendiri? Kenapa?" Tanya Roy pada Disya. Tanpa menoleh kearah Disya yang sekarang berada di sampingnya.

"Gak tau kenapa gue pengen kesini. Rasanya tu tenang banget, anginnya sejuk, terus juga pemandangannya bagus" jawab Disya sambil melihat wajah Roy yang sedang menatap lurus kedepan.

"Hm, iya bagus. Tapi ada yang lebih bagus  dari pemandangan ini" Ucap Roy dengan senyum tipis.

"Apaan?" Tanya Disya

"..."

Tak ada jawaban dari Roy. Roy memejamkan mata, dan merentangkan kedua tanggannya. Merasakan sejuknya angin.

Disya menatap Roy, merasa kesal karna sedaritadi tak menjawab pertanyaannya. Disya melihat Roy yang sedang menejamkan mata.

Melihat rahang keras milik pria yang ada di  sampinya saat ini. Disya terpaku karena ini kali pertama dia menatap Roy sedekat ini.

Ternyata lo ganteng ya. Gue baru sadar kalo ternyata lo itu ganteng. batin Disya

Karena merasa ada yang memperhatikannya Roy membuka matanya, dan mendapati Disya yang sedang melihatnya tanpa berkedip.

Cantik lo Dis. Coba aja gue bisa jadi pacar lo. Pasti gue jadi orang yang paling bahagia karena bisa milikin lo Dis ucapnya sangat lirih. Sangat lirih sampai Disya tak mendengarnya

Roy melihat wajah cantik Disya, melihat mata indah milik Disya, bibir, dan juga pipi milik Disya. Namun hampir saja Roy ikut hanyut dalam suasana.

"Woii!! Jangan nglamun!!" Ucap Roy mengagetkan Disya

"Eh.. iya? Apaan??" Tanya Disya bingung karena Roy mengagetkannya

Roy tersenyum melihat Disya bingung seperti ini. Gemas. Itulah yang dirasakan Roy saat ini. Dia sangat gemas melihat Disya.

Tiba tiba tangan Roy terangkat dan mengacak acak rambut Disya. Ntah dapat dorongan darimana yang pasti itu adalah kemauan dari hati Roy.

"Ih apaan sih? Kan jadi berantakan" ucap Disya dengan mengecurutkan bibirnya.

"Lo tu kek bocah ya. Bibir dimanyunin segala lagi" ejek Roy kepada Disya dengan kekehan

"Lo kenapa tadi liatin wajah gue? Naksir lo sama gue ha??" Tanya Roy sambil membenarkan kacamata nya. "Oh jelas lah lo naksir, gue ini ganteng? Iya. Manis? Iya. Tinggi? Iya. Kurang apalagi coba? Pantesan lo naksir sama gue" ucap Roy lagi dengan nada sombong.

"Eh biawak kadal!! Gue gak suka sama lo!! Dan jangan *ke.pe.de.an* deh lo!!" Ucap Disya.

"Aelah ngaku aja, ya emang itu kenyataan" jawab Roy

"Alah serah lo deh" ucap Disya lalu pergi meninggalkan Roy

Tapi sebelum Disya benar benar pergi. Roy mencekal pergelangan tangan Disya terlebih dahulu

"Mau kemana?" Tanya Roy pada Disya

"Ke laut" jawab ketus

"Aelah gitu aja ngambek lo"

"Terserah gue dong!! Gak ada urusannya sama lo" ucap Disya dengan melepaskan tangannya dari Roy. Lalu pergi meninggalkan Roy

"Dis??" Panggil Roy dengan suara lembut

Disya berhenti lalu melihat kebelakang. "Apa??" Tanyanya

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo" ucap Roy masih dengan nada lembut

"Ngomong aja kalik, gak usah minta izin segala. Lo kira gue pejabat apa harus minta izin?"

"Sebenernya gue itu.." ucap Roy dengan menggantungkan kalimatnya

"Gue apa?"

"Gue itu... em.."

"Apasih? Lama bener lo kalo ngomong" ucap Disya kesal

"Sebenernya tu Dis.." ucap Roy masi menggantungkan kalimatnya

"Apaan?? Sebenernya lo sakit? Iya??" Ucap Disya sedikit kesal karena sedari tadi Roy hanya mengatakan itu.

"Em jadi tu gini. Gue itu sebenernya.."

"Apaan? cepet ngomong dah ini mau bel masuk tau"

"Jadi sebenernya gue suka sama seseorang. Tapi gue bingung gimana cara ngomong kedianya" jawab Roy akhirnya

Entah kenapa seperti ada yang aneh saat Disya mendengar ucapan Roy. Ada perasaan lain di dalam hati Disya untuk Roy.

"Oh gitu. Kalo lo bener - bener cinta sama dia perjuangin dan jangan lama - lama juga lo pendem perasaan, takutnya lo makin sakit hati nantinya. Udah dulu ya. Udah waktunya masuk kelas nih. gue harus cepet. Bye" jawab Disya lalu berlari meninggalkan Roy sendiri.

"Perjuangin!! yah Roy lo harus perjuangin Disya" Ucap Roy pada dirinya sndiri

Roy mengacak rambutnya kesal karena dia tidak bisa mengatakan yang sejujurnya kepada Disya bahwa dia mencintai gadis itu.

🐣🐣🐣

Hulaa gaes
Gimana sama part ini??

Satu kata buat Roy??
Hmmzz

Jangan lupa vote dan komen yaa
Jangan lupa kritik sama sarannya juga

~SR7

SHARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang