8 : Meteor

2K 381 62
                                    

"Pagi," sapa Kak Alfa begitu turun dari mobil SUV berwarna putihnya yang kini terparkir tepat berada di depan pagar rumah gue.

"Mbak Rhesa ya?" tanyanya tiba-tiba yang sukses membuat kedua alis gue bertaut. "Tujuan SMA Adibrata, benar?"

Gue menahan senyum geli, "Kak, sejak kapan lo ngelamar jadi driver ojek online?"

"Bukan ojek, Ca. Tapi, taksi online," katanya sambil menepuk bagian atas mobilnya.

"Ya udah, ayo berangkat. Nanti saya keburu telat, Mas." Gue mengikuti candaannya yang membuat Kak Alfa ikut terkekeh pelan.

Setelah menyalakan mesin, mobil melesat ke depan meninggalkan kompleks perumahan. Di sepanjang perjalanan gue cuma diam sambil mengamati tiap bangunan yang sudah kami lewati.

Di dalam mobil atmosfer kembali terasa canggung. Kak Alfa hanya duduk diam dibalik kursi kemudi, menatap jalan tanpa sedikitpun menoleh ke arah gue. Pandangannya fokus. Sementara gue masih menimbang-nimbang untuk ikut diam atau bersuara.

"Kak?" panggil gue pelan.

"Hmm?"

"Waktu kita ketemu pas gue ngamen di deket perumahan Kak Rangga, lo nggak pulang ke Bogor?"

"Pulang kok, sorenya. Kenapa?"

"Ohh," gue mengangguk-anggukkan kepala. "Makanya hari ini bawa mobil?"

"Iya, kemarin abis mindahin barang yang nggak kepake juga. Terus ya udah pake aja sekalian."

"Kenapa keluarga Kak Alfa nggak pindah ke sini lagi?"

"Mama Papa udah males, katanya di Jakarta banyak polusi. Enakkan di Bogor, masih adem."

"Emang? Gue waktu itu ke Bogor panas ah."

"Ya lo mainnya cuma ke Botani doang."

"Hehe," gue menggaruk leher. "Tapi, emang enak apa ngekos? Nggak ribet ngurusin apa-apanya sendiri?"

"Nggak sendiri. Kan ada Yuta."

"Yeeeuu kasian tau Kak Yuta masa dijadiin babu?"

Kak Alfa cuma tertawa, "Kenapa sih emang? Khawatir banget?"

"Nggak kok!" sanggah gue.

"Kangen sama calon mertua ya?"

"Kak..."

"Bercanda."

Tapi, gue jadi kangen ke rumahnya Kak Alfa deh. Bukan, bukan karena kangen calon mertua kok. Tapi, karena rumahnya Kak Alfa yang di Bogor emang bagus, mana kayak deket hutan-hutan gitu.

Yang di Jakarta? Udah di jual. Kenapa? Karena dulu waktu Kak Alfa dapet kabar keterima di jurusan kedokteran kondisi ekonomi keluarganya lagi berada di posisi yang kurang baik karena bisnis ayahnya baru aja gulung tikar, sementara biaya kuliah dan kebutuhan hidup yang lain memerlukan banyak uang. Jadinya orang tua Kak Alfa terpaksa menjual rumah mereka yang ada di Jakarta dan akhirnya menetap di rumah lamanya yang ada di Bogor. Paling cuma hari Sabtu atau Minggu dia pulang ke Bogor.

Makanya waktu bisnis Papa dan ayahnya Kak Alfa sukses, kami senang banget dan langsung buat acara kecil-kecilan untuk merayakan. Tapi, walaupun kondisi keluarga Kak Alfa sudah membaik, orang tua Kak Alfa masih betah tinggal di Bogor mungkin karena adiknya Kak Alfa juga males ngurusin pindah sekolah kali ya?

Iya, Kak Alfa bukan anak tunggal. Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki kalau nggak salah sekarang lagi internship di Bandung supaya dapet surat izin praktek jadi dokter. Kayaknya Kak Alfa mau jadi dokter karena abangnya deh. Nah, adiknya Kak Alfa itu perempuan, pernah ketemu sih beberapa kali kalau ada acara, tapi nggak terlalu dekat karena keliatan jutek gitu. Paling cuma ngobrol dikit. Lain kali deh gue cerita ya.

IMMATURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang