Wrong End of The Stick
(idiom.) to not understand a situation correctly.
i m m a t u r e
"Terakhir, K3 coba jelasin progressnya apa aja terus ada kendala atau nggak," Jessica menginstruksikan agar divisi terakhir maju. "Devan aja yang jelasin deh."
Devan kemudian beranjak dari gerombolan teman-teman satu timnya untuk maju ke depan kelas. Ruang rapat yang kami gunakan hanya ruang kelas biasa di lantai satu. Kalau kalian membayangkan rapat yang sedang kami lakukan berlangsung dengan kondusif, kalian jelas salah. Berbeda dengan rapat OSIS, rapat kepanitiaan pentas seni jauh —bahkan sangat jauh— dari rapat yang biasa gue rasakan di OSIS. Berisik banget.
Apalagi jumlah panitianya yang sangat banyak menyebabkan nggak semua panitia bisa mendapatkan masing-masing satu kursi untuk duduk. Ada yang merapatkan bangku agar bisa duduk berdempetan, ada juga yang memilih duduk di atas meja, bahkan ada yang pasrah duduk di lantai.
Devan melirik ke arah gue yang sedang duduk di atas meja dekat pintu kelas lalu berdeham sebentar sebelum membuka suara. "Jadi, tugas-tugas kita udah selesai kira-kira 40%-"
Tristan memotong ucapan Devan, "40%? Ini udah H-15 loh, Van. Lo sama tim lo ngapain aja?"
"Kita ada kendala di perizinan sama warga setempat, kan gerbang masuk sekolah kita ada dua tuh. Nah, sepanjang jalan di deket gerbang utama itu buat parkir motor, parkir mobil rencananya mau di deket gerbang kedua yang nyambung ke lapangan basket, sekaligus jalan masuk mobil Guest Star-nya kayak tahun lalu, tapi warga RT 03 pada protes mereka bilang di RT 04 aja. Tapi, pas kita minta izin ke Ketua RT 04 mereka bilang pake lahan di RT 03 aja. Jadi, pada saling lempar gitu. Katanya sih lagi ada masalah juga. Gimana dah tuh?" jelas Devan panjang lebar.
SMA Adibrata memang sekolah yang dekat dengan lingkungan kompleks perumahan, itu sebabnya sekolah kami punya dua gerbang utama, satunya langsung menuju ke jalan raya sementara satunya lagi ke jalanan ke kompleks RT 03 dan RT 04 biasanya gerbang kedua ini sering jadi pilihan anak-anak yang memang rumahnya berada di dekat sini. Bahkan, selain dua gerbang utama itu komplotan trio maung (Devan, Bagas, dan Gibran) masih punya banyak jalan rahasia, biasanya sih untuk cabut sekolah.
"Masih ada kendala lagi nggak selain itu? Biar sekalian kita diskusiin bareng-bareng nanti," kata Tristan.
Devan kembali menatap catatan yang ada di handphonenya, "Oh, ini. Surat buat lurah harus di proses lagi, Ca. Katanya udah ganti."
"Hah?" kening gue berkerut. "Diganti siapa emangnya?"
"Nggak tau."
"Lo nggak nanya emang pas dateng?"
"Lupa hehe, ntar deh gue tanyain lagi," Devan nyengir sambil menggaruk lehernya. "Terus, surat izin TNI sama Polisi udah kita kasih, tapi katanya mereka mau kirim 15 anggota TNI sama 5 anggota Polisi buat ngamanin."
"Gila? Banyak amat? Mau ikut nonton itu bapaknya?" Jessica menanggapi.
"Nah itu dia! Tapi, gue mau nolak juga nggak enak, Je."
"Nggak usah, nggak usah. Tahun kemaren Naif aja cuma 6 Polisi. Ini banyak amat, bayar pake apaan?"
Maklum Jessica itu bendahara, jadi ya pasti langsung protes kalau mencium bau-bau pengeluaran bertambah.
"Tapi kan, Guest Star kita tahun ini fanatik-fanatik banget fansnya. Kalau antara sheila gank sama wota berantem? Bisa viral pensi kita."
"Yaudah, lanjut dulu. Masih ada lagi nggak?" Tristan melerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMATURE
JugendliteraturImmature (adj.) not completely developed physically, mentally, or emotionally. ~~~ "Iya maaf, gue cuma anak SMA labil yang nggak bisa ngertiin kakak." "Jangan minta maaf terus. Emangnya lebaran?" alohomosa ©2018