9 : Babysit

2.2K 350 59
                                    

17 Juni 2017

"Adekkk, ayo bangun!"

Gue menggeliat begitu mendengar teriakan Mama, mengucek mata, lalu menggumam. "Adek kan libur. Mama aja yang ngambil rapot sama Bundanya Devan."

Setelah merasa informasi yang gue berikan cukup jelas untuk Mama cerna, gue menarik selimut sampai menutupi wajah.

"Iya, tapi kamu udah ditungguin Devan di rumahnya," kata Mama setelah menyingkap selimut gue. "Cepetan siap-siap gih."

Dahi gue berkerut bersamaan dengan mata gue yang masih menyipit. Gue mencium bau kegagalan dari rencana yang sudah gue usung susah payah —tidur doang sih rencananya.

"Devan? Aku nggak ada janji mau ngapa-ngapain hari ini. Kenapa sih?"

"Makanya mandi terus cari tau sendiri," Mama menarik kedua kaki gue sampai akhirnya menyentuh lantai.

Buset deh! Tenaga Mama masih kuat juga ternyata.

"Ada apa sih, Ma?"

Mama berkacak pinggang, "Kamu mau ambil rapot sama Bang Fariz atau bantu nyiapin arisan sama ibu-ibu atau bantuin Devan? Pilih."

"Ambil rapot mah Bang Fariz aja atau engga Papa. Mama di sini nyiapin arisan, nah Devan," gue memberi jeda. "Emang kenapa sih dia? Keluarga kita bukan, kenapa dia jadi masalah aku coba?"

"Tante Ita sama Bang Fariz ngambil rapot kalian berdua abis itu Bang Fariz nganterin Tante Ita ke supermarket baru ketemu Mama. Nah, rapot Cito nggak ada yang ngambil, jadi kamu temenin Devan."

"Kenapa harus aku temenin? Kan dia bisa sendiri," ucap gue lagi.

"Heh! Durhaka amat sih lo disuruh orang tua bukannya nurut malah males-malesan begitu!" tegur Bang Fariz dari depan pintu kamar. Dia mengenakan kemeja dengan helm yang sudah terpasang di kepalanya.

"Kelas lo 11 IPS 4, kan?" tanya Bang Fariz memastikan yang kemudian gue jawab dengan anggukan.

"Cepetan sana mandi. Bentar lagi temen-temen Mama pada ke sini ikut bantu-bantu."

Gue akhirnya mengacungkan jempol lalu setelahnya pintu ditutup rapat.

Kampret emang Devan, bisa-bisanya di hari libur kayak gini masih gangguin hidup gue. Tau nggak sih kalau gue udah bosen banget ketemu dia dari hari Senin sampai Jum'at dan dari SD sampai SMA. Dia nggak bosen apa ketemu gue mulu?

Tiba-tiba handphone gue berbunyi.

Gue curiga. Jangan-jangan Devan punya indra keenam. Karena baru aja gue hujat dalam hati. Orangnya udah muncul dalam bentuk panggilan telepon.

"Halo?"

"Udah belom mandinya?" tanyanya gusar.

"Baru juga melek," jawab gue. "Kenapa sih? Suara lo kayak panik gitu."

"Buruan mandi terus ke rumah. Urgent nih, urgent."

"Iya, iya, bawel."

Sambungan diputus sepihak oleh Devan. Kayaknya dia benar-benar sedang mengalami situasi gawat darurat deh. Tapi, awas aja kalau ternyata dia cuma panik karena nggak tau cara matiin kompor kayak waktu itu. Abis deh tuh tangan gue cubitin.

IMMATURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang