Juli 2017
"Lo kapan ke sini? Bentar lagi korlasnya Cito mau tampil."
Gue buru-buru berjalan dari ruang panitia ke lapangan futsal di mana sudah dipenuhi dengan lautan manusia baik peserta MPLS tahun ajaran baru dan teman-teman seangkatan gue yang lagi duduk-duduk cantik di koridor deretan kelas 12 IPA, yang memang posisinya strategis menghadap lapangan futsal.
Kalau inget ini gue jadi kesal sendiri karena kelas gue sekarang —12 IPS 4— kedapatan berada di gedung kedua, lagi. Untungnya sih dekat kantin. Tapi, kalau dipikir-pikir anak IPS kan dicap bandel ya? Terus, kenapa kelas kita ditempatkan di dekat kantin coba? Ya kan? Kenapa nggak tukeran sama kelas IPA yang dekat sama ruang guru? Biar lebih dikontrol dan nggak berisik?
"Bentar lagi. Deket kok, gue dari rumah Iwan."
"Oh, yaudah kalo gitu," gue menyudahi sambungan telepon begitu tau Devan sedang ada di rumah Iwan, teman kami yang rumahnya dekat sekolah. Seenggaknya Devan nggak ingkar janji sama Cito untuk melihat penampilan adiknya itu di pentas korlas.
Tahun ini, sayangnya, gue dan Devan nggak jadi partner di OSIS lagi karena insiden bodoh yang dia lakukan bareng Bagas dan Gibran waktu di Bali. Konsekuensinya lumayan berat, Bagas dan Gibran sempat di skors seminggu sementara Devan yang waktu itu masih memegang jabatan sebagai penanggung jawab sekbid KJDK, atau lengkapnya Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi, harus pasrah dicabut posisinya dari kepengurusan OSIS. Dari kejadian itu gue sempat diem-dieman sama Bagas karena gue tau ide gila itu dia yang mulai bareng salah satu anak tongkrongan yang nggak naik kelas tahun lalu.
Berawal dari— oke, lupakan. Lagian Devan juga udah ngelupain hal itu dan katanya dia masuk OSIS cuma iseng doang bukan karena dedikasi. Gue juga sudah baikan sama Bagas, apalagi awal bulan Juli ini gue sudah tau apa masalah Bagas sebenarnya. And I feel sorry for him.
"Ca, cepetan lo jadi MC," ujar Raka tiba-tiba yang entah dari mana sudah memberikan sebuah mic kepada gue.
"Seriously?" ucap gue. "Lo lupa kalo gue harus jadi jutek selama 3 hari ini? Kalo gue jadi MC kan harus ceria?"
"Duh, Ca. Lo tau alasan sebenarnya kami semua milih lo jadi jutek di MPLS? Karena saat lo ramah juga muka lo tetap jutek. Nggak berubah."
"Ih setan."
"Tuhkan! Percaya sama gue, kalo di akhir acara nanti lo bakalan dapet angket terjutek."
"Nggak mau."
"Buruan ah. Be a professional, Ca!" Raka berlari mendahului gue ke tengah lapangan.
Manusia ini tuh lupa ya kalau gara-gara dia gue nangis tiap malam selama persiapan dan saat MPLS dilaksanakan?
Waktu pertama rapat inti gue ditunjuk jadi ketua acara karena telat dateng terus setelah setengah jam gue ngejelasin konsep dia ketawa dan yang lain kemudian bilang, "Sory, Ca. Kita ngeprank lo."
Akhirnya, gue ditempatkan di seksi acara bareng Raka dan Banyu si Ketua MPK yang mana mereka semua tuh sibuk. Alhasil tiap malem gue di chat Tristan dan Pak Suroso untuk ditagihin susunan acara baik Plan A dan Plan B. Yaampun Pak, rundown utama aja belum selesai gimana mau ngasih Plan B?

KAMU SEDANG MEMBACA
IMMATURE
Teen FictionImmature (adj.) not completely developed physically, mentally, or emotionally. ~~~ "Iya maaf, gue cuma anak SMA labil yang nggak bisa ngertiin kakak." "Jangan minta maaf terus. Emangnya lebaran?" alohomosa ©2018