17. Bloody Cage

7.2K 829 18
                                        

Ujung kuku Susa mengetuk-ngetuk meja, sementara pikiran gadis itu melayang jauh. Hari sudah beranjak malam tapi Susa memilih membiarkan jendela belakangnya terbuka lebar. Suasana temaram lentera dibantu oleh cahaya kebiruan bulan yang membola penuh. Mata hazel Susa sempat melirik tidak jauh di sampingnya dan mendapati punggung Juda yang berdiri di balkon. Vonn sendiri berada di luar—tepatnya berdiri di puncak tertinggi manor.

"Aku harus pergi," ucap Susa yang seketika menarik perhatian kedua lelaki itu.

Juda menoleh, sedangkan Vonn langsung melompat masuk dari samping balkon.

"Dia hampir saja membunuhmu, kau lupa?!" bentak Vonn yang menilai Susa terlalu gegabah. Kalau mengingat kejadian di mana dia menemukan Susa terluka dan panik luar biasa mencari pertolongan untuk Telupu, rasanya Vonn ingin mengunci gadis itu di kamar saja sampai pikiran warasnya kembali.

"Itu tidak disengaja." Susa menutup mata sejenak.

"Tapi—..!" Protes Vonn terputus karena Juda langsung menangkup bahunya dan meremasnya kuat.

"Kalau berangkat sekarang, kau akan sampai tepat saat makan malam," kata Juda yang tidak pernah berniat menghalangi apa pun tindakan gadis itu, walau dalam hati dia menyimpulkan keputusan Susa cukup beresiko.

Susa akan selalu patuh pada semua etiket yang melibatkan nama Ratu Bethratèn. Pertemuan sebelumnya berakhir buruk. Padahal Susalah yang dirugikan di sini, tapi dia berutang dan bertanggung jawab mengadakan pertemuan lagi. Teira tidak merasa perlu repot-repot ke manor. Susalah yang harus menghadapnya ke istana. Mereka hanya bisa berharap perempuan itu tidak lagi menyimpan kekesalan menyoal insiden yang lalu.

Vonn dan Juda menentang pun, Susa akan tetap pada pendiriannya. Jadi setelah satu helaan panjang, gadis itu memundurkan kursi dan melangkah keluar ruangan untuk mempersiapkan diri. Pembebat masih terpasang di lengannya. Corinth sudah berusaha baik untuk menutup luka itu, tapi tetap saja setiap Susa menggerakkan lengan akan ada rasa menusuk-nusuk yang cukup mengganggu. Dia pun mengenakan gaun berlengan longgar yang tidak akan mencengkeramnya nanti.

Sampai kemarin, Susa sama sekali tidak memedulikan luka itu. Memenuhi janjinya, Corinth memulangkan Susa. Mula-mula mereka kembali ke manor Morgen. Corinth meluruhkan perisai yang dia pasang hingga Juda dan Vonn dapat melewati ambang gerbang. Vonn hampir menyerang Corinth, tapi dalam satu kata saja Susa berhasil menghentikannya.

Corinth membiarkan Susa melangkah menyongsong kedua pengawalnya. Namun baru sampai di tengah jalan, gadis itu sempat menoleh ke belakang, menatap lagi iris ungu Corinth. Corinth tersenyum. Entah apa yang dipikirkannya, karena setelah itu Susa seperti tersadar dari lamunan dan buru-buru pergi.

Akhirnya setelah beristirahat sejenak, Susa pun memutuskan menemui Teira. Sebuah kereta kuda siap siaga mengantarkannya ke istana. Sesampainya di sana dia disambut oleh pelayan istana laki-laki yang kemudian menggiring mereka ke ruang untuk jamuan makan malam.

Terdapat kursi bundar yang besar di tengah-tengah ruang. Teira duduk manis di kursinya dan mengembangkan senyum melihat Susa. Pelayan tadi memundurkan kursi untuk Susa hingga gadis itu bisa duduk berhadapan dengan Teira.

"Entah kenapa aku tahu kau akan datang malam ini, jadi aku sudah menyiapkan sesuatu yang spesial," kata Teira lalu masuklah beberapa dayang sekaligus membawakan mereka sajian-sajian dalam piring yang lebar.

Jamuan istana selalu tampak mewah. Tapi begitu puluhan piring itu diletakkan di atas meja, baik Susa, Juda dan Vonn mengerutkan kening. Ada babi hutan dan kalkun yang dipanggang utuh, satu paha rusa yang gemuk berbalur bumbu dan cognac, jajaran iga yang saling melengkung, olahan makanan laut, kentang putih tumbuk, berbagai macam manisan, buah, serta potongan-potongan tart kini memenuhi rentang antara Susa dan Teira.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang