Vonn dan Telupu ada di tengah-tengah hutan. Setelah berkeliling seharian, mereka berhasil mengumpulkan satu gundukan kenari—Telupu berjasa besar memilah kacang yang baik dan yang bukan. Jadilah malam itu mereka bekerja lembur mengupas kacang karena ingin memberikannya langsung pada Susa untuk dimakan.
Vonn baru mengupas kacang ketiga, sedangkan Telupu hampir menyelesaikan kenari ketujuh belas. Laki-laki itu menggeram, menggerutu, lalu pada akhirnya berteriak kesal selanjutnya berguling-guling. Dia tidak menyangka kacang sekecil itu susah dikuliti. Padahal kalau mau, dia bisa langsung menghancurkannya sekaligus.
Hanya saja sayang, Susa tidak akan sudi memakannya.
Menatap benci pada Telupu, dia akhirnya mengesampingkan ego lalu mulai lagi mengupas. Kemudian pada kenari kelima, geraknya mendadak terhenti. Mengerjap, Vonn bangkit berdiri menghadap ke arah istana. Hidungnya mencium aroma yang tidak asing lagi. Langsung disambarnya Telupu dan melesat kembali secepat mungkin.
Vonn memang bisa bergerak cepat, namun dia butuh waktu untuk mencapai istana. Juda sendiri bergeming tepat di depan pintu kamar Susa, bahkan sebelum gadis itu menyadari ada yang tidak beres. Telinganya yang peka mendengar Susa menarik tali lonceng demi memanggil dayang. Napas gadis itu putus-putus.
Juda kemudian melangkah pergi. Langkahnya tidak terdengar.
Di dalam sana, Susa meringkuk. Punggungnya melengkung mendekap perut. Menahan sakit yang tidak terkira, dia rebah lagi. Sementara itu dari jarak yang tidak terlalu jauh, segerombol orang melangkah cepat dan terburu-buru—dayang, para tabib dan perawat.
Juda menyaksikan mereka masuk ke kamar Susa. Campur tangannya cukup sampai di sini.
"Susa!" Vonn berseru nyaring. "Susa!!" Laki-laki melihat ke arah Juda yang berdiri bersandar pada pilar, tapi dengan cepat perhatiannya beralih.
Vonn memaksa masuk meski sudah dilarang perawat. Di sana dia melihat Susa yang bergerak gelisah di atas ranjang. Seorang dayang berulang kali menyeka peluh Susa yang membanjir di wajah dan leher. Dayang yang lain juga tampak mengambil lapisan ranjang yang penuh dengan noda darah.
"Ada apa ini? Tabib? Apa yang terjadi?" tanya Vonn. Dia pernah bertanya banyak pada tabib istana soal kehamilan manusia dan Vonn tahu persis, sekarang bukan waktunya Susa melahirkan.
"Bayinya akan lahir lebih awal," jawab sang Tabib. "Pendarahannya tidak berhenti."
"Apakah gawat sekali?"
Sang Tabib tidak menjawab. Kepalanya mengangguk sekilas, mohon pamit untuk mengambil perlengkapan yang diperlukan. Bingung dan cemas, Vonn mendekati Susa. Mata gadis itu memejam rapat meski napasnya menghela secara tidak wajar.
Telupu melompat turun dari bahu Vonn. Dia mendekati Susa, menungguinya di samping kepala gadis itu.
Dua jam tidak ada yang berbicara. Hanya tabib yang sesekali merintahkan sesuatu, itupun dengan ekspresi runyam yang begitu kentara.
Hampir tiga jam kemudian mereka menunggu tapi tidak ada tanda-tanda keadaan membaik. Begitu Susa terjaga, Vonn langsung menghambur ke tepi ranjang.
"Susa!" panggilnya.
Gadis itu menatapnya sayu. Tangan kanannya digenggam erat oleh Vonn.
"Semuanya akan baik-baik saja." Vonn memaksakan senyum. Karena tangan keduanya terjalin, Susa menyadari kalau tangan laki-laki itu sedikit gemetar. "Bayinya cuma ingin melihat ibunya lebih cepat. Dia juga pasti tidak sabar mau bermain dengan Telupu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia
FantasíaStatus: COMPLETED Gadis itu selalu hadir tiap para bangsawan yang kotor menanti giliran mereka--di hadapan guillotine, disaksikan kerumunan yang menyemut. Betapa dia ditakuti sebagai malaikat pencabut nyawa, dengan kewenangan penuh yang diberikan sa...